Area tempat pemakaman semakin memadat, sementara petugas terus menggali kubur untuk menyediakan tempat peristirahatan terakhir bagi jiwa yang gugur akibat COVID-19 di Indonesia.
Yasin Wisanggeni adalah salah satu relawan petugas pemakaman jenazah COVID-19 di Yogyakarta.
BACA JUGA: Benarkah Polisi Mengincar Warga Keturunan Migran dalam Operasi Lockdown di Sydney?
Dalam sepekan, Yasin bertugas tiga hari untuk memakamkan jenazah COVID-19.
Ia mengaku pernah hampir pingsan ketika sedang bertugas kedua kalinya dalam sehari.
BACA JUGA: Australia Tidak Konsisten Mengumpulkan Data Warga Penerima Vaksin Berlatar Belakang Etnis
"Lelahnya itu karena saya dobel-dobel [shift] ... personilnya kurang, kadang sampai tiga empat kali [sehari], sangat lelah," katanya.
"Sampai angkat cangkul sudah enggak kuat."
BACA JUGA: Petani Gandum Australia Desak Pemerintah Agar Berikan Pengecualian Bagi Tenaga Kerja Asing
Dalam sehari, petugas boleh memakamkan lebih dari satu jenazah, "bila kuat", kata Yasin kepada Natasya Salim dari ABC Indonesia.
Saat memakamkan jenazah, Yasin dan tim relawan lainnya mengenakan hazmat, dua lapis sarung tangan latex, dan masker.
Yasin menyadari masih ada banyak warga yang tidak percaya COVID-19 dan mengabaikan protokol kesehatan.
Sebagai seseorang yang menyaksikan sendiri situasi di lapangan, ia berharap masyarakat dapat sadar dan menghormati pihak yang sudah bertugas tanpa pamrih.
"Meskipun kami dari teman-teman relawan capek, lelah, harus dengan risiko yang tinggi, tetap harus dikuat-kuatkan," kata Yasin.
Yasin yang bekerja sebagai relawan petugas pemakaman pernah ditawarkan gaji, tapi ia menolaknya.
"Kalau kita menerima, sama halnya kita mendoakan atau berdoa ada yang meninggal, jadi dituntut keikhlasannya saja," katanya.
Kamis kemarin (08/07) tercatat 38 warga Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) meninggal dunia karena COVID-19 menurut Berty Murtiningsih, juru bicara Penanganan COVID-19 DIY.
Sementara di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta, 63 pasien COVID-19 meninggal dunia karena diduga kekurangan oksigen, Minggu lalu (04/07), kata Muhammad Yazid. Anggota Komisi D DPRD DIY.
Di ibu kota Jakarta, ambulans terus berdatangan ke pemakaman untuk mengantar para jenazah di TPU Rorotan, Cilincing, Jakarta Utara.
Video yang diambil menggunakan kamera drone di tempat pemakaman Rorotan, Jakarta, menggambarkan situasi epidemi yang kian memburuk, di tengah bertambahnya angka kematian dan kasus beberapa minggu terakhir.
Tempat pemakaman tersebut merupakan satu dari lima lokasi yang dikhususkan untuk menguburkan jenazah COVID-19 di Indonesia.
Lebih dari 1.040 warga Indonesia meninggal dunia akibat virus corona Rabu kemarin (07/07), dua kali lipat angka kasus enam hari sebelumnya.
Menurut departemen yang menangani pemakaman warga, empat dari lima tempat pemakaman COVID-19 di Jakarta sudah penuh.
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan mengatakan pemakaman warga yang terkonfirmasi maupun suspek COVID-19 bertambah sepuluh kali lipat sejak Mei.
Pada bulan Mei jumlah warga yang dimakamkan adalah 17 per hari, namun di bulan Juni, petugas bisa menguburkan 105 warga dalam sehari, menurut data DKI Jakarta.
Sabtu lalu bahkan ada 392 warga yang dimakamkan.
Rekaman udara yang diambil Reuters bahkan menunjukkan warna coklat mendominasi lahan tanah, menyisakan sedikit rumput hijau. Hentikan penularan COVID
Indonesia telah mencatat 2,4 juta kasus COVID-19 dan 63.000 kematian sejak awal pandemi.
Penyebaran varian Delta, yang pertama kali ditemukan di India, telah menimbulkan rekor kasus harian hampir setiap harinya sejak 20 Juni.
Kemarin (08/07), Indonesia mencatat 38.391 kasus baru, yang menurut Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan sebagai sebuah skenario terburuk.
"Kematian akan terus bertambah selama kasus terus bertambah," ujar Dr Pandu Riono, epidemiolog dari Universitas Indonesia.
"Kita harus memaksimalkan usaha untuk menghentikan penularan," ujarnya.
Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha, banyak pasien kesulitan mendapat tempat di rumah sakit.
Enam kota di Jawa kehabisan persediaan tabung oksigen Rabu (07/07) kemarin.
Pemerintah telah memperketat aturan yang membatasi pergerakan warga, jam operasional bisnis, perjalanan udara, dan pembukaan kantor minggu lalu di Jawa dan Bali.
Ini dilakukan untuk memperlambat kenaikan jumlah kasus.
Namun kritikan soal Pemerintah Indonesia menanggapi penularan COVID-19 semakin menggunung, termasuk tuduhan lebih mementingkan ekonomi dari kesehatan.
"Dengan munculnya kritik tajam dan amarah publik melihat tingginya angka kasus COVID dan runtuhnya sistem kesehatan ... kepercayaan terhadap pemerintah bisa terkikis," ujar Edbert Gani, peneliti politik di Centre for Strategic and International Studies (CSIS).
ABC Indonesia / REUTERS
BACA ARTIKEL LAINNYA... Australia Telah Memberikan Bantuan kepada Indonesia, tetapi Dinilai Masih Kurang