Varian Baru COVID-19 Mengancam, Guru Besar UI Beri Pernyataan Melegakan

Rabu, 15 September 2021 – 18:04 WIB
Tangkapan Layar Guru Besar Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI Prof. Tjandra Yoga Aditama memberi paparan pada sesi seminar bertajuk 'Penanganan COVID-19 di Indonesia' yang diikuti dari kanal YouTube ANTARA TV Indonesia di Jakarta, Kamis (8/7/2021). (ANTARA/Genta Tenri Mawangi)

jpnn.com, JAKARTA - Pernyataan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof. Tjandra Yoga Aditama cukup melegakan menyikapi maraknya muncul varian-varian baru COVID-19.

Prof Tjandra mengatakan vaksin COVID-19 yang tersedia masih bisa digunakan untuk menangani varian-varian baru virus corona, termasuk Delta, kendati efikasinya turun.

BACA JUGA: Warga 23 Desa di Cirebon Berpeluang Kaya Mendadak

"Efikasi vaksin sekarang memang turun karena ada mutasi atau varian baru."

"Namun, sejauh ini walaupun turun masih bisa dipakai untuk menangani varian-varian yang ada sampai saat ini terutama mencegah penyakit berat dan kematian," ujar Prof Tjandra.

BACA JUGA: Sinyalemen dari KPK Sikapi Aksi Minta Proyek Formula E Pemprov DKI Diusut

Dia menyatakan hal tersebut di sela kuliah pakar bertajuk 'Peran Biomedis di Era dan Pasca Pandemi' yang digelar Universitas YARSI, Rabu (15/9).

Vaksin Pfizer-BioNTech misalnya, analisis yang dilakukan Public Health England seperti dikutip Healthline menunjukkan vaksin ini kira-kira 80 persen efektif mencegah infeksi dari varian Delta.

BACA JUGA: Evakuasi Nakes yang Berada di Jurang Dramatis, Diwarnai Hujan Peluru

Hasil ini didapat setelah para peneliti menganalisis 14.019 orang pasien dan 166 di antaranya menjalani perawatan di rumah sakit wilayah Inggris.

Dua dosis vaksin Pfizer-BioNTech sekitar 88 persen efektif melawan penyakit simtomatik dan 96 persen efektif mencegah pasien dengan varian Delta menjalani rawat inap.

Sebuah studi laboratorium kecil yang dilakukan para peneliti New York memperlihatkan, vaksin berbasis mRNA yakni Pfizer dan Moderna efektif sekitar 94-95 persen efektif mencegah COVID-19 dengan varian Delta.

Vaksin Pfizer sendiri diketahui memiliki efikasi sebesar 95 persen infeksi SARS-CoV-2.

Sementara itu, untuk Sinovac, dua suntikan vaksin memberikan kemanjuran 59 persen terhadap varian Delta.

Kemudian, 70,2 persen untuk COVID-19 kategori sedang dan 100 persen untuk kasus parah.

Demikian hasil sebuah studi yang dilakukan para peneliti dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Guangzhou seperti dikutip dari Xinhua.

Dalam studi itu peneliti melibatkan 628 orang pasien termasuk 153 orang yang terkonfirmasi COVID-19 dengan varian Delta.

Menurut Tjandra yang pernah menjabat sebagai Direktur WHO Asia Tenggara itu, bila nantinya efikasi makin turun maka upaya yang bisa dilakukan ialah modifikasi vaksin bukannya membuat vaksin baru.

"Kalau nanti turun lagi, maka bisa dilakukan modifikasi, jadi tidak perlu bikin vaksin baru."

"Sekarang masih belum (turun). Jangan berpikir nanti kalau turun lagi harus memulai lagi, prosesnya menunggu setahun lagi baru ada vaksin. Modifikasi, cukup cepat 6-8 minggu," katanya.

Hal senada juga dikemukakan para peneliti dari Texas, dikutip dari News Medical.

Mereka mengatakan perlunya memodifikasi vaksin COVID-19 yang saat ini digunakan agar sesuai dengan varian yang beredar.

Peneliti Pei-Yong Shi dan koleganya merekomendasikan peningkatan imunisasi global dengan vaksin yang tersedia saat ini, bersama dengan booster bila diperlukan.

Cara ini bisa dilakukan sebagai salah satu pendekatan untuk mengakhiri pandemi COVID-19.

Namun, desain vaksin booster tergantung pada apakah varian yang baru muncul dapat lolos dari kekebalan yang dihasilkan oleh vaksin saat ini atau infeksi alami.

Menurut mereka, potensi hilangnya kekebalan akibat setiap varian baru pada individu yang divaksinasi dan terinfeksi harus dipantau secara ketat.(Antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler