JAKARTA - Teka-teki siapa Ibrohim Muharram terkuak sedikit demi sedikitSalah satu rumah Ibrohim di Cililitan menyimpan sejarah lelaki yang dianggap terlibat dalam ledakan yang dilakukan di Ritz Carlton, Jumat (17/7) lalu
BACA JUGA: Giliran DNA Anak Arina Diperiksa
Tetangga menganggapnya sebagai lelaki alim yang rutin sholat jamaah di mushollaRumah Ibrohim terletak di Jalan Cililitan Kecil nomor 12 RT 3/RW 7, Kelurahan Cililitan, Kramat Jati, Jakarta Timur
BACA JUGA: Abu Bakar Baasyir Tak Kenal Nur Sahid
Rumah itu kini tak lagi ditempati sejak 2007 laluBACA JUGA: JK Tegaskan Teror Bom Tak Terkait Politik
Rumah tersebut kemudian ditempati lima orangYakni, Rodhin dan istrinya plus tiga orang anaknya, Ibrohim Muharram, Muhammad Syukri, dan Mualif Suni"Mereka sebenarnya punya lima anak, tapi yang ikut di sini cuma yang tiga ituIbrohim di sini biasa dipanggil AamNamanya kan Ibrohim Muharram, panggilnya Aam," kata Ketua RT 3/RW 7 Tubagus RudiIstri Rodhin meninggal beberapa tahun setelah menempati rumah tersebutRodhin lantas menyusul sekitar lima tahun laluTiga bersaudara itu lantas menempati rumah tersebutNah, pada awal 2007 terjadi banjir besarSungai Ciliwung yang membelah kampung Cililitan Kecil naikPermukaan air mencapai puncak rumah"Setelah banjir mereka tak pernah kembali lagi," katanya.
Rumah tersebut terletak di pinggir Jalan Dewi Sartika, sekitar 200 meter arah barat Pusat Grosir Cililitan (PGC)Rumah tersebut berdiri dua lantaiAkses masuk bisa dari lantai satu atau dari tangga di luar rumah yang langsung terhubung ke lantai duaMelihat bangunannya, rumah itu tampak sudah lama ditinggalkanPintu depan dan jendela, baik lantai satu maupun dua, dibiarkan terbukaKursi dan perabot terlihat ditempeli lapisan debu tebalSofa di ruang tamu pun sudah jebolBuku-buku dan perkakas yang rusak diletakkan begitu saja di atasnya
Lantai satu terdiri dari tiga kamarKamar depan satu, dan kamar tengah duaSemua kamar dihubungkan ruang tengah seluas 3 x 5 meterDi ruang tengah terdapat tangga untuk akses ke lantai duaLantai dua hanya satu kamar utamaKamar tersebut cukup luas dan mempunyai balkon sendiriUkurannya sekitar 5 x 6 meter
Selain menjadi tempat ranjang dan kasur, kamar lantai dua itu juga menjadi semacam perpustakaan kecilTerdapat rak buku lima tingkat dengan buku-buku berserakan"Dulu bukunya banyakTapi karena sudah lama ditinggal, diambil orang-orang untuk dijual," ujar salah seorang warga
Masyarakat tidak terlalu mengenal keluarga tersebutSebab, kata Rudi, mereka cenderung tertutupNamun, mereka dikenal sebagai orang yang ramah dan baikTerutama Ibrohim"Dia kalau sholat selalu berjamaah di mushola dekat rumahDia juga orangnya sopan santun," ujarnya.
Kata Rudi, Ibrohim hanya lulusan SMABungsu dari lima bersaudara itu sejak masih SMA aktif di kegiatan keislamanLulus SMA, dia aktif dalam kegiatan-kegiatan PKS"Semua saudara dia kader PKSTiap kali masa kampanye dia selalu aktif ngajakin orangTerakhir kali itu pas pilkada Jakarta (2007, Red.)Yang calonnya Adang-Dani," tuturnya
Dokumen-dokumen di rumah memperkuat dugaan bahwa Ibrohim yang bapak empat anak itu adalah kader PKSDalam salah satu buku yang ditemukan di rumah itu, terdapat catatan mengenai arkanul baiah (rukun baiat) Hasan Al Banna, pendiri organisasi Ikhwanul Muslimin di Mesir yang menjadi acuan pendidikan dakwah partai tersebutAda juga tujuh tahapan perbaikan menurut Hasan Al BannaMulai dari mempersiapkan pribadi muslim hingga mempersiapkan mendirikan negara Islam dan menjadi guru alam semesta
Slogan-slogan jihad pun terlihat jelasDi kamar lantai dua, misalnyaAda tulisan Arab berbunyi Allah Ghoyatuna, Arrasul Qudwatuna, Al Quran Dusturuna, Al Jihadu Sabiluna, Almautu Fisabilillah Asma amaninaKalimat itu berarti Allah tujuan kami, Rasul tauladan kami, Al Quran petunjuk kami, jihad jalan kami, dan mati di jalan Allah cita-cita kami tertinggi.
Dokumen lain di rumah tersebut adalah surat daftar gaji berkop Agence France-Presse (AFP), kantor berita PerancisSurat berbahasa Perancis itu menuliskan bahwa Ahmad Rodhin Dja?far, ayah Ibrohim, berposisi sebagai Assistant Redaqcionnel polyvalent aupres du Directur (yang dalam bahasa Indonesia kurang lebih berarti, asisten redaksional serbaguna untuk direktur)Surat bertanggal 31 Maret 1981 itu menunjukkan bahwa Rodhin mendapat gaji sebesar Rp 191.500.
Buku-buku keislaman juga banyak ditemukan di rumah ituMulai dari buku-buku bertema fikih dan tata cara dalam rukun agama, hingga buku-buku bernuansa jihad
Ibrohim sendiri setelah lulus SMA belum diketahui apa aktivitasnyaYang jelas, pada 2002 dia menjadi florist di Hotel MuliaKemudian, pada 2005 dia keluar dan menjadi florist outsourcing yang dipekerjakan di hotel Ritz Carlton.Ibrohim juga disebut sempat tinggal di rumah petak dekat Mega Kuningan bersama enam temannya dalam tiga tahun terakhirNamun, pada Juni lalu dia keluar dengan alasan ingin tinggal bersama kakaknyaPadahal, Hudyo, sepupu Ibrohim saat ditemui di Rumah Sakit Kepolisian Pusat Sukanto mengatakan dia pindah kos ke kawasan Pasar Minggu, Jakarta SelatanKedua kakak Ibrohim tidak ikut tinggal di situ
PKS Masih Lacak Ibrohim
Sementara itu, Humas DPP PKS Mabruri mengaku belum bisa memastikan apakah Ibrohim kader PKS atau bukanPKS, kata dia, masih melacak keanggotaan Ibrohim di Dewan Perwakilan Cabang (DPC) PKS di Kramat Jati, Jakarta Timur"Proses masih sedang berjalanKarena itu, kami belum bisa memastikan," ujarnya saat dihubungi JPNN di Jakarta tadi malam.
Namun, kata Mabruri, tidak mungkin kader PKS melakukan ituSebab, pengeboman bukan bagian dari cara kerja kader PKS"Lagipula, keterlibatan Ibrahim juga masih belum jelasDia di situ sebagai apa? Kalau dia yang ngebom, DNA-nya kan tidak cocokArtinya, bukan Ibrahim yang melakukannya," katanya
Kata Mabruri, anggota PKS cukup banyakSiapapun bisa masuk menjadi anggotaApabila ada kadernya yang berbuat salah, tak bisa sepenuhnya dibebankan sepenuhnya kepada institusi partai"PKS kan partai politikSiapapun boleh jadi anggotaPerusahaan tempat dia bekerja juga harus dicek dongItu biar berimbangJangan sepenuhnya ke kita," katanya.(aga)
BACA ARTIKEL LAINNYA... SBY Bantah Kaitkan Bom dengan Pilpres
Redaktur : Tim Redaksi