Video buaya mati yang terjebak di dalam pukat atau jaring ikan, di Australia Barat, telah memicu perdebatan mengenai penggunaan pukat di wilayah tersebut.

Video itu diambil oleh kru kapal wisata ‘Kimberley Quest’ di wilayah Sungai Roe yang terpencil, pada bulan Oktober.

BACA JUGA: Pasca Abu Anak Rinjani, Penerbangan Australia Dari dan Ke Bali Mulai Beroperasi

Video itu menunjukkan buaya besar dan kembung yang mengambang di dekat kapal wisata kecil yang membawa para turis.


Video buaya mati yang terjaring pukat telah membuat desakan pelarangan praktek jaring ikan di wilayah Kimberley. (Foto: Kimberley Quest)

BACA JUGA: ANU Kembalikan Kerangka Tertua Warga Aborijin ke Pemilik Adat

Pencinta alam, Tim Willing- yang telah bekerja sebagai pemandu flora dan fauna lokal di kapal itu selama 10 tahun –mengatakan, hasil tangkapan pukat bisa menjadi pemandangan yang mengerikan bagi para wisatawan.

"Ketika buaya terjaring, mereka terisi dengan gas, tubuhnya cukup membengkak, dan perut mereka mengapung di sungai, jadi jelas jika Anda datang untuk wisata, melakukan sebuah perjalanan, orang cukup terkesima melihat buaya mengambang yang mati di daerah padang gurun ini,” ungkapnya.

BACA JUGA: Kebakaran di Indonesia Picu Konsentrasi Karbon di Atmosfir yang Baru Terjadi dalam 2 Juta Tahun

"Hal ini bisa memuakkan pada beberapa kesempatan, karena ketika Anda melihat buaya mati dan ikan mati mengambang di sungai, itu sangat bau," sambungnya.

Hal yang sangat mungkin bahwa buaya itu terjaring ketika pukat dibentangkan di mulut sungai untuk menangkap ikan, tetapi belum diketahui siapa yang pemilik jaring tersebut.

Ada empat kapal nelayan berlisensi yang bisa menggunakan teknik tersebut, tetapi Dewan Industri Perikanan Australia Barat (WAFIC) mengatakan, tak satupun dari mereka akan cukup ceroboh untuk memperangkap buaya dan meninggalkan pukat begitu saja.

Kepala eksekutif WAFIC, John Harrison, memperingatkan pihak-pihak yang menuduh para nelayan komersial lokal.

"Keyakinan kami, ini adalah jaring ilegal dan itu diletakkan oleh orang-orang yang seharusnya tak menggunakannya ... semua bukti yang kami miliki sampai saat ini adalah bahwa itu bukan pekerjaan seorang nelayan profesional," katanya.

Ia menambahkan, "Ini menjadi perhatian nyata dari kami bahwa operator ilegal bekerja di daerah tersebut, dan mereka tak memiliki tingkat profesionalisme yang sama. Jadi di-situlah investigasi perlu difokuskan."

Salah tangkapan tak terhindarkan

Menteri Perikanan di Australia Barat telah mengkonfirmasi bahwa sejak tahun 2008, lebih dari 30 buaya telah tewas karena pukat.

John mengatakan, hasilnya tidak ideal tapi itu tak bisa dihindari dalam upaya mengamankan pasokan baramundi dan salmon segar yang ditangkap dari laut, kepada para konsumen.

"Kami sangat nyaman dengan penggunaan pukat, itu adalah metode menangkap ikan yang efisien dan berkesinambungan," jelasnya.

"Jaring itu dipantau oleh operator dan setiap upaya dilakukan untuk meminimalkan resiko tangkapan yang tidak diinginkan."

Tapi kelompok konservasi seperti ‘Environs Kimberley’ ingin agar praktek itu dilarang, terutama di daerah yang akan segera dijadikan taman laut.

Salah satu aktivis lembaga itu, Jason Fowler, mengatakan, harga yang dibayar terlalu tinggi.

"Kami mendukung permintaan dari operator tur untuk menghapus pukat dari sungai-sungai dan muara di Kimberley Utara," sebutnya.

Ia mengutarakan, "Wilayah Kimberley adalah tempat perlindungan bagi satwa liar yang rentan seperti lumba-lumba snubfin dan ikan hiu todak yang terkena resiko langsung dari pukat."

BACA ARTIKEL LAINNYA... Wisata Pendakian Uluru Dibuka Kembali Pasca Insiden Pengguntingan Rantai

Berita Terkait