jpnn.com, TEL AVIV - Wabah virus corona telah memicu lonjakan ujaran kebencian terhadap Tiongkok dan etnis Tionghoa di Twitter. Tidak tanggung-tanggung, peningkatannya mencapai 900 persen.
"Masyarakat kini menghabiskan lebih banyak waktu di media sosial, aplikasi kominikasi, dan ruang obrolan serta permainan daring, akibatnya masalah-masalah yang endemik di semua platform ini seperti ujaran kebencian, toxicity dan perundungan, makin menonjol," tulis L1ght, perusahaan rintisan yang berbasis di Israel, dalam sebuah laporan yang dilansir AFP, Sabtu (28/3).
BACA JUGA: Ketua Komisi Fatwa MUI: Muslim Meninggal karena Corona Mati Syahid Akhirat
"Menurut data kami, mayoritas ujaran kebencian ini ditujukan kepada Tiongkok dan penduduknya, juga orang-orang keturunan Asia di negara-negara lain," tambah L1ght yang menggunakan kecerdasan buatan untuk mendeteksi konten negatif di media sosial.
Meski kisah positif dari warga Tiongkok yang bertahan hidup di tengah mewabahnya virus corona banyak beredar di medsos, ujaran kebencian juga tidak kalah banyak.
BACA JUGA: Donald Trump Pojokkan Tiongkok soal Corona, Amerika Kena Karma
"Kicauan-kicauan penuh kebencian terang-terangan menuduh orang-orang keturunan Asia sebagai pembawa virus dan menyalahkan mereka secara keseluruhan atas penyebaran virus tersebut," lanjut laporan L1ght.
Tagar-tagar rasis seperti #Kungflu, #chinesvirus dan #communistvirus juga bermunculan seiring meluasnya wabah virus corona ke negara-negara di luar Tiongkok. Kunjungan dan aktivitas di situs-situs yang mempromosikan kebencian ikut meningkat 200 persen.
BACA JUGA: Kisah Perjuangan Tiongkok Melawan Virus Corona Bakal Dijadikan Sinetron
L1ght juga menyoroti peran media massa dalam menyebarkan pesan kebencian dengan mengambil contoh sebuah video di Sky news Australia berjudul "Tiongkok sengaja menjangkiti dunia dengan virus corona."
"Video tersebut kini sudah memiliki 5 ribu komentar, sebagian besar toksik dan penuh kebencian," tulis L1ght.
Temuan ini selaras dengan yang dilaporkan organisasi dan para aktivis HAM di Amerika Serikat mengenai peningkatan kasus rasisme terhadap warga keturunan Asia di negara tersebut. Penggunaan istilah virus China sebagai pengganti corona oleh Presiden Donald Trump dianggap berkontribusi terhadap makin meluasnya xenofobia. (AFP/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil