Volvo Incar Pasar Alat Berat Indonesia

Rabu, 24 November 2010 – 19:21 WIB
SHANGHAI - Pesatnya industri perumahan dan konstruksi di Indonesia menggiurkan industri pembuat alat berat internasionalVolvo Construction Equipment yang berkantor pusat di Brussel, Belgia mengincar ceruk pasar heavy equipment (peralatan berat) yang semakin berkembang.

"Saya optimistis, pembangunan di Indonesia semakin lama semakin bagus, dan itu berarti sesuatu yang menjanjikan bagi bisnis ini," kata Olof Persson, President and CEO Volvo Construction Equipment, kepada Jawa Pos di Shanghai, Tiongkok, Senin (22/11) kemarin.

Olof datang langsung ke Shanghai memantau anak buahnya yang sedang mengikuti pameran alat berat terbesar di dunia, Bauma Expo, di Shanghai

BACA JUGA: Umumkan Harga Rights Issue, Saham BBNI Terkoreksi

Pameran ini diikuti oleh 1.800 perusahaan alat berat dari 37 negara
Volvo memasang beberapa alat andalannya seperti excavator, hauler dan bachoe.

Menurut CEO asal Swedia ini, Indonesia unik karena lokasinya yang berpulau-pulau

BACA JUGA: Bisnis Wisata di Bromo Tiarap

"Karena itu, kebutuhan alatnya sangat variatif," katanya
Pertambangan di kawasan Indonesia Timur misalnya, membutuhkan mesin-mesin pengeruk

BACA JUGA: IHSG Tertolong Bursa Regional

Sedangkan, pembangunan jalan tol dan usaha perumahan di Jawa membutuhkan crane atau hauler.

Apakah punya strategi khusus di Indonesia? Olof menggeleng"Strateginya sama saja di seluruh duniaYakni kualitas produk, layanan purna jual dan hubungan hangat dengan konsumen," katanyaDi Indonesia, produk Volvo didistribusikan secara tunggal oleh PT Intraco Penta yang dipimpin Petrus Halim.

Olof juga prihatin dengan banyaknya musibah bencana alam di Indonesia seperti erupsi Merapi, tsunami Mentawai, dan banjir di Wasior"Kita berharap alat-alat kita bisa membantu proses rekonstruksi yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia," kata pria kelahiran 1964 ini.

Saat ini, Volvo Construction Equipment mempunyai 14.700 karyawan dan memasarkan produknya di 150 negara di dunia"Kita investasikan USD 100 miliar untuk mengembangkan bisnis ini di AsiaDimulai di Tiongkok, lalu menyebar ke seluruh Asia," tegasnya(rdl)

BACA ARTIKEL LAINNYA... 2019, PLN Pakai 18 Persen EBT


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler