Waduh! ADB Punya Ramalan Kurang Baik soal Ekonomi 2022, Begini

Rabu, 22 September 2021 – 16:32 WIB
Asian Development Bank (ADB) meramalkan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2021 hanya akan mencapai 3,5 persen (yoy). Ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Asian Development Bank (ADB) meramalkan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2021 hanya akan mencapai 3,5 persen (yoy).

Proyeksi ADB pada perekonomian Indonesia itu menurunkan daripada April lalu sebesar 4,5 persen (yoy).

BACA JUGA: Ada Kabar Gembira soal Likuiditas Perbankan, Begini Firasat BI soal Ekonomi

“Pemulihan akan terus berlangsung namun dengan laju yang lebih moderat di level 3,5 persen,” kata Senior Country Economist ADB Henry Ma dalam ASIAN Development Outlook 2021 di Jakarta, Rabu (22/9).

Selain itu, ADB memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2022 menjadi 4,8 persen (yoy) dari sebelumnya 5 persen (yoy).

BACA JUGA: Jokowi Membeber Kunci Menumbuhkan Ekonomi, Apa Itu? Silakan Disimak

Henry menambahkan untuk Current Account Balance (CAB) tahun ini diperkirakan berada di level minus 0,5 persen dari perkiraan sebelumnya minus 0,8 persen.

Pada tahun depan diperkirakan sebesar minus 0,9 persen dari perkirakan sebelumnya minus 1,3 persen.

BACA JUGA: Ramalan Ekonomi soal Dampak Presidensi Indonesia dalam G20

“Pertumbuhan 3,5 persen pada 2021 maka riil GDP di 2021 akan 1,4 persen lebih besar dibanding 2019. Untuk 2022 mungkin perlambatan ini berlanjut sehingga proyeksi pertumbuhan 2022 di level 4,8 persen,” ujar Henry.

Menurut Hendy ada beberapa aspek yang melatarbelakangi ADB dalam menurunkan proyeksinya.

"Adanya realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal II-2021 sebesar 7,07 persen yang lebih rendah dari perkiraan," ungkap dia.

Henry menyebutkan lebih rendahnya pertumbuhan ekonomi kuartal II 2021 dari ekspektasi memberikan basis yang lebih rendah pada pertumbuhan tahun berikutnya.

Aspek kedua adalah adanya pembatasan mobilitas yang lebih ketat pada kuartal III-2021.

Akibatnya, kata Henry, indikator ekonomi tertekan, terutama pada penjualan ritel dan kendaraan bermotor, lalu keyakinan konsumen serta PMI Manufaktur.

Aspek ketiga adalah dari global.

Dia memerinci ada perlambatan di berbagai negara akibat varian COVID-19 baru dan peningkatan kasus terutama di negara maju seperti Amerika Serikat.

"Masih ada tekanan finansial di ekonomi global serta kontraksi di sektor layanan dan jasa," bebernya.

ADB juga memprediksi untuk inflasi Indonesia tahun ini diperkirakan berada di level 1,7 persen atau lebih rendah dibandingkan proyeksi sebelumnya 2,4 persen.

"Tahun depan berada di level 2,7 persen dari prediksi sebelumnya 2,8 persen," tegas Henry.(antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler