jpnn.com - BEKASI - Menjelang Ramadan, pekerja seks komersial (PSK) masih banyak berkeliaran di sepanjang jalan utama dari Tambun hingga Cikarang. Sejumlah diskotek pinggiran juga masih melakukan aktivitasnya menggelar hiburan malam seperti biasanya.
Seorang PSK berinisial MW (30), mengaku biasa menjajakan cinta dari pukul 22.00 hingga dini hari. Dengan cara standby di tepi jalan, dia mengaku lebih mudah untuk mendapatkan perhatian dari para pria hidung belang.
BACA JUGA: Beraksi Jelang Ramadan, 30 Pelaku Curanmor Ditangkap
“Tempat saya biasa mangkal sudah dibongkar jadi sekarang mangkal di mana saja termasuk di pinggir jalan,” kata perempuan berambut ikal itu dilansir GoBekasi (Grup JPNN.com), Rabu (17/6).
Perempuan berdandan seronok dan menunjukkan tato di leher kanannya itu mengaku biasa mangkal di sebuah kawasan prostitusi ternama di wilayah Cikarang Utara. Di sana biasanya dia tidak perlu repot mencari pelanggan, tetapi hanya duduk santai menunggu pelanggan. Seiring dilakukannya pembongkaran oleh petugas, dia banting setir dan turun ke jalan.
BACA JUGA: Seorang Santri Asal Tasikmalaya Tewas Diseret Ombak Parangtritis
Dengan keputusan yang dia ambil itu, MW banting harga. Dari banderol berkisar antara Rp 400 ribu hingga Rp500 ribu, saat ini dia mengaku kesal banyak pengendara yang melintas hanya menawar dengan harga Rp 100 ribu sampai Rp150 ribu.
“Rp 400 ribu sampai Rp500 ribu sepuasnya, saya baru sepuluh hari di sini, itu juga lembur sampai pagi,” katanya.
BACA JUGA: Sedang Asyik Main, Bocah 10 Tahun Kena Peluru Nyasar Misterius
Terpisah, Kepala Seksi Trantib Kecamatan Cibitung, Sutarno mengaku kaget dengan adanya eksodus PSK yang turun ke jalanan. Menurutnya, lokasi prostitusi yang ada di Cibitung terletak di lokalisasi tenda biru yang sudah ditutup karena mendekati Bulan Ramadan. Namun, dia mengaku heran dengan adanya eksodus PSK yang turun ke jalan.
“Untuk lokalisasi terbesar di Cibitung sudah tidak beroperasi karena masuk Bulan Ramadan,” terangnya.
Dia sendiri mengaku kesulitan menekan jumlah PSK yang menjajakan diri di wilayahnya. Selanjutnya dia hanya bisa melakukan koordinasi dengan tingkat aparatur pemerintah daerah untuk mencari solusi adanya praktik prostitusi.
Sementara itu, dampak pembongkaran bangunan liar yang menggerus salah satu lokaliasi di Kampung Kramat, Desa Cikarang Kota, Kecamatan Cikarang Utara, menjadi kekhawatiran sendiri bagi pihak kecamatan. Pemerintah kecamatan setempat berusaha melakukan pantauan agar tidak ada PSK yang kembali menempati bangunan yang digusur.
“Lokalisasi Ciseeng sudah dibongkar namun ada persoalan lainnya yang menjadi PR bersama, karena mucikari dan PSK lainnya pasti tersebar,” ujar Camat Cikarang Utara, Atang Firmansyah.
Masyarakat Cikarang sebenanrya memang selalu resah dengan bermunculannya lokasi baru prostitusi. Sementara minimnya anggaran selalu menjadi alasan sulitnya membersihkan Cikarang dari tempat prostitusi.(cr29/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jelang Ramadan, Polisi Bongkar Praktik Penjualan Daging Celeng
Redaktur : Tim Redaksi