Waduh! Rektor Haramkan Mahasiswa Main ke Mal Ini

Jumat, 06 November 2015 – 09:53 WIB

jpnn.com - MALANG - Keberadan Mall Dinoyo City (MDC) dirasakan sangat mengganggu aktivitas di Universitas Islam Malang (Unisma). Suara genset yang berisik dan cerobong asap yang mengarah ke kampus membuat para mahasiswa terganggu.

Rektor Unisma, Maskuri Bakrie akhirnya mengadukan kondisi tersebut ke Komisi C DPRD Kota Malang, kemarin (5/11). Langsung digelar pertemuan, yang juga didadiri pihak MDC dan Dinas Pasar Kota Malang.

BACA JUGA: Bus Turunkan Penumpang di Tol, Fatal Akibatnya...Brakkk

Dalam pertemuan tersebut, Maskuri mengatakan upaya kekeluargaan yang ia lakukan sebelumnya tak mendapat respon positif dari pihak MDC.

Padahal, sejak awal pembangunan sudah ada komitmen antara kedua pihak agar tidak saling mengganggu.  Tapi kenyataannya, komitmen itu seolah dilanggar oleh pihak MDC.

BACA JUGA: Jangkau Warga Pedalaman, Nunukan Kembangkan Bandara Perintis

"Suara dieselnya sangat besar sekali, sangat mengganggu mahasiswa. Cerobong asap yang mengarah ke kampus kami, juga membuat udara di Unisma menjadi panas dan menimbulkan bau tidak sedap," kata Maskuri, kemarin.

Menurutnya, kasus ini merupakan bentuk pencorengan nama Kota Malang yang selama ini dikenal dengan Kota Pendidikan. Pihak Unisma menuntut pengelola mal menyelesaikan semua masalah yang mereka keluhkan.

BACA JUGA: Wow, Mobil Toretto dalam Fast and Furious Dipamerkan di Surabaya, Nih Penampakannya!

"Kami tetap ingin menjadi tetangga yang baik, tapi kami harap pihak MDC menyelesaikan masalah," jelasnya.

Maskuri juga menyatakan, karena persoalan ini, dirinya bahkan mengharamkan mahasiswa Unisma yang berjumlah sekitar 10 ribu orang itu mengunjungi MDC.

"Pada pertemuan tersebut, kami beri batas waktu Unisma selama 10 hari. Bila tidak selesai juga, maka kami akan ambil langkah hukum," pungkas Maskuri.

Sementara Ketua Komisi C DPRD Kota Malang Bambang Sumarto menjelaskan, bahwa pihak MDC memiliki masa tenggat selama 10 hari untuk menyelesaikan permasalahan dengan Unisma. Masa tenggat itu, dinilai cukup untuk menyelesaikan persoalan ini. Meski, diakui Bambang kalau pihak MDC bakal kewalahan memindahkan cerobong asapnya.

"Kalau mau pindahkan itu, harus dipindahkan juga mesinnya. Pemindahan ini jelas membutuhkan biaya yang tidak sedikit, karena itu kami akan carikan jalan tengahnya," kata Bambang.

Terkait dengan persoalan limbah, Bambang sendiri mengakui kalau MDC memang telah menyumbangkan polusi udara kepada Unisma. Ini berdasarkan sidak yang dilakukan Bambang pada Juni 2015 lalu, saat MDC belum beroperasi.  "Saat itu, bahkan terasa getaran di Unisma," jelasnya.

Menurutnya, bila dalam 10 hari permasalahan antara MDC dengan Unisma belum selesai, maka dewan siap untuk memfasilitasi lagi. "Kedua pihak sudah berjanji untuk menyelesaikannya, tapi kalau dalam 10 hari belum selesai juga, maka akan kami fasilitasi lagi," ungkapnya.

Sementara Direktur Operasional MDC, Jufrinaz mengaku, waktu 10 hari yang diberikan untuk MDC menyelesaikan masalah itu tidak cukup. Pasalnya, pengerjaan ini butuh pemindahan mesin yang memakan waktu lama. Berapa lama? Jufrinaz mengaku masih akan mengordinasikannya dulu dengan pihak Ramayana.

"Itu (cerobong asap, red) milik Ramayana, kami tidak tahu persis berapa lama, coba nanti kami koordinasikan dulu," kata Jufrinaz. Sementara itu, untuk penutupan dan pemasangan pagar, menurutnya sudah dilakukan.

"Kami pernah menawarkan desain, tapi ditolak oleh pihak Unisma, karena pihak Unisma meminta ada desain Islami. Tapi, penyelesaian masalah ini sudah kami proses," pungkasnya. (erz/ary/sam/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Hiii... Ular Langka Tiba-tiba Muncul dan Mendekat


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler