jpnn.com, JAKARTA - Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menganggap Ketua Umum Jokowi Mania (Joman) Immanuel Ebenezer atau Noel tidak mengenal ketum partai berlambang Banteng moncong putih Megawati Soekarnoputri.
Hasto berkata demikian demi menjawab pertanyaan awak media di Sekretariat F-PDR, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (18/4) soal tudingan teranyar Noel.
BACA JUGA: Hasto PDIP Soroti Jokowi yang Sibuk Urus Keluarga Saat Situasi Global Memanas
"Ya, Bung Noel, kan, enggak tahu, bagaimana Ibu Mega memiliki sikap kenegarawanan," kata dia, Kamis.
Sebelumnya, Hasto memang menyebut Megawati bakal menemui anak ranting PDI Perjuangan pada momen Idulfitri 1445 Hijriah saat ditanya potensi perjumpaan putri Proklamator RI Soekarno itu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
BACA JUGA: Sekjen PDIP: Otto Mungkin Lupa Pernah Meminta Bu Megawati Jadi Saksi
Noel kemudian menuding Hasto sebagai sosok penghambat terjadinya pertemuan Megawati dengan Jokowi.
Menurut Hasto, sebuah kehormatan bagi Megawati menemui anak ranting dalam sistem kepartaian yang diterapkan PDI Perjuangan.
BACA JUGA: Pengamat Yakin Prabowo Mampu Selaraskan PDIP dengan Partai di KIM
"Bertemu anak ranting PDI Perjuangan itu sumber kekuasaan dari yang namanya Ketua Umum DPP PDI Perjuangan itu berasal dari anak ranting. Itu suatu kehormatan. Noel yang tidak tahu," kata pria yang hobi mendaki gunung itu.
Hasto lantas menjelaskan para pengurus ranting di PDI Perjuangan menjadi benteng bagi Megawati sebagai pimpinan partai.
Terlebih lagi, kata dia, sistem kepartaian di PDIP saat ini menghasilkan figur-figur mumpuni yang berlatar belakang rakyat biasa.
"PDI Perjuangan mengadakan sekolah partai, sehingga muncullah Eri Cahyadi, yang merintis karir dari ASN, menjadi Wali Kota di Surabaya, muncul Bu Ita menjadi Wali Kota Semarang, Pak Abdullah Azwar Anas jadi Bupati dua periode di Banyuwangi itu dari kalangan rakyat biasa," kata Hasto. (ast/jpnn)
Video Terpopuler Hari ini:
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ingatkan PDIP soal Hak Angket, Ikrar Nusa Bhakti: Jangan Melempem
Redaktur : Fathan Sinaga
Reporter : Aristo Setiawan