Wajah Ningrat Hati Merakyat, Qodari Sebut Gusti Bhre Mampu Lanjutkan Estafet Kepemimpinan Gibran di Kota Solo

Selasa, 06 Agustus 2024 – 10:31 WIB
Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari mengatakan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara X Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo atau Gusti Bhre adalah sosok yang mampu melanjutkan estafet kepemimpinan Gibran Rakabuming Raka dalam membawa kemajuan Kota Solo. Foto: Dokumentasi pribadi

jpnn.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari mengatakan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara X Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo atau Gusti Bhre adalah sosok yang mampu melanjutkan estafet kepemimpinan Gibran Rakabuming Raka dalam membawa kemajuan Kota Solo.

Qodari membeberkan tiga alasannya. Pertama, adanya hubungan harmonis antara Gusti Bhre dengan keluarga besar Presiden Jokowi yang terjalin cukup lama dan di antara keduanya memiliki pemikiran yang sama.

BACA JUGA: Qodari: Perlu Lanjutkan Kesuksesan Jokowi dan Gibran Pimpin Kota Solo

“Saya melihat bahwa yang bisa melanjutkan ini adalah Gusti Bhre. Kenapa? Karena pertama hubungan baik antara Gusti Bhre dengan Pak Jokowi dengan Mas Gibran itu sudah terjalin cukup panjang dan kelihatannya itu sejalan,” ujar Qodari dalam kegiatan Konsolidasi Relawan Sahabat Bang Ara dan Stefanus Gusma, di Wisma Dewa Dewi, Kota Solo, Senin (5/8/2024).

Qodari juga menyebut Gusti Bhre mampu memadukan antara tradisi dan modernitas. Hal itu dianggap memiliki kesamaan dengan Gibran dalam membangun Kota Solo.

BACA JUGA: Golkar Nilai Kunjungan Gibran ke Surabaya sebagai Sinyal Dukung Eri Cahyadi

Dia mencontohkan revitalisasi Taman Mangkunegaran. Namanya tetap ada bagian dari Pura Mangkunegaran, tetapi menjadi lebih asri, lebih indah dan lebih dinikmati.

“Bahkan di sana ada restoran kemudian ada kafe, masyarakat, wisatawan dalam negeri luar negeri bisa masuk ke dalam, bisa ikut merasakan tetapi tetap menjadi bagian dari Pura Mangkunegaran," ujar Qodari.

BACA JUGA: Pj Gubernur Jateng Lantik Teguh Prakosa Jadi Wali Kota Surakarta

“Jadi, di situ kita melihat bagaimana tradisi dan modernitas itu bisa menyatu dengan baik pada diri Mas Gibran dan Gusti Bhre,” sambungnya.

Alasan kedua, kata Qodari, Gusti Bhre merupakan figur muda seperti Gibran yang memiliki energi dan pemikiran yang satu frekuensi untuk Solo lebih maju ke depan.

“Gusti Bhre adalah sosok anak muda yang energinya begitu besar, ya Mas Gibran anak muda berarti yang melanjutkan juga baiknya orang muda karena frekuensi pemikirannya yang sama, energinya juga sama,” ungkapnya.

Alasan ketiga, lanjut Qodari berpandangan Gusti Bhre meskipun berasal dari keluarga ningrat, namun memiliki jiwa yang sangat merakyat.

“Saya melihat bahwa Gusti Bhre ini walaupun dia adalah keturunan dari Raja Mataram, keturunan dari Pura Mangkunegaran, pimpinan Kadipaten Mangkunegaran karena dia adalah Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara X, tapi sebetulnya beliau ini adalah figur yang sangat-sangat merakyat,” ucapnya.

Merakyatnya Gusti Bhre, lanjut Qodari, terbukti dari kehadiran Gusti Bhre dalam acara konsolidasi relawan Sahabat Bang Ara dan Stefanus Gusma yang disambut begitu antusias oleh masyarakat dengan penuh kehangatan.

“Kalau istilah saya itu wajah ningrat hati merakyat, wajahnya itu kan ningrat betul tetapi hatinya itu sangat merakyat dan hari ini saya menyaksikan di acara konsolidasi Sahabat Bang Ara dan Stefanus Gusma ini, bagaimana beliau masuk itu dari depan sampai ke belakang itu lama kenapa karena sambutan masyarakat yang begitu meriah,” paparnya.

Bahkan, Qodari sempat berseloroh dengan Gusti Bhre yang menyamakan dirinya dengan Presiden Jokowi sebagai sosok pemimpin yang dicintai rakyat.

“Istilah saya itu tadi bercanda dengan Gusti Bhre, tak kira yang datang Pak Jokowi dan memang interaksinya dengan masyarakat itu juga sangat-sangat hangat, salaman, disapa bukan hanya yang di lantai dasar tetapi juga di lantai atas," ungkap Qodari.

"Intinya, frekuensi hubungan atau interaksi hubungan antara Pak Jokowi dengan masyarakat, Mas Gibran dengan masyarakat itu juga saya lihat pada diri Gusti Bhre,” bebernya.

Menurut Qodari, Gusti Bhre terlihat sangat berwibawa, tetapi merakyat sebagaimana karakter kepemimpinan Presiden Jokowi maupun Gibran saat menjabat walikota Solo.

“Berwibawa itu karena beliau adalah keturunan Mangkunegara, tapi beliau adalah merakyat. Merakyat ini sangat penting, kenapa? Karena semenjak Pak Jokowi jadi pemimpin, Mas Gibran menjadi pemimpin memang karakteristik kepemimpinan yang menjadi standar bagi masyarakat itu seperti Pak Jokowi dan Mas Gibran,” urainya.

“Dan, kata kuncinya adalah merakyat. Berwibawa, tetapi merakyat, merakyat tetapi berwibawa. Saya kira itu yang unik dari Gusti Bhre tidak bisa keluar dari itu,” imbuhnya.

Qodari juga menilai bahwa kata 'merakyat' ini penting, sebab lawan politik Gusti Bhre diduga akan menggunakan narasi elitisme yang hendak memisahkan Gusti Bhre dari rakyat.

"Saya menduga bahwa lawan-lawan politik nanti akan menggunakan isu elitisme terhadap Gusti Bhre, pasti itu. Jadi, Gusti Bhre akan dipisahkan dari rakyat, akan dibuat dikotomi antara Gusti Bhre dengan rakyat,” katanya.

Namun, Qodari meyakini isu itu tidak akan mempan karena Gusti Bhre sudah menunjukkan dirinya dekat dengan rakyat sehingga narasi elitisme dengan sendirinya akan terbantahkan atau gagal.

“Nah, Gusti Bhre ini sudah mendahului, sudah mengantisipasi dengan cara apa, dengan cara ditunjukkan bagaimana dia merakyat, interaksi dia dengan rakyat itu berjalan dan bagaimana rakyat dekat dan merespons dengan baik figur Gusti Bhre ini,” katanya.

“Jadi, menurut saya per hari ini tidak bisa lagi tuh kalau ada lawan politik yang mau menyerang Gusti Bhre dengan isu elitisme, mau mendikotomikan Gusti Bhre dengan rakyat gak bisa, itu sudah gagal, sudah dipatahkan Gusti Bhre dengan acara pada hari ini konsolidasi Sahabat Bang Ara dengan Gusma dan tentu saja dengan kegiatan-kegiatan interaksi Gusti Bhre selama ini,” ujar Qodari.(fri/jpnn)


Redaktur & Reporter : Friederich Batari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler