Wajah-wajah Lusuh setelah Banjir Bandang Menghantam

Kamis, 11 Februari 2016 – 00:27 WIB
Seorang membersihkan rumah yang telah dipenuhi oleh lumpur akibat banjir yang menerjang rumah mereka.Foto: Fajar Rillah Vesky/Padang Ekspres

jpnn.com - KESEDIHAN menyelimuti masyarakat Pasaman, terutama warga Jorong Lambak dan Jorong Lundar, Nagari Panti Timur, Kabupaten Pasaman. Banjir bandang membawa duka. Ekonomi warga yang bersumber dari kebun, lumpuh! Warga takut bekerja karena bencana serupa masih mengancam.

Willian Abib--Lambak

BACA JUGA: Kesannya Sunyi tapi Indah, Romantis

Luapan air Batang Lambak masih menggenangi Jorong Lambak dan Jorong Lundar, kemarin (10/2) siang. Masyarakat masih was-was karena gerimis kembali turun siang kemarin di perkampungan itu.

Wajah-wajah masyarakat yang terdampak bencana itu terlihat lusuh. Rasa pasrah dan risau terlihat bercampur aduk karena lumpur cukup tebal dan kayu yang dibawa banjir berserakan di kampung mereka.

BACA JUGA: Hening, Ketika Pasangan Kekasih Menikah di Sel Tahanan

Meski tim penanggulangan bencana seperti BPBD dan TNI dari Kodim 0305 Pasaman bekerja ekstra menyingkirkan kayu dan lumpur dari rumah warga, namun warga masih risau. Perekonomian mereka lumpuh. Anak-anak mereka tidak bersekolah dan suami tidak bekerja karena berada di pengungsian dan rumah kerabat.

“Bagaimana kami bisa bekerja. Sementara kampung dan rumah kami terendam banjir dan lumpur,” ujar Afrizal, 42, warga setempat yang berprofesi sebagai penyadap karet ini.

BACA JUGA: Ternyata, Di Tempat Inilah Sang Jenderal Menyusun Strategi Perang Melawan Jepang

Hati Afrizal pilu. Saat ditanya, dia termenung sejenak. Matanya sembab dan berkaca-kaca. Ia mencemaskan nasib keluarganya setelah bencana ini. “Saya tidak mungkin pergi ke kebun, sementara cuaca seperti ini. Rumah saya pun terkena banjir,” ungkapnya.

Afrizal menjelaskan, masyarakat di kampungnya banyak yang bertani. “Di sanalah sumber ekonomi kami. Sekarang kami tidak bisa bekerja. Apa yang harus kami perbuat dengan kondisi seperti ini,” ujarnya sambil membersihkan rumahnya.

Kepala Jorong Lambak Hamidi mengatakan, di Jorong Lambak ada 200 kepala keluarga. “Semuanya menjadi korban bencana,” ungkapnya.

Saat ini, kata Hamidi memang tidak ada warga yang bisa bekerja karena fokus menangani bencana. “Mayoritas kami di sini hidup bertani, berkebun dan berkolam ikan,” kata Hamidi.

Hamidi menyebutkan, saat ini dia dan warga lainnya hanya mengharapkan bantuan makanan, air bersih dan alat berat untuk membersihkan material kayu dan lumpur yang memasuki rumah dan berserakan di permukiman.

“Biarlah kami tidak bekerja dulu. Kami hanya ingin rumah kami bisa cepat ditempati lagi karena tak mungkin numpang terus di rumah kerabat atau tinggal di tenda pengungsian,” sebutnya.

Setelah bencana ini, katanya warga sudah pasti ingin bekerja kembali. Namun, sayangnya itu tidak mungkin bisa dilakukan karena areal persawahan rusak disapu banjir bandang. “Di sini banyak areal persawahan. Kami sudah tidak bisa lagi bertani, sawah kami tertimbun material lumpur,” ujarnya.

Hamidi dan Afrizal serta warga lainnya yang gelisah memikirkan perokonomian keluarganya pasca banjir tentu perlu jadi perhatian pemerintah daerah.

Camat Panti Jon Wilmar mengatakan, Jorong Lambak dan Jorong Lundar merupakan salah satu penghasil gabah di Pasaman. Puluhan ton gabah masyarakat setiap tahun dipasok dari jorong ini untuk memenuhi kebutuhan beras Pasaman. “Dengan adanya bencana ini, bisa jadi pasokan beras untuk Pasaman terhenti dalam dua tahun ke depan dari nagari ini,” sebut Jon Wilmar.

Jon juga tidak memungkiri bahwa mata pencarian atau sumber ekonomi warga korban banjir bakal lumpuh total. Apalagi sebanyak di Jorong Lambak, sebanyak 60 unit rumah dan puluhan hektare sawah rusak dihantam banjir bandang. Sementara di Jorong Lundar, 9 unit rumah rusak dihantam banjir dan 70 kepala keluarga mengungsi serta empat unit jembatan rusak. 

“Di Jorong ini ada ratusan hektare sawah dan puluhan hektare kolam ikan rusak. Inilah yang akan membuat lumpuh perekonomian masyarakat,” tuturnya.

Sekretaris Kabupaten Pasaman A Syafei Siregar juga memprediksi perekonomian warga akan lumpuh di lokasi itu setelah bencana ini. “Areal persawahan warga tertimbun pasir, warga yang bergantung dari hasil sawah tentunya akan kesulitan,” ujar A Syafei.

Namun, kata dia, Pemkab Pasaman sedang fokus pada masa tanggap darurat dengan membantu masyarakat memulihkan kondisi daerahnya. Pihaknya juga akan menghimpun bantuan dari berbagai pihak dan mendistribusikannya kepada warga korban bencana. 

Di bagian lain, Dinas Kesehatan Pasaman mengungkapkan, saat ini banyak masyarakat yang terserang maag dan ISPA. Petugas medis terus memberikan layanan pemeriksaan dan pengobatan terhadap masyarakat korban bencana.

“Masg itu disebabkan rasa trauma. Truama itulah yang mempengaruhi selera makan dan menyebabkan maag,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Pasaman Desrizal.

Pihaknya terus mengontrol kondisi kesehatan masyarakat sehingga kekhawatiran munculnya wabah muntaber tidak terjadi. “Kami Dinas Kesehatan meminta pasokan air bersih jangan terputus karena ditakutkan muntaber menyerang korban bencana,” sebut Desrizal.

Seperti diketahui di Pasaman, 7 kecamatan dilanda banjir bandang, ratusan rumah terendam dan rusak.

Ratusan hektare sawah dan kolam ikan juga rusak  dan delapan jembatan tidak bisa dilalui. (***)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dulu, Sang Jenderal Sering Mandi dan Merenung di Sini


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler