Wajib Dibaca! Ciri-Ciri Kotak Amal yang Digunakan untuk Pendanaan Terorisme

Kamis, 17 Desember 2020 – 14:11 WIB
Kotak amal. Foto: Radar Cirebon

jpnn.com, JAKARTA - Densus 88 Antiteror Polri telah mengungkap adanya upaya pendanaan jaringan terorisme dengan menggunakan kotak amal. Hal ini diketahui dari keterangan teroris kasus terorisme Fitria Sanjaya alias Acil dari Yayasan Abdurrahman Bin Auf (ABA).

Kadiv Humas Polri Irjen Raden Prabowo Argo Yuwono mengatakan, pihaknya telah mendata penyebaran kotak amal yang diduga digunakan untuk jaringan teroris Jemaah Islamiah.

BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Siapa Pembesuk Rizieq? Mahfud MD Terdiam, Ferdinand Meradang

Dari pendataan, penyebaran terbanyak ada di Lampung sebanyak 6.000 kotak, lalu Sumatera Utara 4.000 kotak, Malang 2.500 kotak, Magetan 2.000 kotak, Yogyakarta 2.000 kotak, Solo 2.000 kotak, Surabaya 800 kotak, Semarang 300 kotak, Pati 200 kotak, Jakarta 48 kotak, dan Ambon 20 kotak.

“Adapun ciri-cirinya kotak kaca dengan rangka aluminium untuk wilayah Jakarta, Malang, Lampung, Temanggung, Yogyakarta, dan Semarang,” kata Argo dalam keterangannya, Kamis (17/12).

BACA JUGA: 23 Tersangka Teroris Tiba di Jakarta, Ada 2 Buronan Kakap, Ini Daftar Kasusnya

Kemudian, untuk di Solo, Sumatera Utara, Pati, Magetan, dan Ambon, ciri-cirinya kotak kaca dengan rangka kayu.

“Ciri-ciri lainnya menampilkan nama yayasan dan contact person pengurus yayasan, melampirkan nomor SK Kemenkum HAM, nomor SK BAZNAS, SK Kemenag,” sambung Argo.

BACA JUGA: 400 Anak Sekolah Diculik Kelompok Teroris, Presiden Langsung Bereaksi

Selanjutnya, di dekat kotak amal dilampirkan majalah yang menggambarkan program yayasan. Untuk penempatan kotak amal ini berada di warung makan yang tidak perlu izin khusus dalam menempatkannya.

“Untuk ciri-ciri spesifik yang mengarah ke organisasi teroris tidak ada, karena bertujuan agar tidak memancing kecurigaan masyarakat dan dapat berbaur,” tegas Argo.

Dia menambahkan, dalam setiap pengumpulan dana yang dilakukan Yayasan ABA, sebelum dilaporkan ke auditor dalam hal ini BAZNAS sudah dipotong untuk alokasi jemaah.

Mantan Kapolres Nunukan ini menambahkan, untuk organisasi teroris khususnya Jemaah Islamiah sekarang mulai berusaha untuk go public atau terjun ke masyarakat. “Ini karena semakin sulitnya mengumpulkan dana jika hanya lewat infak anggota jumlahnya tidak pasti dan tidak selalu ada,” tambah Argo.

Dalam melakukan perekrutan anggota baru yang bertugas go public dalam hal ini mencari dana, Jemaah Islamiah memilih orang yang namanya bersih dari deteksi kepolisian.

“Namanya masih bersih dari keterangan BAP anggota yang sudah ditangkap dan biasanya sudah vakum dalam waktu yang cukup lama,” tandas Argo. (cuy/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Elfany Kurniawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler