jpnn.com - Wakapolri Komjen Syafruddin mengikuti kembali forum Asean Ministerial Meeting on Transnasional Crime (AMMTC) di hari kedua pada Rabu (20/9).
Pada kesempatan ini, Syafruddin menyampaikan bahwa forum yang berada di bawah ASEAN ini perlu mengantisipasi memanasnya konflik Semenanjung Korea.
BACA JUGA: Gagas Jaringan Patroli Siber untuk Mencegah Radikalisme
Menurutnya, konflik tersebut bisa mengancam stabilitas di kawasan Asia Tenggara. "Karena itu, perlunya kerja sama transnasional dalam mencegah berbagai ancaman dan tantangan bagi stabilitas keamanan di Asia Tenggara, terutama keamanan maritim," kata Syafruddin dalam keterangan yang diterima.
Selain konflik di semenanjung Korea, kata dia, isu keamanan Laut Tiongkok Selatan juga harus diantisipasi. Dampak dari Laut Tiongkok Selatan bisa berimbas pada kejahatan transnasional dan pelanggaran kemaritiman.
BACA JUGA: Posisi Indonesia Sangat Strategis di AMMTC Filipina
Menurut Syafruddin, kerja sama keamanan maritim belum ada mekanisme ASEAN yang kuat terkait isu IUU Fishing sebagai tantangan baru bagi keamanan maritim non-tradisional.
"Sehingga perlu ada pendekatan yang komprehensif dan holistik melalui pendayagunaan kerangka hukum dan aspek kemanan," jelas dia.
BACA JUGA: Percayalah, Sanksi Hanya Akan Membuat Korut Semakin Nekat
Dalam forum ini, dibahas juga isu Foreign Terrorist Fighters (FTF), penyelundupan senjata, orang, kayu, dan satwa serta cyber crime. Syafruddin mengaku hal tersebut menguntungkan Indonesia lantaran kejahatan itu kerap menimpa Tanah Air.
"Indonesia memfinalisasi proses ratifikasi Konvensi ACTIP (ASEAN Convention Against Trafficking in Person) untuk melengkapi upaya yang telah dilakukan selama ini dalam memberantas kejahatan perdagangan manusia serta penyelundupan orang," ungkap dia.
Indonesia juga rentan terhadap penyelundupan satwa dan kayu, sehingga perlu mendorong diselenggarakannya Working Group on Illicit Trafficking in Wildlife and Timber sebagai kerangka atau basis kerja sama kawasan yang terfokus untuk menaggulangi permasalahan ini.
Terkait terorisme, kata dia, penyebaran ISIS di kawasan ASEAN rentan dijadikan sebagai area pelatihan. Oleh karena itu tanggung jawab bersama seluruh negara untuk meningkatkan pencegahan dan pemberantasan terorisme perlu ditingkatkan.
"Terkait narkoba, Indonesia telah menginvestigasi lebih dari 47.000 kasus narkoba yang diantaranya banyak melibatkan sindikat internasional," katanya.
Dia menambahkan dunia juga sedang menghadapi peningkatan ancaman kejahatan siber, maka perlu ada penguatan kerjasama kawasan untuk lebih mengefektifkan mekanisme ASEAN dalam memberantas kejahatan siber.
"Untuk itu, Indonesia mengajak seluruh negara untuk berkomitmen dan bertanggung jawab dalam penguatan komunitas ASEAN, melalui satu visi, satu identitas, satu komunitas," tandasnya. (Mg4/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Duarr! Dua Pesawat AS Jatuhkan Bom di Semenanjung Korea
Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga