jpnn.com, JAKARTA - Pemerintah membuat aturan baru tentang Jaminan Hari Tua (JHT) seperti tertuang dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 2 Tahun 2022 tentang Tata Cara dan Persyaratan Pembayaran Manfaat Jaminan Hari Tua. Setiap peserta baru bisa mencairkan dananya setelah usia 56 tahun.
Wakil Ketua Umum Partai Rakyat Adil Makmur (PRIMA) Lukman Hakim menilai aturan baru ini mengurangi manfaat bagi pekerja atau buruh.
BACA JUGA: Soal Konflik Agraria di Desa Wadas Purworejo Jateng, Ketum PRIMA Bereaksi, Tegas
Jika dalam aturan lama yaitu Peraturan Pemerintah (PP) No 46 Tahun 2015, syarat pencairan JHT adalah minimal 10 tahun terdaftar di BPJS Ketenagakerjaan.
Peserta bisa dapat sebagian dana JHT tanpa perlu keluar dari peserta BPJS Ketenagakerjaan, tetapi jumlahnya hanya 10 persen dari saldo untuk persiapan pensiun, dan 30 persen untuk pembiayaan Kredit Perumahan Rakyat (KPR) rumah pertama dan baru bisa ambil seluruhnya pada usia 56 tahun.
BACA JUGA: PRIMA: Ada Praktik Oligarki di Balik Naiknya Harga Minyak Goreng
Dalam aturan baru, menurut Lukman, manfaat JHT hanya akan diterima setelah usia 56 tahun. Jadi manfaat tambahan 10 persen dan 30 persen untuk pembiayaan KPR tidak ada lagi.
Padahal dengan adanya JKP para buruh sangat menyambut dengan baik, karena selain dapat manfaat JHT juga dapat tambahan dana ketika mereka kehilangan pekerjaa. Jadi sudah jelas aturan baru ini merugikan buruh.
BACA JUGA: PPPK Juga ASN, Seharusnya Mendapatkan Jaminan Hari Tua
Kemenaker beralasan bawa sekarang sudah ada jaminan kehilangan pekerjaan (JKP) dan Pesangon maka JHT dikembalikan ke tujuan JHT.
Menurut Lukman, alasan itu mengada-ada karena JKP dan pesangon berbeda peruntukannya yaitu bukan untuk KPR.
“Sepertinya aturan baru ini hanya untuk menahan seratus persen dana JHT para pekerja sehingga dapat dialokasikan ke hal-hal lain,” ujar Lukman.(fri/jpnn)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
Redaktur & Reporter : Friederich