jpnn.com, JAKARTA - Wakil Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Karjono Atmoharsono menilai Nahdlatul Ulama (NU) selalu istikamah sebagai benteng Pancasila dan NKRI.
Hal itu disampaikan Karjono Atmoharsono saat menjadi narasumber pada Konferensi Nasional 1 Abad NU di Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (6/2).
BACA JUGA: BPIP-Kemendikbudristek Gelar Diskusi Terpumpun, Finalisasi Draf CP dan ATP Pendidikan Pancasila
Acara dengan tema 'Membangun Peradaban untuk Kemandirian NU dan Kedaulatan Bangsa' ini diharapkan dapat menjadi momentum agar NU selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kebangsaan dan nasionalisme yang berdasarkan syariat Islam.
"Di sisi lain, NU juga menunjukkan wajah Indonesia yang teduh dan ramah di mata dunia dan menunjukkan agama dan budaya yang bersanding saling memperkaya satu sama lain. Ini membuktikan bahwa NU adalah penjaga NKRI dan Pancasila," beber Karjono.
BACA JUGA: Kepala BPIP: Anggota DPRD Jambi Harus Tingkatkan Nilai Pancasila Â
Karjono juga mengenalkan 'Salam Pancasila' sebagai salam persatuan bagi seluruh bangsa Indonesia, tanpa mengenal perbedaan agama, suku, dan tradisi kedaerahan yang digunakan di ruang publik dengan lawan bicara atau audien yang beragam.
"Salam Pancasila tersebut pertama dicetuskan Ketua Dewan Pengarah BPIP Prof Megawati Soekarnoputri pada saat Unit Kerja Presiden atau (UKP) Pembinaan Ideologi Pancasila," terangnya.
BACA JUGA: Pertama di 2023, BPIP Mengangkat 399 Purnapaskirabra jadi Duta Pancasila
Dalam kegiatan yang dihadiri ratusan Ikatan Sarjana NU ini, Karjono mengimbau kepada seluruh masyarakat jangan sekali-kali meninggalkan sejarah alias jas merah seperti yang disampaikan Soekarno saat menyampaikan pidato peringatan HUT RI.
Selain itu, kata Karjono, diaa juga mengimbau seluruh masyarakat jangan sekali-kali meninggalkan jas hijau alias ulama.
Karjono mengakui dalam perjalanannya, NU selalu patuh dengan ulama dan negara, di antaranya fatwa KH Hasyim Asy'ari, yaitu "Cinta Tanah Air Bagian dari Iman".
"Waktu itu, ketika Mbah Hasyim menerima Ajudan Presiden Soekarno mengenai hukum warga yang membela bangsanya, beliau menjawab dengan tegas, fardhu ‘ain (tidak bisa tidak) dan saat itulah Mbah Hasyim berfatwa atau mengeluarkan jargon hubbul wathan minal iman, yakni cinta tanah air sebagian dari iman", jelasnya.
Menurutnya, empat pilar kebangsaan Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945 kalau disingkat PBNU menunjukkan NU tulang punggung terdepan.
Empat pilar juga tiang penyangga yang kokoh (soko guru) agar rakyat Indonesia merasa nyaman, aman, tentram, dan sejahtera, serta terhindar dari berbagai macam gangguan bencana.
"Saya yakin dengan Pancasila, negara akan terkelola dengan baik, masyarakat akan adil, makmur, dan sejahtera," tegasnya.
Ketua Umum Pimpinan Pusat ISNU Ali Masykur Musa menambahkan banyak pekerjaan rumah yang harus terus dilakukan NU, salah satunya adalah penguatan Ideologi Pancasila.
“Pancasila sudah final, tidak ada lagi warga NU yang memperdebatkannya," tegasnya.
Dia berharap insan NU fokus kepada pemberdayaan umat, di antaranya melalui kemandirian ekonomi.
“Saya membayangkan kalau umat terus berkontribusi kepada bidang ekonomi, maka kesejahteraan akan datang," ujar Karjono.
Ia juga menjelaskan tantangan ke depan adalah semakin meningkatnya teknologi, karena itu insan NU harus memiliki ilmu pengetahuan dari berbagai bidang, terutama teknologi.
Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarj Fatkul Anam, menyambut baik Wakil Kepala BPIP yang menjadi narasumber dalam kegiatan tersebut.
Dia mengakui dengan pluralisme dan Ideologi Pancasila, Agama Islam di Indonesia menjadi contoh agama-agama lain di dunia.
"Satu abad ini dari 60 ahli agama meneguhkan, NU akan menjadi imamnya islam modern," pungkasnya.. (mar1/jpnn)
Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi