Wakil Ketua MPR Berharap Indonesia Pimpin Gerakan Penolakan dan Boikot Produk Israel

Senin, 29 Juni 2020 – 20:26 WIB
Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) Dr. H. M Hidayat Nur Wahid. Foto: Humas MPR RI

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid mengecam pemerintah Israel yang kembali melanggar hukum internasional dan resolusi PBB dengan menganeksasi wilayah di Tepi Barat Palestina.

Hidayat berharap, Presiden Joko Widodo menggaungkan usaha untuk menolak dan menggagalkannya upaya aneksasi, itu dengan menggalang gerakan boikot produk Israel, seperti yang diutarakan pada Konferensi Luarbiasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Jakarta pada 2016 lalu.

BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Anies Terpental, Minta Azan tak Pakai Pengeras Suara, Kadrun Kena Batunya

“Pemerintah Indonesia dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sudah menyampaikan penolakan dan kecamannya. Namun, perlu langkah yang lebih konkret untuk menekan Israel, salah satunya dengan menggaungkan gerakan boikot atas produk-produk Israel. Cara ini diharapkan bisa memaksa Israel untuk tidak melanjutkan aneksasi dan kembali serius mewujudkan perdamaian di Palestina,” kata Hidayat melalui siaran pers di Jakarta pada Senin (29/6).

Menurut HNW, saat ini Irlandia, salah satu negara di Eropa, sedang membahas Rancangan Undang-Undang Larangan Mengimpor Barang, Jasa, dan Sumber Daya Alam yang Berasal dari Wilayah Pendudukan Ilegal Israel.

BACA JUGA: Palestina Memohon Masyarakat Dunia Memboikot Produk Israel

Pembahasan RUU INI diinisasi oleh senator Frances Black. “RUU semacam ini perlu juga diadopsi oleh Indonesia, sebagai bukti penolakan penjajahan sebagaimana implementasi dari Pembukaan UUD 1945,” ujarnya.

Hadirnya RUU ini semacam ini, kata HNW, perlu dihadirkan. Pasalnya, meski tidak memiliki hubungan diplomatik satu sama lain, tetapi hubungan ekspor-impor ilegal antara Indonesia-Israel diam-diam masih berlangsung.

BACA JUGA: Menlu Retno Minta Semua Negara ASEAN Bersatu Menjegal Rencana Jahat Israel

Seharusnya kegiatan ekspor impor seperti, itu dihentikan dan dilarang dengan hadirnya RUU tersebut.

Wakil Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS), ini menuturkan, gerakan pemboikotan produk Israel telah dipopulerkan oleh para aktivis hak asasi manusia di seluruh dunia, termasuk Amerika Serikat dan Eropa, dengan gerakan Boycott Divestment and Sanction (BDS). Boikot yang dikampanyekan bukan hanya dari segi ekonomi saja, tetapi boikot dari segi kebudayaan maupun akademik.

“Gerakan BDS ini semakin massif dilakukan olah para kaum terpelajar dan aktivis HAM di negara barat. Gerakan ini diharapkan, akan semakin berdampak apabila melibatkan peran negara. Dan Indonesia sudah selayaknya jadi contoh dan memimpin gerakan ini dalam lingkup antar negara,” tukasnya.

Oleh karena itu, HNW meminta Menteri Luar Negeri Republik Indonesia untuk lebih memaksimalkan usahanya menentang dan menggagalkan target Israel unutuk menganeksasi tanah-tanah Palestina di Tepi Barat.

“Menlu perlu memaksimalkan koordinasi dan kooperasi dengan ASEAN, OKI serta Perserikatan Bangsa-Bangsa baik melalui Dewan Keamanan maupun Sidang Umum,” ujarnya.

HNW juga mengapresasi langkah Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI yang menggalang dukungan organisasi dan anggota parlemen-parlemen mitra BKSAP DPR RI untuk menolak dan menggagalkan proyek aneksasi Israsel tersebut.

"Karena tindakan Israel itu jelas bertentangan dengan aturan hukum internasional, resolusi, dan menjauhkan realisasi program perdamaian di Timur Tengah,” tegasnya.

Tak lupa, HNW mengapresiasi langkah politikus dan pemimpin dunia yang aktif menolak aneksasi itu.

“Lebih dari 1000 anggota parlemen dari 25 negara Eropa menandatangani petisi surat kecaman dan penolakan atas rencana aneksasi Israel terhadap tanah-tanah Palestina di Tepi Barat. Mereka menuntut agar pemimpin negara-negara di Eropa juga menolak. Kami dukung aksi seperti itu, karena sama dengan yang diperjuangkan oleh DPR RI dan Pemerintah Indonesia,” ujarnya. (jpnn)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler