jpnn.com, JAKARTA - Pandemi Covid-19 bukan hanya menghantui masyarakat, tetapi juga tenaga medis di Indonesia.
Banyak tenaga medis yang telah bekerja keras menangani pasien COVID-19. Namun harus terpapar Covid-19.
BACA JUGA: Wakil Ketua MPR RI: Pemerintah Harus Menjawab, Mampukah Menyelesaikan Dengan Tepat?
Bahkan, ada di antara mereka yang sampai meninggal dunia karena kelelahan melayani pasien korban Covid-19 yang semakin meningkat jumlahnya.
Data yang dirilis oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 pada (12/5/2020) menyebutkan ada setidaknya 55 tenaga kesehatan yang meninggal dunia akibat Pandemi Covid-19.
BACA JUGA: Si Jahat COVID-19 Pamer Keganasan di Brasil
Angka ini harusnya menjadi perhatian besar pemerintah kepada tenaga kesehatan yang menjadi tulang punggung penanganan kesehatan pasien Covid-19.
Wakil Ketua MPR RI Syarief Hasan mendorong Pemerintah agar memberikan perhatian penuh kepada tenaga medis.
BACA JUGA: COVID-19 Klaster Pemkot Semarang Ganas, Memangsa Banyak Pejabat
Syarief mendorong agar Pemerintah membuat studi khusus mengenai dampak dan jumlah tenaga kesehatan yang terpapar Covid-19.
“Studi ini perlu dilakukan agar tenaga kesehatan yang terpapar bahkan meninggal dunia baik terinfeksi Covid-19 maupun kelelahan dapat diminimalisir,” ungkap Syarief Hasan.
Dipertanyakan pula perhatian pemerintah kepada tenaga medis.
Sebab, data dari berbagai Gugus Tugas di tingkat daerah menunjukkan masih minimnya alat pelindung diri (APD) bagi tenaga medis di daerah-daerah.
Minimnya APD ditambah semakin banyaknya pasien membuat banyak tenaga kesehatan di daerah-daerah terpapar Covid-19.
Data terbaru pada (7/6/2020) di Jayapura misalnya, terdapat 52 tenaga medis yang terpapar Covid-19.
Juga data pada 22/5/2020 di RSUP Wahidin Soedirohusudo Makassar, terdapat 16 tenaga medis yang terpapar Covid-19. Begitu juga di berbagai daerah lainnya.
Minimnya APD menjadi salah satu faktor penyebabnya.
Dia juga mempertanyakan besarnya dana yang digelontorkan Pemerintah setelah disahkannya PERPPU No. 1 Tahun 2020.
Pemerintah menambah anggaran untuk penanganan kesehatan dan bantalan ekonomi sebesar Rp 405,1 triliun yang diambil dari APBN.
“Angka besar ini harusnya mampu memenuhi kebutuhan alat pelindung diri (APD) bagi tenaga medis yang menjadi garda depan penanganan kesehatan,” ungkapnya.
“Pemerintah harus mengingat bahwa perang melawan Covid-19 ibarat perlombaan lari marathon, bukan lomba lari jarak pendek. Peran ini membutuhkan banyak sumber daya untuk menanganinya. Sehingga, tenaga medis sebagai sumber daya utama harus dijaga dan lebih diperhatikan ”, tutup Syarief Hasan yang juga anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat. (ikl/jpnn)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi