jpnn.com - SALAH satu nama dari nama-nama Ramadan adalah bulan Alquran. Hal itu karena di dalam bulan Ramadan Allah SWT mewahyukan Alquran kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril. Ia adalah mukjizat yang khusus diberikan kepada Rasulullah SAW untuk menjadi penerang jalan ummat manusia.
Menjadi petunjuk dalam mengarungi berlikunya kehidupan di permukaan bumi. Menjadi pemisah antara yang haq dan bathil, sekaligus menjadi penjelas di antaranya celah dari keduanya (subhat).
BACA JUGA: Manfaatkan Kekuatan Doa di Bulan Pengampunan
Hal inilah yang menjadi salah satu rahasia kenapa ramadan memiliki keistimewaan yang jauh lebih tinggi dari pada bulan-bulan lain. Bonus pahala pun diberikan dengan berlipat ganda. Apalagi, Allah SWT juga menurunkan kitab-kitab sebelumnya kepada nabi dan rasul pilihan-Nya pada bulan ramadan.
Rasulullah SAW bersabda, “Suhuf Ibrahim diturunkan pada malam pertama ramadan, Taurat diturunkan pada enam ramadan, Injil diturunkan pada tiga belas ramadan, dan Allah menurunkan Alquran pada dua puluh empat ramadan.”
BACA JUGA: Ramadan Menuntut Kita untuk Peka Terhadap Lingkungan
Kehadiran Alquran di bulan ramadan harus kita sambut dengan cuka cita. Tentu bukan hanya dengan pesta dan hura-hura seperti yang dilakukan oleh sebagian kita. Tapi harus lebih luas dan punya relefansi yang jelas dengan Alquran itu sendiri. Misalnya, ramadan kita manfaatkan untuk semakin dekat dan akrab dengan Alquran.
Berapa banyak di antara kita yang sampai saat ini belum bisa membaca Alquran. Bukan karena tidak punya waktu untuk mempelajarinya, tapi bobot kecintaan kita kepada Alquran masih berada di bawah kecintaan kita kepada dunia. Padahal, Alquran adalah petunjuk yang sengaja Allah SWT turunkan agar jalan manusia di dunia ini tidak tersesat.
BACA JUGA: Menjadi Anak Didik Ramadhan yang Sukses
Menjadi obat dari penyakit hati yang mengancam kekakuan kita untuk selalu tunduk di bawah ajaran Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Isra ayat 82: ”Dan Kami turunkan Al-Quran (Sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, sedangkan bagi orang-orang yang zhalim hanya akan menambah kerugian.” Bisa dibayangkan jika sesuatu yang menjadi petunjuk dan obat di dunia ini malah kita abaikan.
Rasullah SAW dikenal sebagai Alquran yang berjalan. Hal itu karena apa yang beliau lakukan dan sampaikan selalu seragam dengan nilai-nilai Alquran. Faktor itu pulalah yang membuat orang Quraisy terpesona dengan kepribadian Rasulullah SAW.
Namun, untuk berada di titik itu bukan sesuatu yang mudah. Butuh konsistensi dan keistiqomahan ekstra kuat untuk terus larut dalam ajaran Allah SWT. Yang perlu kita lakukan saat ini adalah menikmati setiap proses untuk mencapai titik itu.
Dimulai dari mahir belajar Alquran yang lengkap dengan tajwidnya, kemudian berlanjut pada pemahaman mengerti maksud melalui tafsirnya. Selanjutnya pada tahap berikutnya adalah mempraktekkan seluruh apa yang terkandung dalam ajaran Alquran.
Oleh sebab itu, ramadan kali ini harus dijadikan momentum untuk semakin mengerti dan dekat dengan Alquran. Apalagi, jika mengetahui pahala yang terkandung di dalamnya teramat sangat besar.
Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan Alhakim. ”Siapa yang membaca Al-Quran dan mengamalkannya, pada hari kiamat orang tuanya akan dikenakan mahkota yang cahanya lebih bagus daripada cahaya matahari yang masuk ke rumah-rumah di dunia.”
Dalam riwayat yang lain, Rasulullah SAW secara khusus mengungkapkan nilai pahala dan kesitimewaan yang diterima ummatnya lewat Alquran dan puasa ramadan.
Abdullah bin ‘Amr bersabda, Puasa dan Alquran akan datang pada hari kiamat untuk mensyafaati hamba. Puasa berkata, ‘Wahai Rabb-ku, aku telah mencegahnya dari makanan dan minuman di siang hari, oleh karena itu izinkanlah aku memberinya syafaat.’ Al-Quran berkata, ‘Wahai Rabb-ku, aku telah mencegahnya tidur malam, oleh sebab itu berilah aku izin untuk memberinya syafaat.’
Maka keduanya pun memberi syafaat,’ Hadits Riwayat Imam Ahmad, Imam Ibnu Abid Dun-ya, Imam Ath-Thabrani, dan Imam Al-Hakim. Puasa ramadan dan Alquran memang tidak bisa dipisahkan. Keduanya ibarat satu kesatuan yang saling memiliki keterkaitan. Oleh sebab itu, salah satu cara terbaik dalam memaknai keberkahan ramadan adalah semakin dekat dengannya.
Jika itu berlangsung selama 30 hari, maka sudah dipastikan aka nada perubahan signifikan pada diri kita. Pertanyaan, sudah sejauh mana momentum ramadan ini kita manfaatkan untuk itu? Pertanyaan itu harus dijawab oleh hati nurani kita agar mpmentum ramadan ini tidak hanya lewat begitu saja tanpa ada sesuatu yang membekas pada diri kita.
Tak hanya itu, Rasulullah SAW selalu memperpanjang bacaan Alqurannya saat dalam sholat di dalam bulan ramadan. Hal itu tergambar dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, ”Apabila Rasulullah SAW melaksanakan shalat tarawih, beliau memperpanjang bacaan Alqur’an, lebih panjang daripada shalat-shalat yang lain. Beliau pernah shalat malam pada bulan ramadan, di dalam shalat itu beliau membaca surat Al-Baqarah, An-Nisa dan Ali-lmran. Setiap kali beliau berjumpa ayat tentang ancaman, beliau berhenti sejenak untuk memohon perlindungan.”
Ada kenikmatan tersendiri yang kita bisa rasakan saat melantunkan ayat suci Alquran di setiap bacaan sholat kita. Sholat kita akan semakin khusuk dan khidmat. Persoalannya, bagaimana mungkin kita bisa memperpanjang bacaan Alquran kita di dalam sholat jika cara membacanya saja kita masih menyisakan banyak kekurangan.
Oleh karenanya tidak ada cara lain selain belajar detik ini juga. Apalagi, dengan semakin canggihnya tekhnologi membuat belajar Alquran tidak serumit orang-orang dulu. Saat ini, yang rumit adalah memaksa iman kita untuk sadar bahwa Alquran adalah penyelamat saat kita berjumpa dengan Allah SWT di hari pembalasan. (adv/*)
Oleh:
Adhyaksa Dault
Ketua Kwartir Nasional Pramuka
BACA ARTIKEL LAINNYA... Memaksimalkan Ibadah Ramadan di Malam Hari
Redaktur : Tim Redaksi