jpnn.com - BOGOR -- Plaza Balaikota kedatangan satu unit angkot listrik dari Grain Elektric Vehicle Industry (GEVI), kemarin. Walikota Bogor Bima Arya menguji dan mencoba kendaraan ramah lingkungan itu.
Orang nomor satu di Kota Bogor itu melakukan test drive usai menyimak penjelasan keunggulan mobil listrik yang disampaikan Manajer Marketing GEVI Haryanto Setiawan dan Presiden Direktur PT Aditya Dharmaputra Persada (ADP) Sandjaya Susilo.
BACA JUGA: Penutupan Dolly dengan Pendekatan Personal
Dalam penjelasan itu, hadir pula Kepala DLLAJ Kota Bogor Suharto, Pengamat Transportasi Rudy Thehamihardja, dan staf ahli teknis Kementerian Perhubungan Gani.
“Saya masih mempertimbangkan. Masih ada beberapa pilihan yang harus dikaji,” singkat Bima usai test drive, kemarin.
BACA JUGA: Bupati tak Akan Kabulkan PNS yang Mau Pindah
Sebelumnya, pihak GEVI menjelaskan bahwa mobil listrik yang ditawarkannya mempunyai kelebihan 5 L. Low maintainance cost (rendah biaya perawatan), low emission (rendah emisi), low noise (redam), low accident (rendah risiko celaka) karena kecepatan maksimal hanya 80 km/jam, low fuel cost (rendah biaya bahan bakar) yakni listrik yang bernilai Rp10.000 akan bisa menjalankan mesin sejauh 100 km.
Belum selesai penjelasan, Bima menyanggah dengan bertanya mekanisme pengecasannya. Haryanto menjelaskan, jika dalam sehari mengecas sebanyak dua kali maka baterai akan tahan tiga tahun.
BACA JUGA: Pulsa Listrik Sulit Didapat
“Harga baterai Rp15 juta, bisa dicas dari stop kontak biasa, dengan lama pengecasan enam jam,” katanya.
Usia baterai tahan hingga 500 kali pengecasan. Menurutnya, ini lebih hemat saat terjebak dalam kemacetan, berbeda dengan angkot bermesin biasa yang lebih boros.
Bima juga bertanya masa habis listrik dalam baterai. Menurutnya, listrik dalam baterai mampu bertahan dua jam jika kendaraan dibawa sekitar 60 km/jam.
Tak sampai di situ, Bima kembali mempertanyakan bagaimana mengakomodasi kepentingan penumpang jika mobil listrik tersebut harus mengecas setiap dua jam sekali.
“Solusinya, ya, dengan membawa baterai cadangan, dan di terminal disediakan stop kontak untuk mengecas,” paparnya.
Namun, Staf Ahli Teknis Kementerian Perhubungan Gani mengkritik harga baterai Rp15 juta sangat mahal dan tak sebanding dengan penghasilan sopir angkot.
Gani berhitung jika Rp10 ribu itu untuk cas baterai sampai 100 km, dan paling lama tahan hingga 500 kali pengecasan, maka apabila mobil listrik itu beroperasi 15 jam sehari, umur baterai hanya tahan selama satu bulan. “Ini sangat tidak masuk akal. Tidak efisien,” keluhnya.
Mendengar hal itu, pihak GEVI tidak mampu memberikan jawaban yang pasti dan hanya berjanji akan membuat laporan konkretnya.
Presiden Direktur PT ADP Sandjaya Susilo memaparkan tentang cable car. Cable car adalah moda transportasi yang bisa disebut juga kereta gantung atau skyline. Dia menjelaskan kelebihannya ialah tidak terpengaruh kemacetan lalu lintas atau bebas hambatan.
Dia menjelaskan jangan hanya dilihat kapasitas kabinnya saja tapi juga frekuensi bolak-baliknya cable car itu. Itu jika dikalkulasikan dalam satu jam bisa mengangkut 7.200 orang, dan sudah terbukti di Venezuela. Lalu, Bima langsung bertanya bagaimana kondisinya dengan iklim dan cuaca Kota Bogor dengan tingginya petir. “Kami sudah desain sedemikian rupa agar tidak tersambar petir,” jelas Sandjaya.
Bagaimana dengan kabin cable car" Soal ini Gani menilai kabin tiap unitnya sangat kecil sehingga tidak efektif. (rp11/c)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Diduga Menganiaya, Pejabat Kota Serang Ditahan
Redaktur : Tim Redaksi