Wali Kota: Saya Sering Beda Pendapat dengan Ahok karena Bacotnya Terlalu

Minggu, 06 November 2016 – 07:56 WIB
Massa Aksi Bela Islam II menuntut proses hukum kasus dugaan penistaan agama oleh Ahok di Jakarta, 4 November 2016. Foto: Ricardo/dok.JPNN.com

jpnn.com - PONTIANAK – Biasanya suasana Jalan Gajahmada Kota Pontianak, Kalimantan Barat, yang ramai dengan warung kopi, semarak dengan banyaknya anak-anak muda nongkrong hingga larut malam.

Tapi Jumat (4/11) malam tampak berbeda. Hampir semua pertokoan, warung kopi, hingga mini market yang biasanya buka 24 jam memilih berkemas lebih awal.  Beberapa polisi tampak berjaga-jaga di sejumlah titik.

BACA JUGA: Demo Damai dan Jakarta Normal, Pariwisata Semakin Menggeliat

Beredar isu, bahwa kawasan Jalan Gajahmada akan diserang. Dan benar saja, menjelang pukul 24.00, ratusan orang berjalan kaki di sepanjang Jalan Gajahmada, dari arah simpang Jalan Patimura dan Diponegoro.

Mereka melakukan sweeping terhadap tempat-tempat usaha milik masyarakat setempat yang masih buka.

BACA JUGA: Kabar Ada Ulama Meninggal Diduga Picu Kerusuhan

Aksi sweeping ini merupakan buntut dari demo 4 November 2016 di Jakarta yang sempat chaos. Massa, yang sebagian besarnya terdiri dari remaja belasan tahun dan pemuda 20-30an tahun tersebut tersulut emosi karena mendapat kabar beberapa pemuka agama menjadi korban dan terluka dalam Aksi Bela Islam II di Jakarta.

“Gara-gara Ahok (Gubernur DKI nonaktif, Basuki T. Purnama) lah ni Bang,” ujar salah seorang dari mereka yang enggan dikutip namanya dan minta dipanggil dengan nama O saja.

BACA JUGA: Ustaz Haidar: Semua Saudara Kita

O mengaku, ia dan teman-temannya datang dari daerah Tanjung Raya. Mereka mengaku marah dengan aksi kekerasan yang menimpa sebagian tokoh Islam dalam demonstrasi di Jakarta.

Suasana memang sempat mencekam ketika sebuah traffic corn dibakar di Jalan Sultan Hamid II.

Beruntung, beberapa senjata tajam yang dibawa oleh massa cepat diamankan pihak kepolisian.

Sebagian besar mereka hanya berjalan kaki karena kebanyakan pertokoan memang telah lebih dahulu tutup.

Sempat terjadi ketegangan ketika salah satu gerai waralaba minimarket terlambat menutup tempat usahanya. Massa secara paksa meminta gerai waralaba minimarket tersebut untuk segera tutup.

Di depanjang jalan, mereka meneriakkan yel-yel “Adili Ahok. Sembari membaca salawat, massa terus berjalan sebelum akhirnya terkonsentrasi di Jalan Veteran menuju Jembatan Kapuas I hanya beberapa meter dari Pasar Flamboyan.

Sebelum akhirnya, Kapolda Kalbar Irjen Pol Musyafak dan Wali Kota Pontianak, Sutarmidji, turun untuk menenangkan massa. Wali Kota mendukung Aksi 411.

“Kawan-kawan tahulah saya sering berbeda pendapat dengan Ahok karena bacotnya terlalu. Kalau Bapak-Ibu tak percaya, lihat Twitter saya,” tutur pemilik akun Twitter @BangMidji itu yang disambut takbir dari massa.  

Ia meyakinkan, jika memang unsur pidana penistaan agama terpenuhi, pihak kepolisian pasti akan menindak Basuki T. Purnama.

“Kite jangan melakukan hal-hal yang konyol, salah-salah Ahok tak jadi tersangka, kita’ (kalian) yang jadi tersangka,” ujar Midji.

Lanjut dia, mudah-mudahan kalau diperiksa, paling lama Senin (7/11) Ahok jadi tersangka.

“Saya yang malah ikut demo kalau janji Pak JK (Wakil Presiden Jusuf Kalla) untuk menyelesaikan ini tidak secepatnya (dilakukan,red),” tegasnya.

Memang, mediasi antara Wapres JK dan perwakilan pengunjuk rasa di Jakarta melahirkan kesepakatan bahwa polisi akan mempercepat penyelesaian kasus Ahok.

”Kapolri menjanjikan selesai dalam dua minggu,” kata JK. Meski begitu, proses hukum yang cepat tersebut tetap harus sesuai dengan aturan yang berlaku.

Awalnya pengunjuk rasa hanya mau bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Namun, presiden tidak ada di istana. Jokowi mengunjungi proyek kereta Bandara Soekarno-Hatta. Mereka akhirnya bertemu dengan JK.

Midji meminta masyarakat menjaga Pontianak agar tetap kondusif. Ia meminta jangan sampai apa yang terjadi di Jakarta malah membuat Kota Pontianak yang mendapatkan kerugian.

“Nanti gare-gare Ahok kote kite rusak kan sayang juga. Mari dukung ulama, kawan-kita yang sedang berjuang di Jakarta dengan cara yang santun. Jangan cederai perjuangan mereka (Aksi 411 di Jakarta),” pinta Midji.

Senada, Kapolda Musyafak menyampakan bahwa ia memahami perasaan ratusan warga Pontianak yang berkumpul di sana.

Tapi menurutnya, tidak seperti ini untuk mengekspresikan kemarahan karena dapat mengganggu ketertiban umum.  “Semangat boleh tapi bukan begini caranya,” tegasnya.

Ia mengingatkan bahwa mereka yang masih muda ini memiliki masa depan.

“Jangan sampai tindakan kalian ini tercatat sebagai tindakan kriminal, susah kalian nanti,” musyafak mengingatkan.

Ia juga meminta para tokoh untuk mendinginkan suasana. Usai ditemui Kapolda dan Wali Kota, massa akhirnya berangsur-angsur membubarkan diri menuju arah tol Kapuas dengan dikawal aparat keamanan. Sedangkan, simpang Pasar Flamboyan masih dijaga kepolisian dan TNI bersenjata lengkap.

Musyafak mengatakan, massa di Pontianak terprovokasi isu ada ulama yang meninggal di Jakarta.

“Padahal kan tidak ada. Anak-anak ini kan darahnya cair, mudah terprovokasi. Makanya kita harap yang tua yang harus meredam,” ujarnya.

Imbuh dia, “Ini banyak informasi viral yang justru menyesatkan”.  

Ia juga membantah adanya insiden pemukulan terhadap warga Tionghoa sebagaimana informasi yang beredar, “Nggak ada, nggak ada,” tegas Musyafak. (jun/sam/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... GNPF MUI Kirim Satu Grup Kawal Pemeriksaan Ahok


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler