jpnn.com, JAKARTA - Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa’adi meminta semua lembaga pendidikan harus beradaptasi dan berdamai dengan Pandemi COVID-19. Langkah ini menjadi keputusan terbaik, karena pandemi COVID-19 belum tahu sampai kapan akan berakhir.
“Di tengah adaptasi kebiasaan baru ini, pendidikan madrasah dan pesantren pun dituntut untuk mampu berkreasi dan produktif agar tidak tertinggal oleh dinamika keadaan yang berjalan serba cepat,” kata Zainut saat mengunjungi Madrasah Tsnawiyah (MTs) Negeri 1 Semarang, di Jalan Fatmawati Ketileng Semarang, Rabu (12/8).
BACA JUGA: Tak Hadir di Acara Pelantikan Eselon II, Wamenag:Â Saya di Rumah Sakit
Wamenag memotivasi madrasah dan pesantren untuk produktif, optimistis, dan semangat mencari keberkahan dari musibah COVID-19.
“Kita harus mampu mengambil manfaat dari musibah COVID-19 dengan menciptakan inovasi dan kreativitas baru. Salah satu bentuk manfaat yang dapat kita petik dari COVID-19 adalah percepatan migrasi pembelajaran dari sistem konvensional ke digital sebagai jawaban yang tepat,” ujarnya.
BACA JUGA: Wamenag Ajak Umat Berzakat Agar Indonesia Selamat
Menurut Zainut, pembelajaran secara virtual dan alternatif tatap muka saat ini dinilai sebagai proses inovasi, agar pembelajaran tidak berhenti.
Inovasi virtual juga mewabah di tengah masyarakat. Pengajian emak-emak pun marak memakai zoom. Tukang sayur juga menawarkan dagangan dengan online. Para ustaz marak mengisi pengajian dengan virtual.
BACA JUGA: Soal Uji Coba Vaksin Covid-19, Begini Kata Wamenag
"Semua elemen masyarakat dipaksa harus beradaptasi dengan kenormalan baru, kalau tidak ingin ketinggalan," ucapnya.
Selain mengunjungi madrasah MTs Negeri Semarang dan MAN 1 Kendal, Wamemag juga mengunjungi beberapa pondok pesantren antara lain Ponpes As-Salaf Bulakamba Brebes, Ponpes Al Anwar Pagiyanten Tegal, Al Hikmah I dan II Benda Sirampog, Bumiayu, Brebes.
Pesantren pun kini mulai membuka kembali proses pembelajarannya, sehingga para santri berduyun kembali ke pondok. Di era pandemi ini, ada pesantren yang ketat menerapkan protokoler kesehatan. Misalnya satu kamar diisi 2-4 santri. Namun, banyak pula satu kamar diisi hingga 20 santri karena keterbatasan fasilitas kamar.
“Secara umum santri kembali menyantri dinilai lebih aman dari serangan COVID-19 daripada mereka di luar pesantren. Banyak orang tua yang gembira ketika pesantren kembali dibuka untuk belajar para santri,” kata Wamenag.
Pemerintah memberikan perhatian sungguh-sungguh terhadap pondok pesantren dengan memberikan anggaran Rp 2,599 triliun untuk membantu pesantren dan lembaga pendidikan keagamaan Islam di masa pandemi COVID-19 melalui program Bantuan Operasional Pesantren atau BOP. (esy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad