jpnn.com, JAKARTA - Wakil Menteri Agama Zainut Tahid Sa’adi menyoroti peran Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) dalam menyongsong Era Society 5.0.
Dia menjelaskan Era Society 5.0 ditandai, antara lain, dengan kehidupan masyarakat yang sangat dinamis dan kompetitif.
BACA JUGA: 1,3 Juta Siswa Berhak Mengikuti Seleksi PTKIN 2022 Jalur Prestasi
Zainut Tauhid menjelaskan bahwa tujuan kampus bukanlah menyiapkan manusia-manusia yang hanya bisa mengandalkan ijazah untuk melanjutkan kehidupannya. Selain itu, dia juga mengingatkan PTKIN jangan cuma mencetak ijazah saja.
"Mahasiswa harus dilatih sehingga tahu cara mengandalkan ilmu yang diperoleh untuk melanjutkan hidup,” jelas Zainut Tauhid saat berbicara pada seminar Inovasi Pendidikan Era Society 5.0 di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Selasa (15/3).
BACA JUGA: Kabar Terkini soal Haji 2022, Wamenag Zainut: Ada Tanda Positif
Dia menyebutkan, ciri universitas generasi ketiga, yakni pendidikan tidak hanya berorientasi sekadar serah terima ijazah, melainkan terjalin koneksi keilmuan yang erat, lancar, dan saling melengkapi, antara dunia usaha dan dunia pendidikan.
Zainut berharap PTKIN bisa terus beradaptasi untuk selalu memberikan nilai lebih dan nilai guna, agar tidak hilang dari pergaulan masyarakat kelima yang kompetitif, berorientasi pada hasil. Menurutnya, salah satu keunggulan orang yang berilmu adalah bisa memberi nilai dan manfaat pada suatu hal yang dianggap orang lain tak bernilai.
BACA JUGA: Pengin Tetap Menikah Beda Agama? Wamenag Zainut: Risikonya Berat
Di era masyarakat kelima, kata Wamenag, PTKIN perlu terus berlari, mengejar, mempersempit jarak ketertinggalan, terutama di bidang sains dan teknologi.
Pada saat bersamaan, PTKIN juga harus menggali dan memahami aset, potensi, dan keunggulan dirinya dan juga bangsa Indonesia.
“Aset yang dimiliki, baik yang berwujud (tangible) maupun yang tak berwujud (intangible) perlu ditaksir nilainya," ucapnya.
Dia menambahkan orang lain juga penting mengetahui nilai dan manfaatnya agar menghargai aset.
Menurutnya, aset yang merupakan keunggulan bangsa adalah beragamnya produk budaya dan kearifan lokal, serta karakter masyarakat yang senang hidup damai, terbiasa berpadu dalam keragaman.
Hal ini perlu dikelola agar menjadi produk budaya bernilai tinggi, baik secara ekonomi maupun diplomasi.
"Seperti Amerika dengan Hollywood-nya, India dengan Bollywood-nya, atau Jepang dengan anime-nya," pungkas Zainut Tauhid Sa'adi. (esy/jpnn)
Redaktur : Boy
Reporter : Mesya Mohamad