Wamentrans Viva Yoga Pimpin Tabur Bunga di Makam Pionir Transmigrasi Sukra Indramayu

Rabu, 11 Desember 2024 – 09:44 WIB
Wakil Menteri Transmigrasi Viva Yoga Mauladi memimpin acara tabur bunga di Makam Pionir Transmigrasi Sukra, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Selasa (10/12). Foto: Dokumentasi Humas Kementrans

jpnn.com, INDRAMAYU - Wakil Menteri Transmigrasi Viva Yoga Mauladi memimpin acara tabur bunga di Makam Pionir Transmigrasi Sukra, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Selasa (10/12).

Kegiatan tersebut merupakan rangkaian peringatan Hari Bhakti Transmigrasi ke-74.

BACA JUGA: Kementrans dan LDPP Siapkan Beasiswa Patriot Bagi Anak-anak Muda yang Ingin Kuliah

Wamentrans Viva Yoga dalam kesempatan tersebut selain bersilaturahmi dan sambung rasa dengan warga Indramayu juga menjadi inspektur upacara sekaligus memimpin jalannya tabur bunga.

"Hari ini kita berkumpul di tempat yang memiliki sejarah besar di mana para pionir transmigrasi telah gugur dalam upaya mereka untuk merintis hidup baru dan bermimpi untuk meningkatkan kesejahteraannya," kata Wamentrans Viva Yoga dalam sambutannya.

Dia mengungkapkan pada 11 Maret 1974 menjadi peristiwa yang mengharukan dan heroik dalam tonggak sejarah perjalanan panjang transmigrasi.

BACA JUGA: Mentrans Pastikan Putra-Putri Papua Dapat Alokasi Khusus Beasiswa Patriot

”Pada hari itu, rombongan transmigran asal Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, berangkat menuju UPT Gunung Balak, Provinsi Lampung. Namun kehendak Tuhan berbeda, rombongan tersebut mengalami kecelakaan dan terguling ke Sungai Kali Sewo, tidak jauh dari tempat kita berdiri saat ini," tuturnya.

Dalam peristiwa itu sebanyak 67 orang korban meninggal dan kemudian dimakamkan pada area khusus yang disediakan oleh Departemen Transmigrasi di dekat tempat pemakaman umum tak jauh dari lokasi kejadian.

Lebih lanjut Wamentrans Viva Yoga menyampaikan para transmigran yang meninggal dalam peristiwa tersebut kemudian ditetapkan sebagai 'Pionir Pembangunan Transmigrasi'.

"Kompleks pemakaman para pionir transmigrasi kini dikenal sebagai Kompleks Makam Pionir Transmigrasi dan namanya termanifestasi dalam tugu pionir yang ada di hadapan kita saat ini dengan semboyan 'Jer Basuki Mawa Beya' yang berarti untuk mencapai kebahagian perlu pengorbanan," terangnya.

Dengan perasaan terharu, Wamentrans Viva Yoga mengatakan para pionir transmigrasi itu merupakan simbol keberanian, ketangguhan, dan semangat untuk merajut keadilan sosial melalui pemerataan pembangunan.

BACA JUGA: Wamentrans Viva Yoga Sebut Minat Masyarakat Indonesia jadi Transmigran Sangat Tinggi

”Kita wajib memberikan penghormatan yang setinggi-tingginya kepada mereka yang telah mendahului kita, terutama mereka yang menjadi korban dalam perjuangan ini," tegasnya.

Menurut Wamentrans Viva Yoga, sudah sepantasnya dan sepatutnya di hari yang membanggakan ini semua pihak harus mampu meneladani semangat dari 67 patriot bangsa yang telah gugur di Kecamatan Sukra, Kabupaten Indramayu.

Untuk semua pengorbanan yang telah mereka lakukan tidak berlebihan kiranya untuk menyebut mereka sebagai patriot bangsa yang berjuang memperbaiki nasib dalam mengisi pembangunan bangsa dan negara.

”Doa kita mengiringi perjalanan 67 patriot bangsa menuju keabadian," ujarnya.

Wamentrans Viva Yoga menegaskan transmigrasi tidak hanya menjadi program masa lalu namun juga harus tetap relevan di era saat ini melalui pengembangan padradigma baru.

”Perlu kami sampaikan bahwa Kementerian Transmigrasi berupaya mengembangkan paradigma baru yang berorientasi pada kesejahteraan warga transmigran," ungkapnya.

Oleh karena itu, kata Wamentrans Viva Yoga, fokus Kementerian Transmigrasi telah bergeser dari pemindahan jumlah kepala keluarga yang berhasil dipindahkan menjadi peningkatan kesejahteraan warga transmigran dan warga sekitar.

Menurut alumni Program Pascasarjana UI itu, pergeseran paradigma pembangunan transmigrasi ini diterjemahkan dalam 4 program prioritas.

Pertama, revitalisasi 45 Kawasan Transmigrasi Prioritas Nasional sebagai bagian dari RPJMN 2025-2029.

Kedua, mendorong pengembangan kawasan transmigrasi transpolitan yang terintegrasi dan inklusif.

Ketiga, menjadikan transmigran sebagai bagian dari komponen cadangan.

Keempat, pendataan dan digitalisasi warga transmigran serta kawasan transmigrasi.

Wamentrans Viva Yoga memaparkan pergeseran paradigma transmigrasi berdampak terhadap pergeseran indikator keberhasilan program yaitu peningkatan produktivitas SDM dan penambahan nilai ekonomi di kawasan transmigrasi.

Untuk mendukung penambahan nilai ekonomi di kawasan transmigrasi dibutuhkan upaya pendataan dan digitalisasi ketransmigrasian melalui inventarisir Hak Pengelolaan (HPL) Kawasan Transmigrasi serta inventarisir Izin Pelaksanaan Transmigrasi (IPT) yang berada di atas HPL di mana hingga saat ini sudah ada 53 badan usaha yang terdaftar.

Kelengkapan IPT dan HPL ini akan menjadi basis data untuk mengembangkan peluang kerja sama pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) sehingga akan berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup warga transmigran dan warga sekitar kawasan.

Dengan demikian, pengembangan kawasan transmigrasi dan pemberdayaan warga transmigran tidak perlu sepenuhnya bergantung pada anggaran pemerintah yang terbatas.

Bahkan diharapkan Kementerian Transmigrasi justru bisa berkontribusi pada keuangan negara dalam bentuk Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP).

Lebih lanjut dipaparkan, paradigma transmigrasi yang baru adalah mimpi bersama untuk tetap membuat transmigrasi sebagai program pembangunan yang tetap relevan di tengah modernisasi dan kemajuan teknologi.

”Semangat transmigrasi dalam membangun Indonesia tidak boleh bermaksud untuk mengkotak-kotakan pembangunan. Niat dan tekad untuk membangun ibu pertiwi sudah sepantasnya terpatri dalam sanubari kita masing-masing," pesannya.

Wamentrans Viva Yoga mengajak semua pihak menjadikan peringatan Hari Bhakti Transmigrasi sebagai momentum untuk menghargai perjuangan para pionir dan mengambil peran aktif dalam pembangunan transmigrasi.

Tugas pembangunan Indonesia secara umum, dan transmigrasi secara khusus adalah tugas kita bersama.

”Semoga semangat para pionir transmigrasi terus menginspirasi kita untuk bekerja keras dan memberikan yang terbaik bagi bangsa ini," tutur pria asal Lamongan, Jawa Timur, itu.

Dalam berbagai kegiatan yang digelar di tempat itu dihadiri oleh pejabat Indramayu, pimpinan tinggi madya, pejabat pimpinan tinggi pratama di lingkungan Kementerian Transmigrasi, Ketua Persatuan Wredatama Transmigrasi (PWT).

Selain itu juga hadir Ketua DPP Perhimpunan Anak Transmigran Republik Indonesia (PATRI), Ketua DPP Himpunan Masyarakat Peduli Transmigrasi Indonesia (HMPTI), Ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kementerian Transmigrasi, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat.

Hadir juga Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah, Kepala Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Indramayu dan para kepala OPD di wilayah Kabupaten Indramayu, dan undangan dari unsur lain seperti dari TNI, Polri, tokoh masyarakat dan masyarakat umum.

Sebagai informasi, 12 Desember 1950 pertama kali transmigrasi dilakukan Pemerintah Indonesia dengan memberangkatkan 23 kepala keluarga (KK) ke Lampung, dan 2 KK ke Lubuk Linggau.

Momen bersejarah bagi bangsa Indonesia tersebut dijadikan sebagai Hari Bhakti Transmigrasi. (mrk/jpnn)


Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler