Wapres Hingga MUI Dukung Rencana Program Magrib Mengaji di Sumbawa

Selasa, 27 Oktober 2020 – 23:20 WIB
Mengisi kegiatan dengan mengaji. Foto: JPNN

jpnn.com, SUMBAWA - Calon Bupati Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), Syarafuddin Jarot dan Mokhlis mengusung program Magrib Mengaji jika terpilih menjadi kepala daerah.

Program itu dinilai bisa menjaga nilai-nilai keagamaan dan membangun generasi muda berakhlak mulia di Sumbawa.

BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: NIP PPPK Masih Misterius, Edy Rahmayadi Beraksi, Ada 21 Aplikasi Jahat

Menanggapi hal tersebut, Juru Bicara Wakil Presiden Maruf Amin Masduki Baidlowi menilai hal itu sebuah gagasan yang bagus. Karena selama ini banyak tradisi baik yang hilang.

“Mengaji habis magrib itu kan tradisi lama, zaman sebelum ada televisi, radio, gadget. Kalau dulu orang setelah mahrib mengaji, sekarang nonton TV, main HP dan game online, jadi kalau itu mau dihidupkan lagi, saya kira baik sekali, saya sangat mendukung,” kata dia dalam keterangannya, Selasa (27/10).

BACA JUGA: Nusantara Mengaji Lahirkan Generasi Milenial Seniman Alquran

Dia menambahkan, salat magrib berjemaah, dilanjutkan mengaji sampai isya berjamaah adalah salah satu hal yang membentuk bangsa Indonesia menjadi bangsa yang baik.

“Ajaran agama yang rahmatan lil alamin diajarkan di situ, saat anak-anak mengaji. Bahkan yang lebih senior biasanya setelah Isya masih mengaji kitab yang lebih dalam. Itulah tradisi kita dulu,” tuturnya.

BACA JUGA: Kabar Gembira untuk Guru Mengaji dan Marbut

Masduki mengatakan, dalam kegiatan kampanye atau pilkada, calon kepala daerah memang selayaknya mengusung program yang juga menyentuh aspek reliji.
Menurutnya, proses demokrasi tidak harus selalu diisi kampanye yang berisi program pembangunan semata seperti ekonomi atau infrastruktur, tapi juga pembangunan manusia yang berakhlak, dengan landasan keagamaan.

“Mengaji tentu saja dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Itu sangat luar biasa, saya sangat mendukung,” jelasnya.

Hal senada juga disampaikan Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat Kiai Cholil Nafis. “Saya kira itu program yang baik dan patut didukung, mengaji setelah maghrib sampai Isya itu memang budaya dan tradisi yang harus dilestarikan, kalau yang sudah bisa baca ya baca Alquran, kalau belum bisa baca, ya murojaahnya, atau mengulang,” ujarnya saat dihubungi Selasa (27/10).

Cholil menerangkan, penerapan progam itu juga harus disesuaikan kondisi masyarakat di masing-masing daerah.
“Tentunya program ini hanya berlaku untuk keluarga muslim. Memang sangat baik kita lestarikan setiap magrib itu semua kembali ke rumah, atau bisa juga mengaji di langgar (musala) atau masjid terdekat,” tuturnya.

Selain itu, kata dia, perlu ada pengaturan juga waktu mengaji dan waktu belajar di sekolah. Selama pandemi Covid, kata Cholil, mungkin kegiatan lebih banyak dilakukan di rumah, namun setelah pandemi bisa saja kegiatan Kembali dilakukan di rumah ibadah.

“Nanti mungkin ada perubahan setelah pandemi, kepala daerah juga perlu aktif menghidupkan kembali kegiatan di masjid-masjid dan musala,” ujarnya.

Sebelumnya, Pasangan Jarot-Mokhlis berniat menjadikan anak dan pemuda sebagai sasaran program “magrib mengaji”.

Mokhlis mengatakan, saat dia menjadi Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip di Provinsi NTB dirinya banyak bersentuhan dengan budayawan.

Mokhlis menilai ‘magrib mengaji’ bisa menciptakan generasi muda berilmu agama yang kuat sebagai dasar ketahanan keluarga dari berbagai hal negatif.

“Termasuk peredaran narkoba yang sangat meresahkan,” ujarnya dalam acara diskusi publik ‘Meneropong Arah Baru Sumbawa 2020 Jilid III’ yang digelar Forum Mahasiswa Hukum Samawa Fakultas Hukum Universitas Mataram peka lalu. (cuy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elfany Kurniawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler