Wapres Optimis Mampu Hadapi Krisis

Senin, 10 Oktober 2011 – 06:16 WIB

JAKARTA - Wakil Presiden Boediono optimis Indonesia bakal kembali sukses melewati ancaman krisis ekonomi globalPasalnya, cadangan devisa Indonesia saat ini telah mencapai USD 120 miliar, atau dua kali lipat dibanding cadangan devisa saat berhasil mengatasi krisis ekonomi tahun 2008.

Namun begitu, Wapres menegaskan bahwa ada satu persoalan besar yang melanda dunia pada krisis kali ini

BACA JUGA: Krisis Ancam Ekspor Batu Bara

"Para politisi sepertinya gagal membuat keputusan
Terjadi kebuntuan politik di banyak tempat, baik di Amerika Serikat maupun Eropa yang tengah bergulat memecahkan krisis

BACA JUGA: Emas Papua Terancam Habis

Kebuntuan politik yang terjadi di mana-mana itu membuat ketidakpastian semakin mencekam," ujar Wapres akhir pekan lalu.

Padahal, lanjutnya, kunci penanganan krisis adalah pembuatan keputusan yang cepat
Itulah pelajaran pahit yang juga pernah menimpa Indonesia pada krisis 1997-1998 yang berakibat goncangan ekonomi besar-besaran hingga menyebabkan jatuhnya pemerintahan orde baru

BACA JUGA: APRI Minta Ekspor Rotan Jangan Ditutup



"Karena Indonesia tidak cepat membuat keputusan, maka krisis moneter yang mulanya tidak terlalu besar berkembang menjadi krisis multidimensional yang mengubah segalanya," kata dia.

Namun kata Boediono, pelajaran besar itu membuat Indonesia lebih mampu mengatasi krisis pada 2008Ketahanan ekonomi dipersiapkan hingga cadangan devisa Indonesia pada saat terjadi krisis ekonomi 2008 mencapai USD 60 miliar"Ini amunisi yang cukup baik untuk menghadapi krisis dibandingkan cadangan devisa menjelang krisis 1997-98 yang hanya USD 19 miliarTapi yang lebih penting saat menghadapi krisis 2008 itu adalah Pemerintah mampu keputusan yang cepat," tuturnya.

Wapres menambahkan, di tengah krisis dunia yang mulai mengancam lagi, dia mengingatkan agar semua pihak bersiap karena Indonesia tidak terisolasi dari dunia luarSecara fundamental, ekonomi Indonesia memang cukup sehat kendati ada kekurangan di sana-sini

"Tapi secara umum mestinya Indonesia mampu menghadapi krisisCadangan devisa kita juga sudah sudah mencapai USD 120 miliar, dua kali lipat daripada 2008," lanjutnya.


Namun, dalam menghadapi krisis, kondisi ekonomi yang kuat ini harus mendapat dukungan berupa proses pengambilan keputusan yang cepat, tegas dan tepat"Bak sebuah kapal yang sedang mengarungi samudera, saya mengingatkan agar kita tetap berjaga-jaga karena gelombang atau badai krisis tidak dapat diprediksi kapan akan menghantam suatu negaraDalam situasi seperti sekarang, strategi yang paling baik adalah sedia payung sebelum hujan," tegasnya.

Ibarat gempa bumi, ungkap Wapres, krisis tidak dapat diperkirakan kapan akan terjadi, tetapi meski begitu semua pihak diharapkan dapat mengantisipasi dengan menyusun rencana evakuasi maupun penyelamatanSalah satu langkah antisipasi yang penting adalah tersedianya landasan hukum bagi langkah-langkah operasional ketika terjadi krisis"Kebijakan ekonomi tidak berarti apa-apa kalau tidak ada payung hukumnya," kata dia.

Wapres menuturkan saat ini DPR tengah membahas Rancangan Undang-Undang (RUU) Jaring Pengaman Sistem Keuangan (JPSK)Dia berharap" RUU JPSK dapat segera disahkan sehingga dapat menjadi landasan hukum bagi pengambil keputusanSebab hal itu penting untuk mengambil keputusan saat terjadi krisis"Kalau tidak ada Undang-Undang ini, akan muncul" kegamangan pada pengambilan keputusan dan krisis yang kita hadapi akan semakin memburuk," ucapnya.

Langkah antisipasi lainnya adalah dengan melakukan pemetaan baik, oleh Pemerintah maupun dunia usahaIni termasuk kebijakan di bidang ekspor dan impor, dan antisipasi anggaran yang perlu disiapkan"Jika terjadi penurunan kegiatan ekonomi di tanah air, kita dapat mengimbanginya dengan kegiatan Pemerintah melalui APBNDunia usaha pun harus menyiapkan" langkah antisipasi," sebutnya.

Pelajaran penting lainnya dari krisis adalah suasana hubungan antar negara akan berbeda dalam kondisi normal dan krisisKetika dalam suasana normal hubungan antar-negara bisa saling terbuka satu sama lain, tetapi dalam krisis masing-masing negara akan mengutamakan ketahanan masing-masing

Beberapa perjanjian antar negara, seperti perjanjian pertukaran mata uang atau utang yang dapat terlaksana dalam keadaan normal, bisa jadi tidak akan berjalan pada saat krisis "Jadi akhirnya percayalah pada kemampuan kita sendiriKita harus memperkuat kemampuan kita sendiri menghadapi krisis," jelasnya(wir)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bangun Pabrik Kakao, Nesstle Investasi USD 200 Juta


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler