Dengan semakin banyaknya orang yang tertular varian Omicron, para pakar mengatakan sebaiknya menggunakan masker N95 yang lebih bisa melindungi.

Sejumlah pakar di Amerika Serikat mengingatkan agar warga tidak lagi menggunakan masker kain, dan bahkan di beberapa gedung di sana, termasuk klinik kesehatan Mayo, tidak lagi mengizinkan masuk pengunjung yang pakai masker kain.

BACA JUGA: Masyarakat Diminta Bijak, Tidak Bepergian ke Luar Negeri Demi Tekan Penularan Omicron

di awal pekan ini, jumlah kasus baru karena varian Omicron di Amerika Serikat sudah mencapai 1,4 juta, jumlah angka harian tertinggi di dunia sejauh ini menurut Johns Hopkins University.

"Omicron merupakan varian yang sangat mudah menular, mungkin patogen yang paling cepat menular di dunia saat ini," kata Lawrence Gostin, profesor di bidang hukum kesehatan global dari Georgetown University, yang juga bekerja di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

BACA JUGA: Ancaman Gelombang 3 Covid-19, Dinkes DKI: Tidak Usah Panik

"Masker kain sama sekali tidak memberi perlindungan apapun saat ini."

"Menghadapi Delta, tingkat efektivitas masker kain adalah sekitar 20-30 persen, namun menghadapi Omicron, hampir tidak ada perlindungannya."

BACA JUGA: Berita Terkini soal Kondisi 4 Warga Depok yang Terserang Omicron

"Masker kain itu sama sekali tidak ada gunanya menghadapi patogen yang beterbangan di udara,. bahkan masker yang dipakai untuk operasi tidaklah efektif seperti seharusnya. Jadi masker mana yang terbaik?

Terkadang masih membingungkan untuk memahami masker mana yang ada di pasaran yang efektif untuk mencegah penularan virus.

Masker N95 yang kadang disebut juga sebagai respirator sudah mendapatkan sertifikasi sesuai standar Amerika Serikat.

Begitu pula di Australia, masker N95 atau dikenal dengan nama masker P2, dianggap sebagai opsi terbaik yang ada di pasaran.

Namun ada juga opsi lain yang tersedia, termasuk yang dijual secara online.

Masker KN95 memenuhi standar Tiongkok dan masker KF94 dengan desain yang sedikit berbeda telah memenuhi standar di Korea Selatan.

Baik KN95 dan KF94, kalau memang asli, seharusnya memberikan perlindungan yang sama dengan N95.

Masker N95 terbuat dari berbagai bahan sintetis dengan beberapa lapisan yang 95 persen bisa mencegah masuknya partikel yang beterbangan di udara. Bagaimana kalau tidak tersedia N95?

Pakar mengatakan kalau tidak bisa mendapatkan N95, pilihan berikutnya adalah masker yang digunakan dalam operasi tapi bukan yang terbuat dari kertas.

Namun yang terpenting adalah masker itu harus bisa menutupi mulut dan hidung sepenuhnya.

"Dua hal yang paling penting dari sebuah masker adalah lapisan pelindung, kedua cara pemakaian yang benar," kata Sabrina Assoumou,  dokter penyakit menular di Boston Medical Centre. 

Sementara karena masker untuk bedah tersedia hanya dalam satu ukuran, ada celah di sampingnya yang membuat tingkat efektifitasnnya berkurang. Bagaimana dengan penggunaan dua masker?

Menggunakan masker bedah kemudian dilapisi lagi dengan masker kain juga bisa membantu.

Penggunaan dua masker sudah populer di Amerika Serikat tahun lalu, namun Dr Assoumou mengatakan ada asumsi yang salah jika masker kain akan membantu meningkatkan perlindungan.

Yang membantu perlindungan sebenarnya adalah masker untuk bedah telah menutup bagian mulut dan hidung.

Dr Assoumou juga menyarankan untuk tidak lagi menggunakan masker kain.

"Saya ingin mengatakan kepada siapa saja yang masih menggunakan masker kain, pertimbangkanlah untuk paling tidak menggunakan masker bedah," katanya.

"Ini yang akan saya rekomendasikan kepada pasien saya, kepada orang-orang yang saya cintai," ujarnya. Menggunakan lagi masker yang sudah dipakai

Staf medis dianjurkan untuk tidak menggunakan masker N95 yang sudah dipakai sebelumnya, tapi untuk warga biasa, para pakar mengatakan masker N95 bisa digunakan beberapa kali.

"Masker "N95, KN95 dan KF94 mungkin bisa digunakan selama seminggu sepanjang tidak basah atau rusak," kata Dr Assoumou.

Kalau Anda khawatir dengan dampak lingkungan dari penggunaan masker sekali pakai, para pakar mengatakan jika kita tidak akan memakainnya selamanya.

Lawrence Gostin mengatakan di satu saat nanti virus COVID ini akan menjadi endemi.

Saat itu akan banyak bentuk perawatan yang tersedia bagi mereka yang mengalami gejala parah dan masker tidak akan lagi diperlukan.

"Di satu hari nanti, mungkin tidak akan lama lagi, tujuannya adalah mencegah orang dirawat di rumah sakit, mencegah orang sakit parah dan meninggal," katanya.

Dr Assoumou juga sepakat jika penggunaan masker tidak akan berlangsung selamanya.

"Saya berharap kasus akan segera menurun dan kita tidak lagi harus menggunakan masker setiap waktu," katanya.

Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari ABC News 

Simak! Video Pilihan Redaksi:

BACA ARTIKEL LAINNYA... Serangan Omicron di China Meluas, Merebak Isu Beijing Bakal Lockdown

Berita Terkait