Pemerintah Australia meminta warganya untuk melapor tindakan rasis bila menyaksikan dan tidak melakukan tindak kekerasan kepada warga keturunan Tiongkok, apapun perasaan mereka terhadap Pemerintah Tiongkok. Pakar mengatakan kurangnya laporan insiden rasisme yang dialami komunitas Asia Ada kekhawatiran hubungan diplomatik Australia dan Tiongkok saat ini menyebabkan tindakan rasisme Pemerintah Oposisi Australia meminta pemerintah untuk menggelar kampanye anti-rasisme

 

BACA JUGA: Corona Tak Angker Lagi, Pariwisata Tiongkok Raup Rp 77,2 Triliun dalam Tiga Hari

Sejak pandemi virus corona berlangsung, warga Australia keturunan Asia dilaporkan telah mengalami sejumlah penyerangan, dalam bentuk fisik atau verbal, termasuk menerima ancaman kematian dan perusakan terhadap rumah mereka.

Menteri Imigrasi Australia, Alan Tudge mengatakan aksi perusakan rumah warga keturunan Tiongkok di Melbourne sebagai tindakan 'memalukan' dan 'tpengecut'.

BACA JUGA: Pribumi Brazil Tak Berdaya Melawan Virus Corona, Situasinya Benar-Benar Darurat

Melihat aksi tersebut, ia mengatakan 99,9 persen warga Australia berpihak dan mendukung warga keturunan Asia di Australia. Photo: Warga pendatang asal Tiongkok telah menjadi bagian dari Australia sejak abad ke-19. (AAP: Lukas Coch)

 

BACA JUGA: Inilah Daftar Nama Perampok Ditembak Mati, Salah Satunya si Kapten

"Saya mengajak masyarakat Australia untuk menegur tindakan rasis kalau menyaksikan. Hentikan orang yang coba melakukannya. Jangan membiarkan tindakan itu terjadi, memberikan teguran menjadi tanggung jawab kita bersama."

Pesan yang sama telah disampaikan sejumlah politikus Australia, termasuk Menteri Keadilan dan Kesehatan Mental di Kawasan Ibukota Australia (ACT), Shane Rattenbury, yang baru-baru ini mendorong warga Canberra untuk menegur pelaku tindakan rasis bila memungkinkan. Pandemi virus corona
Ikuti laporan terkini terkait virus corona dari Australia dalam Bahasa Indonesia.

 

Menurut laporan yang diterima Komisioner Diskriminasi di Komisi Hak Asasi Manusia ACT, Karen Toohey, insiden rasis terutama meningkat di kalangan pekerja kesehatan dan karyawan retail, sejak Maret lalu.

Kenyataan ini tidak diragukan lagi oleh ketua Komisi Multikultural Victoria, Vivienne Nguyen, yang mengatakan tindakan rasis tidak terbatas dalam kata-kata.

"[Tindakan rasis] yang dilakukan tidak mesti diucapkan, tapi juga dapat dilakukan melalui pandangan sekilas, gestur memutar bola mata, dan bisikan. Ini sudah tidak diragukan lagi."

Vivienne menyayangkan angka pelaporan tindakan rasis yang sangat rendah. Menurutnya, hal ini disebabkan oleh minimnya pengetahuan seputar proses hukum atau kekhawatiran tidak adanya bukti yang dimiliki korban.

"Anggota komunitas Asia merasa tidak banyak yang dapat mereka lakukan. Karena itu, mereka tidak dapat melakukan apa-apa selain menceritakan perasaan dan pengalaman mereka kepada teman atau melalui unggahan di media sosial."

Apakah Anda pernah menjadi korban tindakan rasis atau pernah menyaksikannya? Bagikan pengalaman Anda kepada kami. 'Orang Tiongkok harus bersih' External Link: @jrojourno tweet: Japanese consulate in Brisbane warns expats of anti-Asian #racism because of #coronavirus.

 

Sejak kasus pertama virus corona dilaporkan di Australia tanggal 25 Januari lalu, banyak warga keturunan Asia di Australia mengatakan telah mengalami tindakan rasisme.

Komisi Hak Asasi Manusia di Australia mengatakan satu dari empat orang yang melaporkan tindakan rasis, mengaku dijadikan target karena dianggap membawa virus corona.

Hal ini dialami Katie, seorang warga tetap Australia di Sydney, yang terpaksa mengakhiri hubungannya dengan seorang pria Australia, karena perkataan rasis yang dilontarkan kepadanya.

Perempuan beretnis Tiongkok ini menerima permintaan putus dari mantan kekasihnya, setelah kembali dari Shanghai, bulan Januari lalu.

"Ia bilang kepada saya, 'saya tidak mau tertular virus corona. Saya tidak mau mati'. Saya sangat terkejut [mendengarnya]."

Pernyataan yang keluar dari mulut pria tersebut menjadi semakin menyakitkan setelah Katie menyebutnya rasis.

"Lalu dia bilang, 'orang Tiongkok harus bersih'. Perkataan ini menurut saya sangatlah kasar dan mengecewakan," kata dia.

"Meskipun Shanghai pada saat itu memiliki sedikit kasus, saya melakukan karantina di rumah bersama keluarga saya hampir setiap saat."

Katie mengatakan dirinya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mencerna ucapan mantan pasangannya tersebut. Ia mengaku belum pernah mengalami tindakan rasis separah ini selama 10 tahun tinggal di Australia. Tidak menyamakan warga keturunan Tiongkok dengan Pemerintah Tiongkok Tell us your story We want your help to get a better picture of what's happening from across Australia; to hear from people who have been subjected to racism or seen it take place.

 

Ketegangan yang sedang terjadi antara Australia dan Tiongkok dikhawatirkan dapat meningkatkan tindakan rasis terhadap komunitas Tiongkok di Australia, tanpa memandang status kependudukan mereka.

Melihat hal tersebut, Menteri Alan Tudge mengatakan warga Australia harus dapat membedakan pandangan mereka tentang Pemerintah Tiongkok, Partai Komunis Tiongkok, dengan warga di Australia yang belum tentu beretnis Tiongkok.

"Ini adalah dua hal yang berbeda," ujarnya.

"Siapapun boleh memiliki pendapat buruk tentang Pemerintah Tiongkok, Inggris, atau Amerika, dan bahkan Australia."

"Tapi pandangan ini tidak boleh mempengaruhi bagaimana mereka memperlakukan sesama warga Australia."

Gladys Liu, anggota Partai Liberal yang merupakan warganegara Australia keturunan Tiongkok, mengatakan pihak Parlemen mendorong warga untuk tidak melampiaskan amarah kepada komunitas warga Australia keturunan Tiongkok. Photo: Gladys Liu menjadi perempuan pertama keturunan Tiongkok yang terpilih menjadi anggota parlemen di Australia. (ABC News: Adam Kennedy)

 

"Saya ingin orang-orang dapat membedakan peristiwa di dunia dengan warga Australia keturunan Tiongkok," kata Gladys.

"Mereka bukanlah penyebab COVID-19 dan tidak ada urusan apapun dengan virus tersebut. Warga Australia keturunan Tiongkok sama saja seperti warga Australia lainnya. Kita menanggung penderitaan ini bersama-sama."

"Apa yang kita butuhkan adalah pengakuan yang lebih dan menghargai apa yang dibawa oleh orang-orang yang berbeda ini untuk negara kita ... saya mendukung adanya pemahaman yang lebih baik antara komunitas yang beragam budaya dengan seluruh warga negara di sini." Ajakan untuk kampanye nasional anti-rasisme Photo: Komisi Hak Asasi Manusia pernah menggelar kampanya nasional anti rasisme. (Supplied: Human Rights Commission)

 

Minggu lalu, Menteri Alan Tudge mengatakan dalam konferensi pers bahwa Pemerintah akan memasang beberapa iklan di media multikultural untuk mengutuk tindakan rasisme dan menyediakan panduan bagaimana melaporkannya.

Namun, menurut direktur Perkumpulan Komunitas Etnis di Australia (FECCA), Mary Patetsos, usaha ini tidaklah cukup.

Menurutnya, pesan tersebut harus disampaikan kepada seluruh warga di Australia, seperti yang sedang dipraktikkan oleh organisasinya dengan kampanye anti-rasisme.

"Saya rasa ini adalah masa-masa yang sulit," ujarnya.

"Saya rasa diperlukan panggilan persatuan, pesan untuk saling menghormati, dan panggilan kepada seluruh komunitas Australia untuk berhenti berperilaku buruk dan memperkenalkan kepedulian satu sama lain yang adalah ciri khas kita." Photo: Pemerintah Koalisi Australia telah menghentikan kampanye anti-rasisme di Australia yang berjalan di pemerintahan Julia Gillard. (AAP: Ellen Smith)

 

Mary mengatakan bahwa saat ini adalah masa yang kritis, dan Pemerintah harus memegang kendali atas strategi anti-rasisme yang sudah mereka susun.

"Jika COVID-19 tidak mengajarkan kita apa-apa, paling tidak pandemi ini dapat mengajarkan Pemerintah bahwa mereka dapat memimpin dan menjadi contoh bagi masyarakat," katanya.

"Selain itu, Pemerintah juga dapat memperlihatkan pentingnya dukungan tidak memihak di tengah krisis. Ini seharusnya tidak memecahkan masyarakat, namun mempersatukan. Bukan persoalan ide siapa, namun soal mengambil langkah yang benar." Photo: Komisi Hak Asasi di Australia mengatakan pernah membuat kampanye nasional soal rasisme. (WeChat)

 

Sementara itu, Menteri Bidang Multikultural Andrew Giles, mengatakan pernyataan Perdana Menteri Scott Morrison tentang memberantas rasisme harus diikuti tindakan nyata.

"Kami membutuhkan sesuatu yang lebih dari kata-kata. Kami membutuhkan sebuah kampanye yang menyatakan secara terang-terangan bahwa Australia sama sekali tidak mentolerir tindakan rasis." 'Kebebasan berekspresi penting, tapi perkataan dapat membunuh'

Komisi Multikultural Victoria, Vivienne Nguyen mengatakan pentingnya peningkatan kesadaran dan pendidikan diajarkan di sekolah maupun komunitas mengenai konsekuensi tindakan rasis bagi penerimanya. External Link: @multiculturevic tweet: Racism is simply unacceptable & we cannot tolerate it here in Victoria. If you or someone you know has experience #discrimination or #vilification on the basis of #race or #religion head to our website to find out how to report it: http://multiculturalcommission.vic.gov.au/experienced-racism-heres-what-you-can-do #StopRacism #EndRacism

 

"Sebagai seseorang yang datang dari negara yang dilanda perang [Vietnam] dan Pemerintah rezim tunggal, saya percaya hak asasi manusia dasar [yaitu kebebasan berpendapat] sangatlah penting," kata dia.

"Namun, kebebasan berpendapat haruslah yang bertanggungjawab... setiap dari kita... tanpa dibatasi pemimpin, karena perkataan dapat membunuh dan mempengaruhi orang...secara mendalam jauh dari apa yang kita pikirkan."

Pihak kepolisian juga menegaskan tindakan rasis tidak dapat ditolerir, setelah menyaksikan beberapa kejadian dengan motif rasisme yang semakin meningkat di awal terjadinya pandemi.

Di Queensland, terdapat paling tidak 16 kasus rasisme, berupa pelecehan dalam bentuk fisik maupun kata-kata penghinaan, terhitung sejak bulan Maret.

Polisi mendakwa perempuan berusia 15 tahun dengan dua tuduhan penyerangan yang menimbulkan luka fisik atas tindakannya menuduh seorang perempuan lain tertular virus corona, sebelum meninju wajahnya beberapa kali di Queen Street Mall, awal Maret lalu. Photo: Pesan ini tertulis di salah satu rumah warga Tiongkok di Melbourne. (Supplied)

 

Juru bicara Kepolisian Tasmania mengatakan ada tiga kejadian rasisme di bulan Maret, dengan dua di antaranya adalah penyerangan.

Salah satunya adalah kejadian yang dialami oleh seorang mahasiswa Hong Kong di Hobart yang diejek dan wajahnya ditinju karena mengenakan masker rumah sakit di supermarket. External Link: @JayChiew88: "Your **** government made the virus and is responsible!" shouted a stranger. "I'm not from Tiongkok," replied me

 

"Kami mengajak semua anggota masyarakat untuk sadar dan peka terhadap orang di sekitar kita, terutama di tengah keadaan darurat seperti ini."

Di New South Wales, pihak kepolisian telah mendakwa seorang pria berusia 55 tahun yang ditemukan menyerang dan mengancam orang-orang di konsulat Tiongkok di Sydney dengan cambuk.

Sedangkan di Victoria, dua orang mahasiswi internasional yang sedang berjalan kaki di kota Melbourne diserang karena rasisme, sementara rumah sebuah keluarga warga Australia keturunan Tiongkok di daerah Knoxfield disemprot grafiti bertuliskan 'COVID-19 Tiongkok die'.

Juru bicara Kepolisian Victoria mengatakan pihaknya menangani segala tindakan rasisme dan diskriminasi atas dasar agama, kebudayaan, atau etnis, dengan sangat serius.

"Kepolisian Victoria mengetahui dampak dari kejadian ini terhadap para penerimanya. Mereka dapat merasa rentan, terancam, dan terisolasi," ujar juru bicara tersebut.

"Kami menganjurkan siapapun yang mengalami atau menyaksikan tindakan kejahatan ini untuk melaporkan pelaku ke kantor polisi terdekat."

Baca dalam Bahasa Mandarin | Baca dalam Bahasa Inggris

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gandeng Pemuda Pancasila, Tahir Foundation Donasikan 1.000 Paket Sembako

Berita Terkait