jpnn.com, JAKARTA - Dukungan masyarakat kepada Presiden Joko Widodo untuk maju lagi guna melanjutkan pengabdian kepada bangsa terus menguat. Terutama setelah deklarasi 2024 ikut Pak Jokowi, viral di media sosial.
Dukungan tersebut tak lepas dari kerja Jokowi yang dinilai berhasil. Salah satu keberhasilan Jokowi adalah dibangunnya tol Trans Jawa yang kian memudahkan rakyat di Pulau Jawa dan luar pulau Jawa seperti Bali hingga Nusa Tenggara Barat (NTB).
BACA JUGA: Petisi Tolak IKN Pindah Buah Penderitaan Rakyat, ANH: Syarat Kepentingan Oligarki
Suratman, sopir Bus jurusan Bima-Surabaya-Jakarta mengucapkan terima kasih kepada orang nomor satu di Indonesia ini.
Pasalnya, sudah memudahkan para sopir dan masyarakat NTB bepergian ke Jawa atau Jakarta lewat darat.
BACA JUGA: Fadli Zon: Cara-cara Represif kepada Rakyat Masih Dipertontonkan dengan Keangkuhan Kekuasaan
“Kalau kami jalan lewar jalur lingkar lebih parah dulu, sekarang sudah bagus sekali. Luar biasa karena tol Trans Jawa. Ini sudah lebih mantap buat bus dari Bima ke Jakarta,” kata Suratman dalam video pendek yang diterima, Rabu (8/2).
Menurut Suratman, sebelum adanya tol Trans Jawa, para sopir bus harus menempuh perjalanan dari Jakarta ke Surabaya menghabiskan waktu 18 sampai 20 jam perjalanan.
BACA JUGA: Peringati HPN 2022, Jokowi Sampaikan Ini, Simak
Namun, setelah adanya tol Trans Jawa mereka hanya menghabiskan 10 sampai 12 jam perjalanan.
“Bedanya, dulu Jakarta-Surabaya sekitar 18-20 jam, sekarang bisa 10-12 jam kalau enggak macet. Kalau tol Trans Jawa ini ya mantap karena kami dulu kan sering macet. Jalan dari Jakarta ini dibangun bapak Jokowi. Ini luar biasa,” ucapnya.
Berbeda lagi dengan Suratman, Pak Parang, petani asal Sukoharjo ini merasakan betul kerja Jokowi selama menjadi Wali Kota Solo hingga Presiden Indonesia.
Menurut Parang, Jokowi adalah representasi masyarakat miskin karena dia sendiri bukan orang kaya seperti pejabat lainnya.
“Pak Jokowi itu sejak kecil bukan anak orang kaya, sederhana. Jadi, punya belas kasihan di hati sama pikiran itu ada,” ujar Parang.
Menurut Parang, dengan kinerja seperti ini masyarakat kecil akan terus memberikan dukungan kepada Jokowi untuk melanjutkan baktinya kepada bangsa dan negara di Pilpres 2024.
Sejauh ini, masyarakat kecil di Surakarta sangat merasakan program kerja Jokowi.
“Orang sini suka kalau dia masih njago (maju) lagi, masih didukung lagi dulu di Solo sini beneran loh mas, se-Surakarta itu mau maju Presiden, semua rakyatnya sudah bicara yang baik, orang miskin di Surakarta itu banyak yang langsung dikasih uang (BLT Pemkot),” ungkapnya.
Warga lainnya, Bangun Wahudi yang sehari-hari menjual Es Dawet di bawah jembatan tol Malang mengakui, selama pandemi dirinya mendapat bantuan dari Pemerintah.
Tak hanya bantuan sembako, Bangun Wahudi juga mengakui tertolong dengan dana BOS bagi para siswa.
“Saya jualan es dawet di seputaran Medaeng di bawah jembatan tol Malang, selama pandemi mendapat bantuan dari Kapolda, ada yang mengirim ke rumah dan bantuan-bantuan dari masyarakat. Kebijakan yang saya rasakan itu bagi saya orang kecil, anak saya sekolah terbantu dengan adanya dana BOS,” kata Bangun Wahudi.
Menurut Bangun Wahudi, pembangunan yang dilakukan oleh Jokowi selama 10 tahun ini tidak hanya terfokus di Pulau Jawa, tetapi di luar pulau Jawa juga.
“Sekarang benar-benar presiden untuk rakyat. Jadi, di mana pun itu dibangun enggak di Jawa saja, presiden Jokowi mau bekerja betul-betul buat masyarakat, dia dekat sekali dengan rakyatnya seperti tidak ada jaraklah antara presiden dan rakyatnya,” tuturnya.
Tiga warga ini pun mengucapkan terima kasih kepada Presiden Jokowi atas dedikasinya kepada bangsa dan rakyat Indonesia. Mereka pun berharap Jokowi di 2024 kembali maju sebagai Presiden untuk melanjutkan kerja-kerjanya memajukan Indonesia.
“Terima kasih Pak Jokowi karena jalan Trans Jawa ini luar biasa mantap sekali. 2024 ikut lagi Pak Jokowi 3 periode, semangat,” tutup mereka.
Terpisah, peneliti kluster politik perkotaan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Syafuan Rozi mengatakan dukungan dari para masyarakat yang menginginkan Presiden kembali menjadi Presiden selama 3 periode karena mereka puas dengan kinerja Pemerintah.
Syaufan menilai aspirasi masyarakat tersebut merupakan sebuah gagasan demokrasi yang perlu disampaikan ke parlemen.
Menurutnya, sebelum Jokowi bisa kembali memimpin Indonesia harus perlu ada perubahan atau amandemen UUD 1945 terkait pasal tentang masa periode jabatan presiden.
“Kalau sebagai gagasan demokrasi ya sampaikan itu di parlemen nanti kalau parlemennya setuju untuk merubahnya akan terjadi amandemen UU jabatan presiden,” ungkap Syafuan.
Namun, lanjut Syafuan revisi konstitusi perlu mendapat dukungan banyak pihak agak tidak terjadi ketegangan antar kelompok masyarakat yang pro dan kontra atas isu tersebut.
“Kalau konstitusi berubah ya engak jadi masalah (Jokowi 3 Periode), tetapi kalau itu dipaksakan akan terjadi eskalasi konflik, konfilk horizontal,” ujar Syafuan.(fri/jpnn)
Redaktur & Reporter : Friederich