Warga Keluhkan Modus Indihome Gaet Pelanggan

Minggu, 05 Maret 2017 – 21:52 WIB
Layanan Indihome dari Telkom Indonesia. Foto/ilustrasi: Radar Pekalongan

jpnn.com - jpnn.com - Makin tingginya kebutuhan internet di masyarakat menjadi peluang bisnis bagi sejumlah internet service provider (ISP) atau penyedia jasa internet. Berbagai cara pun dilakukan penyedia layanan internet berlangganan tersebut untuk menggaet pelanggan.

Namun sangat disayangkan ketika cara-cara yang digunakan kerap merugikan pelanggan. Mulai dari pemasangan tanpa konfirmasi, hingga biaya bulanan tidak sesuai dengan penawaran awal.

BACA JUGA: Wow... Kini Ada Masjid Kapal di Semarang

Hal itulah yang dikeluhkan warga Semarang yang ‘dipaksa’ berlangganan internet oleh Indihome. Ranindipa (bukan nama sebenarnya), warga Ungaran di Kabupaten menuturkan, dirinya pada Juli 2016 pernah didatangi sales atau pegawai pemasaran Indihome.

Pegawai marketing Indihome itu menawarkan beberapa paket langganan. Mulai paket sekitar Rp 100 ribu per bulan, Rp 300 ribu, hingga di atas Rp 800 ribu per bulan. Selain kuota internet, paket juga berisi layanan TV kabel dan telepon rumah.

BACA JUGA: Kiat Parimin agar Sukses Berjualan Bakso

”Ketika saya tanya apakah itu biayanya flat, sales-nya meyakinkan dan memberi jaminan biaya tidak akan naik atau ada tambahan apa pun alias flat,” tuturnya kepada Jawa Pos Radar Semarang.

 

BACA JUGA: Aduhai, Bu Dokter Gigi Ini Masih Demen Menyambi

Ketika itu, Ranindipa mencoba bertanya terkait paket seharga Rp 300 ribu per bulan. Meski begitu, dia tidak langsung memutuskan berlangganan karena masih pikir-pikir.

Namun sales justru meminta KTP dan nomor telepon seluler Ranindipa. Padahal, dia belum mau berlangganan.

“Tapi sales-nya minta KTP dan memotretnya dengan HP. Dia bilang hanya untuk pendataan saja. Bahkan saya juga diminta tanda tangan di beberapa lembar kertas. Katanya tidak perlu dibaca, itu hanya formalitas saja. Dan saya pikir itu mungkin buat bukti sales kalau sudah bekerja melakukan penawaran,” ujarnya.

Dua hari kemudian datang dua orang teknisi dari Telkom yang akan memasang jaringan Indihome. ”Saat itu saya bilang, tidak melakukan konfirmasi pemasangan, kenapa ini ada pemasangan,” katanya.

Salah seorang teknisi pun menunjukkan SMS dari pihak kantor yang berisi perintah pemasangan Indihome di rumah tersebut. ”Saya masih ngotot kalau tidak melakukan konfirmasi pemasangan. Namun teknisi tetap memasang jaringan,” ujar perempuan 31 tahun itu.

Hari berikutnya, pihak Indihome kembali datang dan melakukan pemasangan modem. Karena sudah telanjur, akhirnya Ranindipa mencoba berlangganan.

”Sejak pemasangan itu saya juga tidak pernah lagi ditelepon sales-nya. Saya tidak tahu nanti jatuh tempo pembayarannya kapan. Tahunya saya setelah internet tidak bisa digunakan, pada akhir 1 September 2016,” katanya.

Tagihan pertama keluar sebesar Rp 288 ribu. Nilai tersebut tidak jauh berbeda dengan paket Rp 300 ribu. Namun pada tagihan September yang keluar pada 1 Oktober sebesar Rp 778 ribu.

”Tagihan kedua kok besar, katanya paket Rp 300 ribu itu flat. Saya pun mencoba ngomong ke suami dan diminta jangan dibayar dulu,” ujarnya.

Hingga akhirnya sekitar satu minggu berselang, pihak Indihome datang melakukan penagihan. Suami Ranindipa, Awan (32) mengaku kaget dengan tagihan itu.

“Saat itu saya kaget, karena ada dua tagihan yang harus dibayarkan, yakni bulan Agustus dan September. Masing-masing senilai Rp 778 ribu untuk bulan Agustus dan lebih dari Rp 600 ribu untuk bulan September,” kata Awan.

Dia heran karena masih ada tagihan untuk bulan Agustus. “Kata petugas yang datang saat saya membayar Rp 288 ribu itu untuk bulan Juli. Padahal saat pemasangan pertengahan bulan Juli itu, sales bilang jika pemasangan pertengahan Juli, tagihannya ikut bulan Agustus, yang Juli tidak dihitung,” tandasnya.

Awan pun merasa ditipu dengan penawaran dari pihak Indihome. Cara Indihome menarik pelanggan benar-benar tidak elegan.

Ada beberapa hal yang membuat pelanggan kecewa. Pertama sales membuai dengan biaya langganan flat. Tidak ada kenaikan atau biaya tambahan lain, namun kenyataannya biaya membengkak.

Kemudian langganan mulai diberlakukan pada awal bulan. Artinya, ketika pemasangan pertengahan bulan, maka tagihan yang dibayarkan hanya bulan berikutnya.

Selain itu, melakukan pemasangan tanpa ada konfirmasi lebih dulu. ”Saya benar-benar kecewa dengan Indihome. Setelah saya cerita dengan teman saya, ternyata mereka mengalami hal serupa terkait pelayanan Indihome ini,” katanya.

Keluhan serupa juga dialami Setiawan (24) warga Perum Panjangan Asri. Bedanya, modus yang digunakan petugas Indihome yang datang ke rumahnya tidak menawarkan paket internet, melainkan akan melakukan penggantian kabel telepon rumah.

”Saat itu yang ada di rumah hanya paman saya. Alasannya (petugas Indihome) mau mengganti kabel telepon. Karena paman saya tidak tahu apa-apa akhirnya mempersilakan petugas memasang jaringan. Paman saya juga dimintai tanda tangan,” ceritanya.

Setiawan pun heran setelah melihat rumahnya terpasang modem internet. ”Saya pikir ibu saya langganan, tapi setelah saya tanya ternyata tidak,” katanya.

Saat itu juga Setiawan mencopot modem Indihome di rumahnya. Sebab, karena dia memang tidak berlangganan.

“Apalagi tidak ada konfimasi sama sekali dari pihak Indihome. Saya juga sering mendengar komplain dari teman-teman terkait biaya Indihome yang terus membengkak,” kata pria tambun yang bekerja di salah satu stasiun radio di Kota Semarang ini.

Keluhan layanan Indihome juga diungkapkan warga di bilangan Ngaliyan. Wanita yang enggan disebutkan identitasnya itu merasa terpaksa berlangganan TV kabel Indihome karena sudah satu paket dengan line telepon rumah dari Telkom.

Awalnya dia memang ingin berlangganan Indihome karena ingin menonton sejumlah channel yang tidak bisa disaksikan lewat antena UHF. Apalagi ada bonus fasilitas wi-fi tanpa ada batasan kuota.

”Saat itu memang sedang ada promo. Seingat saya sebulan Rp 260 ribuan. Channel-nya lengkap, ada HBO juga. Internetnya pun kenceng,” ucapnya.

Beberapa bulan kemudian, dia mulai curiga lantaran ada kenaikan tarif tanpa ada pemberitahuan. Channel favorit pun mulai rontok satu per satu, terutama saluran film, olahraga, dan beberapa tayangan kartun anak-anak.

Setelah menelepon pihak Indihome, dia tidak mendapat jawaban yang memuaskan. ”Katanya Indihome sudah tidak bekerja sama dengan HBO. Soal aktivasi channel lain, harus tambah biaya lagi. Kalau tidak salah Rp 75 ribu per bulan,” ceritanya.

Akhirnya, dia memutuskan untuk tidak mengambil paket tambahan. Keluhan berikutnya muncul ketika koneksi internet Indihome yang mulai lemot.

Dia kembali mengeluhkan persoalan tersebut ke pihak Indihome. Penjelasannya jika ingin mendapatkan internet cepat, harus menggunakan fiber optik.

”Biayanya memang lebih mahal. Tapi saya minat. Sayang, di Ngaliyan belum ada instalasi fiber optik,” tegasnya.

Tidak lama setelah itu, wanita dua anak ini kembali komplain soal layanan Indihome. Sebab, tagihan bulanannya melonjak tajam nyaris 100 persen. Harganya malah lebih mahal jika dibandingkan langganan dengan instalasi kabel optik. Merasa geram, dia berniat menghentikan langganan Indihome.

Dia menilai respons petugas Indihome soal pencabutan langganan sangat lambat. Prosesnya pun sulit. Bahkan diancam akan mencabut line telepon yang sudah terpasang puluhan tahun lalu.

”Syarat pertama, saya harus lunasi tagihan yang melonjak tanpa pemberitahuan. Kedua, teleponnya harus ikut dicabut,” katanya.

Selain itu, katanya petugas Indihome menuturkan bahwa saluran telepon bisa dipasang lagi. “Tapi nomornya harus ganti. Nah, syarat kedua ini yang membuat saya berpikir dua kali. Kan nomornya sudah menyebar. Apalagi juga menyangkut bisnis,” ucapnya.

Setelah dipikir panjang, dia memutuskan untuk nekat tidak membayar tagihan Indihome. Biar nanti dicabut sendiri oleh petugas Indihome.
Soal nomor telepon, dia sudah merelakannya. ”Kapok langganan TV kabel Indihome,” cetusnya.(zal/amh/aro/ce1/jpg)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Luncurkan Satelit, Telkom Perkuat Bisnis Digital


Redaktur & Reporter : Antoni

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler