Warga Malaysia pun Ikut Mempertanyakan

Rabu, 08 September 2010 – 05:41 WIB
KETERANGAN - Menlu RI Marty Natalegawa dan Menlu Malaysia Dato Seri Anifah bin Haji Aman, saat memberikan keterangan kepada wartawan Indonesia dan Malaysia, di Hotel Le Meridien, Kinabalu, Senin (6/9). Foto: Rustam/Radar Tarakan.
KUALA LUMPUR - Sejak awal, perundingan RI-Malaysia dalam Joint Ministry Commission di Kota Kinabalu, Senin (6/9), telah tercium aroma konsep setting klasikHasilnya, terkesan awam

BACA JUGA: Julia Gillard Tetap Pimpin Australia

Kontingen Indonesia datang ke Malaysia, disusul Malaysia, kemudian bincang-bincang
Setelah itu 'bubar barisan'.

Nah, hasil perundingan bilateral ini, kini sontak menjadi buah bibir warga Indonesia yang bekerja di Kuala Lumpur, maupun warga Malaysia itu sendiri

BACA JUGA: Pembakaran Al Quran Bahayakan Tentara AS di Afghanistan

Mereka ini tak sungkan-sungkan mempertanyakan mengenai hasil pencapaian perundingan yang mempertemukan Menlu RI Marty Natalegawa dan Menlu Malaysia Dato' Seri Anifah bin Haji Aman
Ending-nya, penilaian terhadap hasil perundigan bilateral tersebut benar saja jika dikatakan nol besar.

Tak hanya TKI yang ingin tahu hasil perundingan itu

BACA JUGA: Selandia Baru Perpanjang Status Darurat Gempa

Kalangan pengusaha kecil, pemilik kedai di kawasan bandar raya Kinabalu, bahkan mengaku penasaran dan bingung atas hasil perundingan"Ape pasal hasil perundingan tuh? Macam mana ada solusi dan penyelesaiannya," tanya Mali, kepada wartawan media ini yang kebetulan singgah di kedai dengan menu teh tarik dan roti canai miliknya, usai perundingan sekitar pukul 18.00 waktu setempat.

Letak kedai ini sendiri tak jauh dari Hotel Le Meridien, serta tak jauh pula dari mall kebanggaan warga Kinabalu, Poin Center"Hanya bincang-bincang sajaIndonesia sepakat damai, tidak anarkis lagi, selesaikan persoalan dengan baikBegitu pun Malaysia, sepakat atas hal yang sama," jawab wartawan media ini.

Cerita punya cerita, Mali adalah satu dari sekian juta penduduk Kinabalu yang memiliki garis keturunan warga Indonesia"Nenek saya dari Sulawesi Selatan, tapi orang tua saya dah lama merantau ke MalaysiaDulu, masih bolehlah tak punya IC, boleh bekerjaDan sekarang saya penerus usaha orang tua," ceritanya.

Mali sendiri mengaku geram, karena perundingan tak mencapai klimaksnyaBaik itu dalam hal penegasan penyelesaian terhadap kasus penangkapan petugas Dinas Kelautan dan Perikanan Indonesia 13 Agustus lalu, maupun kasus-kasus lain yang melibatkan TKI sebagai korban"Warga Malaysia sendiri sebenarnya juga tak suka dengan beberapa kejadian di Sabah iniNamun apa daye, di Sabah ramai orang tak berani sesumbar menyampaikan aspirasi, apalagi berdemo," bebernya.

Sementara itu, Opius, TKI asal NTT yang bekerja di salah satu kilang minyak di Kinabalu, mengaku mengikuti pemberitaan di sejumlah media tentang perundingan damai RI-Malaysia di Hotel Le Meridien tersebutOpius sendiri tak banyak berharap dengan hasil yang didapat kedua negara iniNamun, ia menitip pesan, agar TKI yang saat ini bekerja di Sabah benar-benar mendapat perlindungan yang layak, aman dari perlakuan tidak wajar dari aparat Malaysia, serta terjamin mendapatkan upah yang memadai.

"Masih banyak TKI kita yang belum terakomodir oleh KJRI SabahKasus-kasus itu sebenarnya lebih banyak lagi jika ditelusuriKenapa menteri kita tak pertanyakan itu? Pertegas hal itu, agar masalah TKI ini tidak terus-menerus berlarut-larut," sesalnya.

Untuk diketahui, Sabah merupakan pilihan masuk yang mudah bagi tenaga kerja Indonesia (TKI) untuk bekerjaNamun diakui, sampai saat ini masih banyak calon TKI yang datang ke Malaysia tanpa dilengkapi dokumenRata-rata lantaran mereka tidak mengerti prosedur menjadi TKI di Malaysia.

Ada banyak sekali TKI bermasalah yang masuk melalui pintu-pintu ilegal di sepanjang perbatasan Kaltim-SabahRata-rata 2.000 orang per hari masuk ke Tawau dari KaltimSementara setibanya di wilayah Sabah, ada empat masalah utama yang harus dihadapi TKI, yaitu masalah dokumen keimigrasian, pendidikan, perkawinan siri, serta gaji yang rendah.

Menurut catatan Konjen Sabah, WNI legal yang tinggal di Sabah adalah sebanyak 208.792 orangSementara, TKI ilegal tercatat 217.367 WNI tidak berdokumenHingga kini, dilaporkan sudah ada pemutihan terhadap 217.367 orang TKI ilegal dengan keluarganya, melalui pemberian paspor kepada sekitar 200 ribu orang.

Namun selain itu, ada banyak lagi masalah lainDi mana salah satunya adalah problem menyangkut perkawinanStatus perkawinan TKI di Sabah umumnya tidak jelas alias kawin siriDampaknya, anak-anak TKI ini pun harus dilahirkan dengan tidak mempunyai akte kelahiran(rustam h/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Rencana Bakar Alquran Terus Diprotes


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler