Warga Suku Arfak Diperingatkan tak Ikut Aksi di Manokwari

Minggu, 01 September 2019 – 11:34 WIB
Massa memblokade pintu masuk Jl.Trikora Wosi Manokwari, Papua Barat, Senin (19/8). Foto: Toyiban/Antara

jpnn.com, MANOKWARI - Bupati Pegunungan Arfak, Papua Barat, Yosias Saroy mengimbau warga setempat tidak terpengaruh dengan aksi anarki di Manokwari serta daerah lain dalam menyikapi insiden di asrama Mahasiswa Papua di Surabaya, Jawa Timur.

Sampai saat ini di Pegunungan Arfak sangat kondusif, tidak ada aksi anarki seperti yang terjadi di Manokwari, Sorong, Fakfak dan Jayapura.

BACA JUGA: Pernyataan Terbaru dari Wiranto soal Internet dan Medsos di Papua

"Saya memang sudah imbau berkali-kali agar masyarakat tetap tenang dan masyarakat kami paham," kata Yosias Saroy di Manokwari.

BACA JUGA : Warga Manokwari Akan Demo Lagi, Kapolda Papua Barat : Polri - TNI tak Sedang Hadapi Musuh

BACA JUGA: Berapa Jumlah Prajurit TNI di Jayapura saat Ini? Nih Penjelasan Mayjen Yoshua

Saroy mengungkapkan kekecewaannya atas aksi anarki yang terjadi di Manokwari pada 19 Agustus lalu.

Kerusuhan itu dinilai membawa dampak buruk yang luar biasa terhadap pembangunan di daerah.

BACA JUGA: Jumlah Penumpang Pesawat Meningkat, Banyak Warga yang Tinggalkan Papua

Dia mengemukakan, Manokwari, Teluk Bintuni, Tambrauw, Pegunungan Arfak dan Manokwari Selatan merupakan wilayah adat Suku Besar Arfak.

BACA JUGA : Polemik Papua, Polisi Tak Tangkap Peserta Aksi Damai 19 Agustus di Manokwari 

Dia berharap siapapun yang datang di wilayah tersebut tidak berbuat kerusakan.

"Kami masyarakat Suku Arfak menerima dengan lapang siapapun yang datang di sini. Silakan membangun usaha, cari nafkah dan kita saling menghargai satu sama lain. Jangan hancurkan kami punya rumah ini," kata salah satu tokoh suku besar Arfak tersebut.

Bupati pun mengimbau warga Pegunungan Arfak, terutama dari kalangan Suku Arfak yang berada di Manokwari tidak terlibat dalam setiap aksi anarki.

Dia berharap masyarakat Suku Arfak menjadi teladan bagi suku-suku lain di daerah itu.

"Kalau mau melakukan demo menyampaikan aspirasi silahkan, konstitusi memperbolehkan. Tapi jangan anarkis, jangan merusak fasilitas publik, jangan mencuri dan menjarah, saya tidak setuju," ujarnya. 

Manokwari merupakan rumah bersama yang harus dijaga oleh siapapun yang datang dan mencari penghidupan di daerah tersebut.

Secara ekonomi, Kabupaten Pegunungan Arfak menerima efek buruk akibat kerusuhan yang terjadi pada Senin (19/8).

"Manokwari ini kan dapur umum, sembako dan barang-barang strategis seperti material bangunan kami datangkan dari Manokwari," katanya.

Kalau Manokwari terganggu, Pegunungan Arfak juga pasti terganggu. "Begitu pula Manokwari Selatan, Tambrauw, Teluk Wondama dan Teluk Bintuni," kata bupati. (ant/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... 381 Pasukan Brimob di Papua Barat Digeser ke Nabire


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler