Warga Surabaya, Jangan Khawatir Lagi Konsumsi Ayam

Senin, 18 September 2017 – 22:01 WIB
Ayam.

jpnn.com, SURABAYA - Akhir-akhir ini di Surabaya, berkembang isu tentang ayam yang dijual di pasaran.

Salah satunya, warga diminta berhati-hati mengonsumsi ayam di bagian sayap dan paha.

BACA JUGA: Harga Ayam Pedaging Turun Lagi

Sebab, bagian itu merupakan jalur masuknya hormon yang disuntikkan oleh peternak untuk menggemukkan ayam.

Hormon tersebut dikatakan berbahaya untuk dikonsumsi.

BACA JUGA: Kuliner ala Timur Tengah: Lezatnya Nasi Kuning Berpadu Olahan Ayam

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Surabaya Erna Uliantari menegaskan, isu tersebut tidak usah dipercaya.

Saat pembukaan Festival Hari Ayam dan Telur (FHAT) di Taman Surya kemarin (17/9), dia menegaskan bahwa hal itu tidaklah benar.

Dia menyebutkan bahwa ayam broiler yang ada di pasaran tidak disuntik hormon.

Penyebabnya, harga hormon itu lebih mahal daripada ayamnya. Ayam broiler bisa berukuran besar memang disebabkan teknologi yang sudah maju.

Mulai manajemen perawatan hingga ras ayam yang digunakan sudah bagus. Tidak heran, daging ayam yang dihasilkan juga bagus.

"Jadi, mengonsumsi ayam broiler masih aman. Namun, kalau konsumsinya berlebihan, ya akan jadi penyakit," katanya.

Menurut dia, mengonsumsi ayam broiler tetap baik. Sebab, itu merupakan sumber protein bagi warga Surabaya.

Selain itu, sempat beredar isu miring soal telur. DKPP pernah mendapat laporan adanya telur ayam kampung yang dipalsukan.

Selama ini, telur ayam kampung dinilai memiliki lebih banyak manfaat bagi kesehatan jika dibandingkan dengan telur yang dihasilkan ayam petelur.

Nah, tingginya kebutuhan terhadap telur ayam kampung dimanfaatkan beberapa pihak untuk curang.

Salah satunya mengubah tampilan telur ayam nonkampung seolah-olah telur ayam kampung.

Ada sejumlah tahap yang ditempuh. Yaitu, telur ayam biasa dipilih yang berukuran kecil.

Lalu, telur ayam itu dicuci dengan campuran bahan kimia untuk melunturkan warna cokelat.

Alhasil, telur tersebut mirip dengan telur ayam kampung. "Hal itu sudah kami tangani. Dan kini kami terus edukasi ke masyarakat cara membedakannya," ujarnya.

Erna juga memberikan kiat cara membedakan dua telur tersebut. Telur ayam kampung berukuran lebih kecil.

Selain itu, bentuknya oval. Bagian atas lebih runcing. Nah, telur ayam nonkampung cenderung bulat.

Acara yang digagas Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga dan DKPP itu berbarengan dengan kegiatan rutin Minggu Pertanian.

Dalam acara tersebut, diselenggarakan beberapa kegiatan untuk memberikan edukasi seputar pertanian dan peternakan kepada warga Surabaya.

Dalam kesempatan itu, 3.600 butir telur dibagikan kepada warga yang datang.

Selain itu, ada ribuan bibit tanaman yang dibagikan secara cuma-cuma. Mulai bibit sirsak, tomat, cabai, dan okra.

Setiap pengunjung mendapat selembar kupon untuk ditukarkan dengan telur atau olahan ayam. Untuk telur, jatahnya empat butir.

Jika tidak mau, kupon tersebut bisa ditukar dengan seporsi lontong dan sate ayam untuk sarapan pagi.

Ada juga olahan ayam seperti nugget ayam dan sosis ayam yang diberikan secara cuma-cuma.

Namun, ada syaratnya. Warga harus mau diedukasi dahulu oleh panitia. Mereka diberi penyuluhan seputar ayam. (gal/c6/git/jpnn)


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler