jpnn.com, SURABAYA - Wakil Ketua Fraksi Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (FPKB) DPRD Surabaya Mahfudz menanggapi rencana pemerintah menerapkan kebijakan new normal atau kondisi normal baru.
Menurutnya, kebijakan tersebut merupakan solusi agar perekonomian di Kota Surabaya tetap berjalan di tengah pandemi COVID-19.
BACA JUGA: New Normal, Ketum GP Ansor: Saya Harus Katakan dengan Sedih Hati
Mahfudz, di Surabaya, Kamis (28/5), mengatakan, sebetulnya sebelum ada normal baru, pihaknya sudah menyampaikan perlunya hidup berdampingan dengan virus corona jenis baru (COVID-19).
"Berdampingan ini artinya tidak perlu takut dan gegabah, hidup saja secara normal dengan menerapkan protokol kesehatan," katanya.
BACA JUGA: Kalimat Rizal Ramli untuk Jokowi dan Nadiem Makarim, pakai Kata Mohon
Sekretaris Komisi B DPRD Surabaya ini mengatakan, dengan adanya normal baru warga bisa beraktivitas seperti biasanya dan roda perekonomian khususnya di Kota Surabaya bisa berputar kembali.
Sehingga, lanjut dia, rakyat kecil yang selama ini dalam keadaan kesusahan karena terhimpit oleh keadaan ekonomi sejak diberlakukannya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) bisa menata kehidupannya kembali.
BACA JUGA: Tiba-tiba Alissa Wahid Cerita Situasi Genting di Istana, Ada Tangisan
Apalagi, lanjut dia, pihaknya tidak mengetahui sampai kapan wabah virus ini akan selesai.
Sementara, kekuatan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Surabaya dipastikan tidak akan mampu menangani COVID-19.
"Kekuatan APBN juga berapa, apa bisa mencukupi kebutuhan makan warga se-Indonesia?. Apalagi APBD Surabaya untuk warga se-Surabaya," ujarnya.
Untuk itu, lanjut dia, sebaiknya rencana normal baru juga bisa diterapkan di Surabaya.
Artinya normal baru tetap beraktivitas seperti biasa tetapi tetap mematuhi protokol kesehatan seperti memakai masker, menjaga jarak dan selalu cuci tangan.
"Saya kira warga Surabaya semakin beraktivitas imunnya akan naik," katanya.
Namun, kata Mahfudz, jika warga diminta tinggal di rumah terus dan tidak ada kegiatan pasti imun mereka akan turun karena banyak pikiran.
Apalagi, lanjutnya, jika sampai melakukan tindakan criminal, sangat berbahaya sekali. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Soetomo