Awalnya, karir Dr Warsito PTaruno sebagai peneliti dibangun di Jepang
BACA JUGA: Nestapa Eriyanto, Il Capitano Terbaik AC Milan Junior Camp Day 2010
Di Negeri Matahari Terbit itu, reputasinya sebagai peneliti cukup diperhitungkanBACA JUGA: Dulu Jadi TKI di Arab Saudi, Kini Trisno Yuwono Punya Tujuh Minimarket
SEKARING R.A., Jakarta
TAK sedikit peneliti Indonesia yang lebih suka berkarir dan bekerja di luar negeri ketimbang di dalam negeri
BACA JUGA: Kagumi Okto, Penasaran Talenta Andik
Tapi, itu tak berlaku bagi Warsito PTaruno:TERKAIT Semula, Warsito merupakan salah seorang peneliti Indonesia yang berkarir di Shizuoka University, JepangDi kampus tersebut, pria 54 tahun itu juga menjadi salah seorang dosenSelama berada di Jepang, hidup Warsito lebih dari cukupApalagi, pemerintah di sana sangat memperhatikan dan menghargai para peneliti
Tapi, itu semua tak menghalangi tekad Warsito untuk pulang kampungDia lantas merintis pendirian Ctech Labs (Center for Tomography Research Laboratory) Edwar Technology yang bergerak di bidang teknologi penemuan
Lama-kelamaan, lembaga tersebut berkembang pesat, meski berkantor di ruko di kawasan perumahan Modernland, TangerangSejumlah sistem dan alat berhasil diciptakan Warsito dan kini menjadi incaran dunia internasional."Saya ingin pulang ke Indonesia dan melakukan riset sendiri," jelas Warsito ketika ditemui di kantornya, Ctech Labs Edwar Technology, kemarin (29/12)
Kini Warsito dan timnya tengah mengembangkan alat pembasmi kanker otak dan kanker payudaraAlat tersebut berupa teknologi pemindai atau tomografi kapasitansi listrik berbasis medan listrik statis (electrical capacitance volume tomography/ECVT)
Dengan alat tersebut, Warsito yang asli Karanganyar itu menciptakan empat perangkat pembasmi kanker payudara dan kanker otakPerangkat itu terdiri atas brain activity scanner, breast activity scanner, brain cancer electro capacitive therapy, dan breast cancer electro capacitive therapy
Brain activity scanner dibuat Warsito sejak Juni 2010Alat tersebut berfungsi mempelajari aktivitas otak manusia secara tiga dimensiBentuk alat tersebut mirip helm dengan puluhan lubang connector yang dihubungkan dengan sebuah stasiun data akuisisi yang tersambung dengan sebuah komputer
Alat itu bisa mendeteksi ada tidaknya sel kanker di otak"Dengan alat itu, juga bisa dilihat seberapa parah kanker otak yang diderita pasien," jelas Warsito
Sementara itu, breast activity scanner diciptakan pada September laluSedikit banyak, dua alat itu memiliki kesamaan, yakni mendeteksi adanya sel kanker di tubuh
Selain dua alat tersebut, Warsito melengkapinya dengan membuat brain cancer electro capacitive therapy dan breast cancer electro capacitive therapyDua alat itu berbasis gelombang listrik statis dengan tenaga bateraiDua alat tersebut terbukti dapat membunuh sel kanker hingga tuntas hanya dalam waktu dua bulan
Warsito telah membuktikan keampuhan alat ciptaannya kepada kakak perempuannya yang menderita kanker payudara stadium IVTerdorong oleh kondisi kakaknya, Suwarni, alumnus Jurusan Teknik Kimia Shizuoka University, Jepang, tersebut menciptakan breast cancer electro capacitive therapy yang berbasis listrik statis
Bentuk alat tersebut dibuat mirip dengan penutup dada yang mengandung aliran listrik statis di bagian dalamPenutup dada berwarna hitam itu terhubung dengan sebuah baterai yang bisa di-charge"Sengaja dibuat mirip dengan penutup dada biar mudah digunakan," papar Warsito
Warsito pun mengenakan alat temuannya itu kepada kakaknya selama sebulanPenutup dada tersebut harus dipakai selama 24 jamPada minggu pertama, terlihat efek samping dari alat ituNamun, efek tersebut tidak sampai menyiksa seperti proses kemoterapiHanya, keringat penderita yang menggunakan alat tersebut berlendir dan sangat bauUrine dan fesesnya (kotoran) pun berbau lebih busukMenurut Warsito, hal tersebut menandakan bahwa sel kankernya tengah dikeluarkan
"Bau busuk itu berasal dari sel kanker yang sudah mati dan dikeluarkan lewat urine, keringat, dan fesesTapi, si penderita tidak merasakan sakit, hanya gerah," paparnya
Temuan Warsito itu ternyata berhasilDalam waktu sebulan setelah pemakaian, hasil tes laboratorium menyatakan bahwa kakaknya negatif kankerSebulan kemudian, sang kakak dinyatakan bersih dari sel kanker yang hampir merenggut nyawa itu
Untuk brain cancer electro capacitive therapy, suami Rita Chaerunnisa tersebut mencoba mengenakannya kepada seorang pemuda berusia 21 tahun yang menderita penyakit kanker otak stadium lanjutBahan dasar yang digunakan mirip dengan breast cancer electro capacitive therapyNamun, bentuknya disesuaikan dengan bentuk kepala sehingga menyerupai pelindung kepala
Serupa dengan metode yang diterapkan kepada sang kakak, Warsito mengenakan alat tersebut kepada pemuda itu selama sebulan pada September laluKarena alat itu dipakai di kepala, pasien akan merasakan gerah pada bagian kepala
Pada tiga hari awal pemakaian alat tersebut, tingkat emosi pasien akan meningkatSetelah itu, muncul gejala-gejala keringat berlendir hingga feses yang baunya lebih nggak enak
Warsito menceritakan, awalnya pemuda tersebut mengalami lumpuh totalDia tidak bisa bangun dari tempat tidur, bahkan tidak mampu menelan makananSel kanker telah menyebar di area pangkal otak penderita ituNamun, setelah seminggu pemakaian alat tersebut, pemuda itu sudah bisa bangun dari tempat tidur serta menggerakkan tangan dan kaki
Setelah dua bulan pemakaian, pemuda tersebut sudah dinyatakan sembuh total"Dua bulan sudah bersihSel kankernya sudah hilang," papar dia
Setelah keberhasilan dua pasien itu, Warsito menerima banyak pesananBahkan, jumlahnya mencapai ratusanSaat pesanan membeludak, para staf Warsito terpaksa bekerja ekstrakeras hingga larut malamSebab, setiap pasien tidak bisa menggunakan alat yang sama"Alat terapi itu harus dibuat sesuai dengan kondisi pasien sehingga tidak sama antara satu dan yang lain," jelasnya
Karena masih tergolong riset, harga alat terapi itu tergolong sangat terjangkau, hanya sekitar Rp 1 jutaSaat ini alat pembasmi kanker tersebut telah didaftarkan di Kementerian Kesehatan untuk mendapat izin edar"Kalau sudah ada izin, bisa segera digunakan oleh masyarakat luasHarga bisa berubah, tapi pastinya masih terjangkau," ucap dia
Keberhasilan Warsito tersebut ternyata juga menjadi perhatian dunia internasionalSalah satu di antaranya, The University of King Abdulaziz, Saudi ArabiaUniversitas yang berlokasi di kota Jeddah itu sudah memesan breast activity scanner dan brain activity scanner"Dan satu lagi alat scanner untuk perminyakan yang menggunakan sistem ECVT 128 channel," jelasnya
Sebuah rumah sakit besar di India pun sudah memesan sejumlah alat terapi kanker payudara ciptaan Warsito"Ya, baru beberapa hari lalu kami melakukan clinical test di India," imbuh dia
Sebelum menemukan alat pembasmi kanker payudara dan otak, Warsito sudah dikenal dunia internasional lewat temuannya, yakni sistem ECVTSistem ECVT tersebut merupakan tugas akhir Warsito ketika menjadi mahasiswa S-1 di Shizuoka University, Jepang, pada 1991Berdasar sistem tersebut, Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) pun tertarik memakai teknologi pemindai temuan Warsito tersebut
NASA menggunakannya pada pesawat ulang alikTeknologi tersebut memungkinkan untuk melihat tembus timbunan material di dinding luar pesawat ulang alik"Kalau ada timbunan air di bagian luar pesawat, dindingnya bisa terbakar," jelasnya
Tidak hanya ituSaat mengajar di Ohio State University pada 2001, dia berhasil mengembangkan tomografi kapasitansi listrik berbasis medan listrik statisPaper yang menjelaskannya dimuat di jurnal Measurement Science and TechnologyArtikel tersebut menjadi paper yang paling banyak diakses di penerbitan online oleh Institute of Physics (London)
Teknologi tersebut dipatenkan di Amerika pada 2003Saat masih aktif mengajar dan berkutat dengan sejumlah riset di Ohio State University, Amerika Serikat, Warsito malah memilih pulang ke Indonesia pada 2003Pilihannya untuk kembali ke tanah air tidak direstui pihak institusi tempatnya mengajar waktu ituMasih banyak kewajiban yang harus dipenuhi Warsito
Alhasil, dia pun terpaksa bolak-balik Amerika-Indonesia selama kurun waktu 2003?2006Pada 2005, Warsito mulai mengajar di Jurusan Fisika Medis Universitas Indonesia
Namun, pada 2006, pihak Ohio State University yang selama ini mendanai riset Warsito menghentikan aliran dananyaWarsito yang kala itu sudah membangun perusahaan di Indonesia terancam bangkrutSelama dua tahun dia berupaya menutupi semua biaya risetnya dengan berbagai cara"Habis-habisan pokonya," jelasnya
Namun, di balik kesulitan finansial yang membelit, Warsito berhasil melakukan sebuah pencapaianPada akhir 2007, dia berhasil menciptakan sistem tomografi empat dimensi pertama di duniaInstitusi tempat dirinya bekerja dulu, Ohio State University, langsung tertarik membeli sistem tersebut
"Tapi, saya maunya mereka membayar 100 persen di mukaAwalnya mereka pikir-pikirTapi, setelah saingan mereka Washington State University juga tertarik membeli, mereka langsung oke," jelasnya
Dari situ kondisi keuangan Warsito membaikTanpa bantuan pemerintah, dia mulai bisa menciptakan temuan-temuan yang lainDi antaranya, temuan yang dinamakan Sona CT ScannerAlat tersebut adalah scanner berbasis ultrasonik untuk tabung gas bertekanan tinggiAlat tersebut merupakan pesanan PT Citra Nusa Gemilang, pemasok tabung gas bagi bus Transjakarta
Berkat sejumlah temuannya, Warsito pernah diganjar beberapa penghargaanDi antaranya, penghargaan rintisan teknologi industri, Kemenperin; penghargaan inovator teknologi, Kemenristek; hingga penghargaan Achmad Bakrie pada 2009 untuk teknologi
Ke depan Warsito mengatakan bahwa dirinya ingin memperdalam temuannyaYakni, alat pendeteksi kanker otak dan payudaraDia juga akan menciptakan alat terapi untuk segala jenis kanker dengan menggunakan metode gelombang listrik statis"Fokusnya ke depan ya di tiga itu dulu," imbuhnya(c5/c11/c4/kum)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mengunjungi Martunis, si
Redaktur : Tim Redaksi