Wartawan Parlemen Sesalkan Bambang Harymurti

Kamis, 16 Juni 2011 – 19:41 WIB

JAKARTA - Ketua Koordinatoriat Wartawan Parlemen (MPR/DPR/DPD) Gusti Lesek menyesalkan pernyataan Wakil Ketua Dewan Pers Bambang Harymurti yang menyebutkan wartawan DPR tidak akurat.

Gusti meminta Bambang tidak asal berbicara tanpa bukti dan data"Saya tidak tahu apa karakter dia seperti itu yang menuduh orang tanpa bukti

BACA JUGA: KPK Pastikan Nunun Sudah di Thailand Lagi

Wartawan di pressroom DPR semua terdata dan jelas media massanya," kata Gusti Lesek yang berasal dari harian Suara Pembaruan, di Senayan, Jakarta, Kamis (16/6).

Dalam keterangan sebagai hak jawab, Gusti juga menyatakan Bambang tidak pernah datang langsung ke ruang wartawan (pressroom) DPR sehingga tidak tahu fakta sebenarnya.

"Kami di sini tidak sampai 1.000 orang
Yang terdata resmi hanya 137 wartawan dari berbagai media cetak, online, radio dan televisi

BACA JUGA: Nazaruddin Mangkir Lagi, KPK Bahas Penjemputan Paksa

Seorang wartawan biar bagaimanapun harus menulis atau menyatakan sesuatu berdasarkan fakta dan memperhatikan akurasi," kata Gusti.

Mantan Ketua Wartawan Parlemen Sulistiyo juga menyesalkan seorang wartawan senior sekelas Bambang Harymurti membuat pernyataan tanpa didasari informasi yang cukup.

"Pernyataan itu membuat rekan-rekan wartawan di 'Pressroom' DPR kehilangan rasa hormat pada seniornya sekelas Bambang Harymurti," katanya.

Sebelumnya Wakil Ketua Dewan Pers Bambang Harymurti, di sela-sela Lokakarya Kode Etik Jurnalistik di Surabaya, Kamis, mengatakan, Dewan Pers segera menertibkan wartawan yang biasa meliput di DPR atas permintaan Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) DPR.

"Kami kemarin (15/6) diundang rapat BURT untuk membahas rencana penertiban wartawan di DPR," kata Bambang.

Berdasarkan data dari BURT, dia menyebutkan bahwa jumlah wartawan di DPR mencapai angka 1.000 orang, sementara yang aktif melakukan liputan tak lebih dari angka 100 orang.

"Bahkan, sekretariat wartawan atau 'pressroom' di gedung DPR bukan ditempati wartawan yang jelas profesinya
Yang menempati ruang itu wartawan tidak jelas," kata mantan Pemred Majalah Tempo itu.

Ironisnya lagi, lanjut Bambang, wartawan tidak jelas itu sering kali berpraktek sebagai juru lobi.

"Mereka punya pas (ID Card) khusus DPR yang bisa dibawa ke mana-mana untuk mencari duit," katanya.

Ia kemudian mencontohkan pengaturan wartawan di gedung parlemen di Amerika Serikat

BACA JUGA: KPK Tutupi Keberadaan Nunun

"Di sana itu awalnya tidak ada pengaturan wartawan sehingga jumlahnya banyak dan sebagian juga berpraktek sebagai tukang lobi," katanya.

Lalu sekretariat parlemen di AS mengeluarkan aturan yang memisahkan peran jurnalis dan pelobi"Begitu ada wartawan yang kedapatan melakukan lobi maka kartu wartawannya langsung dicabut," katanya menegaskan.

Upaya lainnya adalah dengan menghidupkan kembali kepengurusan sekretariat wartawan di DPR"Tapi yang menentukan kepengurusan jangan BURT," ujar Bambang.

Ia mengusulkan struktur kepengurusan di sekretariat wartawan DPR berdasarkan perwakilan dari wartawan televisi, radio, cetak, kantor berita, media "online" (dalam jaringan) dan fotografer.

"Dengan demikian maka keberadaan sekretariat lebih terkoordinasi dan terjadilah seleksi secara alamiah sesuai kompetensinya," katanya(fas/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... KY Tanya Perilaku Hakim ke Antasari


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler