Waspada, 2 Kekuatan Besar ini Bisa Memengaruhi Hasil Muktamar ke-34 NU

Rabu, 22 Desember 2021 – 00:01 WIB
Dosen Ilmu Politik Universitas Paramadina Ahmad Khoirul Umam. ANTARA/Dokumentasi Pribadi

jpnn.com, JAKARTA - Dosen Ilmu Politik dan International Studies Universitas Paramadina A. Khoirul Umam mengingatkan, faktor dari luar Nahdiyin dapat memengaruhi hasil Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama (NU).

Faktor luar dimaksud antara lain kekuatan ekonomi dan kekuatan politik.

BACA JUGA: Pangdam Sriwijaya Pantau Lokasi Penyelenggaraan Muktamar ke-34 NU, Ada Apa?

Mereka kemungkinan menghendaki dukungan dari pimpinan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) untuk agenda investasi dan politik ke depan, terutama pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.

"Demi mencegah itu, butuh independensi dan netralitas para pemilih demi memilih pemimpin PBNU yang sesuai dengan aspirasi nahdiyin," ujar Khoirul Umam sebagaimana dikutip dari pernyataan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Selasa (21/12).

BACA JUGA: Firli Bahuri Minta Karyoto Usut Sprinlidik Palsu Terkait Pelaksanaan Muktamar NU

Dia menyebut ada beberapa faktor yang berpotensi memengaruhi arah keputusan pemilik hak suara di Muktamar NU kali ini.

Pertama, level independensi dan netralitas PWNU, PCNU, dan PCI-NU.

BACA JUGA: Warga Jakarta Perlu Tahu, Dilarang ada Kerumunan di 73 Titik di Malam Tahun Baru

Kedua, efektivitas kekuatan pendukung masing-masing calon.

Ketiga, pengaruh kekuatan sel-sel ekonomi politik yang tersebar di berbagai politik, baik di level state actor (penyelenggara negara) maupun nonstate actor.

Keempat, potensi adanya intervensi kekuatan ekonomi politik dari eksternal nahdiyin.

Hipotesisnya, kata Umam, jika faktor pertama dan kedua yang lebih berpengaruh, hasil Muktamar Ke-34 NU akan menghasilkan kepemimpinan PBNU yang sesuai dengan aspirasi nahdiyin.

Namun, jika faktor ketiga dan keempat yang lebih dominan, NU akan jadi mesin politik pihak-pihak tertentu yang ingin menang pada Pemilu 2024.

"Tentu, itu tidak diinginkan semua pihak," kata pria yang pernah menjabat sebagai Ketua Tanfidz PCI-NU Queensland, Australia ini.

Dalam pengamatannya, dia menyebut ada dua kandidat kuat dan dua kandidat alternatif pada pemilihan Ketua Umum PBNU.

Dua kandidat kuat itu petahana Kiai Said Aqil Siradj dan Katib Aam PBNU Kiai Yahya Cholil Staquf.

Kemudian dua kandidat alternatif yaitu mantan Waketum PBNU dan mantan Wakil Kepala Badan Intelijen Negara Kiai As’ad Ali dan Ketua PWNU Jawa Timur Kiai Marzuki Mustamar.

Umam menilai keempat kandidat itu punya peluang untuk terpilih sebagai Ketum PBNU.

Petahana Kiai Said Aqil Siradj, yang memimpin NU selama 10 tahun terakhir, telah membangun akar dukungan cukup kuat di tingkat wilayah (PWNU), cabang (PCNU) dan cabang istimewa (PCI-NU).

Said Aqil diyakini juga memiliki hubungan erat dengan Istana Presiden dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri sebagai pemimpin koalisi partai penguasa saat ini.

Sementara itu, Kiai Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya), punya peluang kuat karena dianggap sebagai tokoh yang dapat membawa pembaruan di tubuh NU.

Gus Yahya juga merupakan saudara kandung Menteri Agama yang kemungkinan turut memengaruhi perolehan dukungan PWNU dan PCNU.

Keberadaan dua kandidat alternatif, menurut Umam, dibutuhkan untuk menurunkan tensi pada Muktamar Ke-34 NU yang sebelumnya cenderung terbagi dalam dua poros.

"Calon alternatif Ketum PBNU dibutuhkan untuk memecah kebekuan komunikasi dan menurunkan tensi."

"Hadirnya calon pemimpin alternatif akan membuat regenerasi makin terbuka," pungkas Umam.(Antara/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler