Waspada Pom-pom Koin dalam Pasar Kripto

Selasa, 16 Februari 2021 – 17:57 WIB
Ilustrasi bitcoin. Foto: Philippe Lopez/AFP

jpnn.com, JAKARTA - Bitcoin telah menunjukkan performa luar biasa dalam setahun terakhir. Harga satu Bitcoin meroket dari USD8.000 di Februari 2020, menjadi lebih dari USD49.000 di 15 Februari 2021.

Ledakan tersebut menimbulkan demam Bitcoin dengan banyaknya investor institusional hingga retail yang terjun mengoleksi.

BACA JUGA: Jelang HUT ke-7, Indodax Gelar Trading Contest Bitcoin, Hadiah Utamanya Mobil

Antusiasme itu pun menular ke asset atau koin-koin kripto lainnya. Investor atau pembeli ritel pun kemudian mencoba mengoleksi koin-koin kripto lain di luar Bitcoin.

Namun ternyata tidak semua koin kripto cukup potensial untuk dikoreksi. Hal itu karena koin-koin kripto tersebut tidak memiliki market capitalization yang cukup memadai untuk meningkatkan harganya. 

BACA JUGA: Diborong Tesla Hingga Rp21 Triliun, Bitcoin Tembus Rp650 Juta

Tentu saja seorang investor retail yang masih awam sangat sulit untuk membedakan mana saja koin-koin kripto yang potensial.

Gabriel Rey, CEO Triv.co mengatakan bahwa sebaiknya para investor melakukan riset yang cukup terhadap aset kripto yang diminati agar dapat menghindari kerugian.

BACA JUGA: Perusahaan Terbuka Ini Beli Bitcoin Hingga Rp8,8 Triliun

Sebabnya, ia menyinyalir mulai terdapat sejumlah kelompok yang mendorong untuk membeli koin kripto tertentu, atau yang biasanya disebut group signal pom-pom.

“Istilah pom-pom itu berasal dari kesamaan bunyi istilah pump-pump, yang tujuannya memompa animo terhadap satu produk. Sayangnya, koin kripto yang direkomendasikan tersebut yang umumnya memiliki market capitalization kurang memadai atau kecil,” kata Rey, dalam keterangan tertulis, Selasa (16/2).

“Pembekalan diri dengan riset yang memadai sangat penting untuk menghindari rekomendasi kelompok yang memiliki market group-group signal pom-pom yang menjerat pengguna baru untuk membeli koin-koin kripto dengan market cap kecil guna menaikkan harganya,” tambahnya.

Menurut Rey, aktivitas grup signal pom-pom sangatlah berbahaya bagi investor ritel. “Sebab, ketika investor ritel mulai membeli berdasarkan rekomendasi group pom-pom tersebut, para bandar yang telah membeli sebelumnya akan menjual koin-koin kripto dengan market cap kecil ini kepada investor ritel tersebut sehingga harganya turun dan membuat para investor ritel merugi,” jelasnya.

Padahal, berdasarkan data inflow capital yang diamati Rey, investor-investor besar dan institusi berinvestasi hanya pada Bitcoin. 

“Sehingga kurang lebih 71 persen modal yang masuk ke pasar kripto ini diinvestasikan ke bitcoin dan bukan koin-koin kripto dengan market cap kecil,” bebernya.

Rey menerangkan bahwa market cap Bitcoin yang makin besar membuat tidak ada pihak yang dapat memanipulasi harga Bitcoin dengan mudah. 

Demikian pula dengan analisa dari Glassnode yang menyatakan sekarang jumlah unik pemegang Bitcoin terus bertambah.

“Hal ini menyebabkan pemegang Bitcoin tidak terkonsentrasi pada beberapa pengguna besar saja. Dengan demikian jika investor ritel mau aman untuk berinvestasi di dunia kripto, maka berinvestasilah hanya pada Bitcoin dan tidak pada altcoin,” tandasnya. (jlo/jpnn)


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler