jpnn.com, SURABAYA - Pernah mendengar maupun mengalami penipuan dengan modus hadiah di dalam kemasan produk minyak dan makanan?
Pernah tahu penipuan dengan modus menemukan SIUP perusahaan dan cek miliaran?
BACA JUGA: Rencana Pulang Kampung, Acok Malah ke Penjara
Salah satu modus penipuan paling marak di masyarakat ini bakal berkurang karena salah satu sindikat terbesarnya kemarin dibekuk oleh Satreskrim Polrestabes Surabaya.
Total, ada delapan orang yang ditangkap oleh Unit Pidana Ekonomi. Mereka adalah Abdul Malik, Irsan Petang, Adi, Reno Firmansyah, Sapri, Jum Agus, Muh Yusuf, dan Supriadi.
BACA JUGA: Balita Tewas Dianiaya di Rumah Tukang Ojek
''Mereka sudah beraksi bertahun-tahun,'' kata Kapolrestabes Surabaya Kombespol M. Iqbal. Sasaran penipuannya 16 provinsi di Indonesia. Antara lain, Aceh, Nusa Tenggara Barat, dan Kalimatan Selatan. Di Jawa mereka menyasar semua provinsi.
Modus mereka sebenarnya sederhana. Yakni, membuat para korban menghubungi mereka.
BACA JUGA: 4 Perempuan Ini Seludupkan Narkoba ke Jambi, Modusnya Baru
''Yang penting korban kontak dulu,'' ujarnya.
Modus yang digunakan diminimalkan mengurangi kecurigaan korban.
Misalnya, SIUP dan cek hilang atau memasukkan brosur hadiah dalam kemasan produk tertentu yang dipasarkan di masyarakat.
Selanjutnya, setelah korban menghubungi, mereka pun melakukan persuasi manipulatif melalui telepon.
Yakni, secara halus, korban diarahkan ke ATM dan tanpa sadar mentransferkan uang ke para penjahat tersebut.
Untuk itu, para korban juga ditanya dulu menggunakan ATM bank apa.
''Korban akan diminta mentransfer limit terbesar dari ATM mereka,'' ucap Kasatreskrim Polrestabes Surabaya AKBP Leonard Sinambela.
Komplotan tersebut akan mengirim sepucuk surat ke beberapa permukiman warga.
Perumahan yang dipilih juga tidak sembarangan. Untuk mendapatkan jumlah yang semakin besar, pemilahan pun harus dilakukan.
Mereka hanya mengirim surat undian berhadiah kepada korban di permukiman elite.
''Meskipun ada juga permukiman warga menengah yang dikirimi, jumlahnya tidak banyak,'' jelas pria yang akrab disapa Leo tersebut.
Modusnya klasik. Korban akan diperintahkan mentransfer sejumlah uang.
Uang itu akan dijadikan jaminan untuk menebus hadiah. Yang menarik, itu bukan satu-satunya modus yang mereka gunakan.
''Nah, yang satu ini modus baru,'' celetuk Leo.
Ini bukan kali pertama para pelaku beraksi. Mereka sudah hampir empat tahun menekuni aksi tersebut.
Karena selalu berpindah-pindah, mereka sulit dilacak polisi.
Alhasil, mereka pun jadi target operasi polisi sejak beberapa tahun yang lalu.
''Memang kalau sudah berganti-ganti kota itu sulit menangkapnya,'' kata alumnus Akademi Kepolisian (Akpol) 2000 tersebut.
Nominal yang fantastis selalu didapat dari dua modus andalan para pelaku. Setiap bulan keuntungan yang mereka dapat tidak pasti.
Kadang naik, kadang juga turun. Keuntungan yang didapat bergantung kota yang disasar.
Tetapi, rata-rata dalam sebulan, mereka bisa meraup keuntungan Rp 30 juta sampai Rp 50 juta.
Di Surabaya, contohnya. Penyelidikan itu baru saja dilakukan karena ada satu laporan polisi (LP) yang masuk, tepatnya pada Senin (23/10).
Laporan tersebut masuk langsung ke Polrestabes Surabaya.
''Kasatreskrim langsung memulai penyelidikan setelah mendapatkan laporan itu,'' ungkap Kapolrestabes Surabaya Kombespol M. Iqbal. Kabarnya, laporan yang sama masuk di Polsek Sukomanunggal. (bin/c20/ano/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Penjambret Karyawati BNI Siantar Tewas Didor Polisi
Redaktur & Reporter : Natalia