jpnn.com, JAKARTA - Fibrilasi atrium (FA) merupakan kelainan irama jantung yang ditandai dengan denyut jantung tidak teratur baik cepat maupun lambat. Fibrilasi Atrium merupakan penyakit distrik jantung yang sering ditemui bahkan merupakan salah satu penyakit jantung yang paling sering didapatkan di klinik. Di Indonesia diduga ada sekitar 2.2 juta orang yang menderita FA.
Beberapa keadaan bisa menjadi faktor risiko terjadinya FA, yaitu bertambahnya usia, hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung koroner dan faktor genetik.
BACA JUGA: Momen Lebaran, Banyak yang Masuk RS karena Stroke dan Diare
Dilaporkan hingga 40 persen kejadian stroke berhubungan dengan adanya FA, hal ini dapat terjadi karena pada FA terdapat kemudahan untuk terbentuk gumpalan darah di serambi jantung. Bila gumpalan darah tersebut lepas maka umumnya akan tersangkut di pembuluh otak sehingga menimbulkan sumbatan dan menyebabkan stroke iskemik. Disamping itu FA juga dapat menyebabkan gagal jantung.
Mengingat besarnya prevalensi FA di Indonesia dan tingginya risiko stroke yang akan berdampak luas secara ekonomi dan social maka sangat penting untuk mendeteksi secara dini kejadian FA di masyarakat. Untuk itu diperlukan upaya peningkatan kesadaran masyarakat dan kalangan non-medis lain tentang pentingnya dan risiko FA. Dalam konteks inilah kampanye FA dilakukan oleh InaHRS (Indonesia Heart Rhythm Society).
BACA JUGA: Tidur Setelah Sahur, ini 6 Dampak Buruknya
Dalam kesempatan kampanye fibrilasi atrium 2019 yang mengambil tema Waspada Bahaya Fibrilasi Atrium, Stroke dan Sudden Death, InaHRS didukung oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Yayasan Jantung Indonesia menjadi penyelenggara kampanye untuk meningkatkan kewaspadaan dan kepedulian masyarakat Indonesia terhadap gangguan irama fibrillasi atrium serta komplikasi yang bisa terjadi.
Dalam kampanye ini kembali ditekankan pentingnya MENARI: yakni Meraba Nadi Sendiri yang merupakan salah satu cara mudah untuk mengenali Fibrillasi Atrium (FA) serta gangguan irama lainnya yang diharapkan dapat mencegah kelumpuhan akibat FA.
BACA JUGA: Kelelahan Jaga TPS, Anggota TNI Strok
Pemberdayaan masyarakat yang mengandung makna perubahan kecil seperti konsumsi makanan sehat, tidak minum alkohol, lebih banyak berolahraga dan stop merokok bisa memberikan perbedaan yang bermakna terhadap kesehatan dan dapat menjadi inspirasi global.
Jenis kegiatan pada kampanye FA kali ini adalah lomba penulisan artikel di media massa (baik elektronik dan cetak) yang dimulai dari 27 Juni 2019 dan puncaknya Lomba Lari 5 Km dengan target peserta minimal 1000 pelari serta pengumuman pemenang artikel di media massa terbaik pada 29 September 2019 di Gedung Graha Mandiri Jakarta Pusat.
Kegiatan ini rencananya akan dihadiri oleh Gubernur Daerah Khusus Ibukota dimulai pada pukul 5 pagi. Bersama dengan acara itu akan dilakukan talkshow, skrining penyakit jantung dan pembuluh darah, konseling pemeriksaan EKG gratis dan kadar kolesterol serta gula darah.
Dalam sambutan pembukaan, dr. Reynold Agustinus Hasudungan Manullang, Sp.JP(K), FIHA sebagai ketua pelaksana kampanye fibrillasi atrium 2019 menyampaikan bahwa terlambatnya deteksi dini Fibrilasi atrium mengakibatkan terjadinya komplikasi yang fatal serta memerlukan biaya pelayanan kesehatan yang cukup tinggi. Selain itu fibrilasi atrium juga dapat meningkatkan resiko terjadinya kematian jantung mendadak pada penderita sakit jantung.
Selain penyakit jantung koroner dan hipertensi sebagai penyebab utama mortalitas dan morbiditas di seluruh dunia, diketahui pula bahwa ternyata Fibrillasi Atrium (FA) merupakan aritmia yang paling sering dijumpai pada populasi umum.
Berbicara mengenai FA, Prof. Dr. dr. Yoga Yuniadi, Sp.JP(K), FIHA, FasCC, FEHRA, Guru Besar Ilmu Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FKUI mengatakan, “FA merupakan kelainan irama jantung berupa detak jantung yang tidak regular sering dijumpai pada populasi di dunia dan di Indonesia.
Namun disayangkan pengetahuan dan kepedulian tentang FA sampai saat ini masih rendah, padahal FA dapat menyebabkan bekuan darah di jantung yang bila lepas ke sirkulasi sistemik dan dapat menyebabkan stroke.
Penderita FA memiliki risiko 5 kali lebih tinggi untuk mengalami stroke dibandingkan orang tanpa FA. Kelumpuhan merupakan bentuk kecacatan yang sering dijumpai pada kasus stroke dengan FA. Pada 37% pasien FA usia kurang dari 75 tahun, stroke iskemik merupakan gejala pertama yang didapati. Di Indonesia, banyak insiden kelumpuhan akibat FA terjadi pada usia produktif, yaitu di bawah usia 60 tahun.
"Kelumpuhan yang diderita pasien FA memiliki ciri khusus, seperti memiliki tingkat keparahan yang tinggi, bersifat lama dan sering berulang (relapse). Rata-rata, sekitar 50 persen pasien yang terkena stroke ini akan mengalami stroke kembali dalam jangka waktu 1 tahun,” jelasnya..(chi/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sedang Kendarai Motor, Mendadak Terkena Serangan Jantung
Redaktur & Reporter : Yessy