Waspadai Pendadakan Strategis Ukraina-Rusia, Ketua MPR Ingatkan Hal Ini

Rabu, 02 Maret 2022 – 16:45 WIB
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menyatakan, perang di Ukraina harus dijadikan pembelajaran bahwa eskalasi konflik bisa secara cepat meningkat menjadi perang terbuka. Foto: Humas MPR RI

jpnn.com, JAKARTA - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) menanggapi gejolak politik keamanan global di awal 2022.

Karena itu, Indonesia diminta untuk selalu waspada dan siap menghadapi pendadakan strategis.

BACA JUGA: Bamsoet Dukung Mencakar Langit Rock Battle Nusantara di Tiga Negara Ini

''Saat berfokus mengatasi gelombang Omicron dan pemulihan ekonomi global, kita harus mengantisipasi disrupsi keamanan dengan meletusnya perang di Ukraina,'' ungkap Bamsoet.

Ketua umum IMI itu menyatakan, masyarakat berharap Rusia dan Ukraina segera menemukan titik temu untuk menghentikan kekerasan dan menggunakan saluran diplomatik untuk memulihkan stabilitas dan perdamaian di Ukraina. 

BACA JUGA: Hadiri HUT Ke-19 KBPP Polri, Bamsoet Minta Tingkatkan Kewaspadaan

''Perang di Ukraina harus menjadikan pembelajaran tentang bagaimana eskalasi konflik bisa secara cepat meningkat menjadi perang terbuka,'' ujarnya.

Kita harus mencermati upaya-upaya diplomasi gagal mencegah perang. 

BACA JUGA: Bamsoet Ingatkan TNI-Polri untuk Bangun Pertahanan Indonesia di Era Disrupsi

Kajian strategis dilakukan untuk mengetahui strategi-strategi penangkalan yang digelar di mandala Eropa gagal mencegah perang. 

Dilema keamanan antara AS, NATO, dan Ukraina serta Rusia bereskalasi menjadi ketegangan diplomatik yang memicu perang.

Dari sisi gelar militer, kita juga harus mendalami kekuatan yang cenderung tidak berimbang antara Ukraina dan Rusia akhirnya bereskalasi menjadi perang asimetrik. 

''Harus dikaji perubahan-perubahan taktik dan teknologi tempur yang digunakan untuk memastikan gelar kekuatan agar tetap relevan dengan dinamika teknologi persenjataan terkini,'' ucapnya.

Untuk Indonesia, perang di Ukraina akan memberikan pengaruh politik dan ekonomi yang mengharuskan kita untuk mengalkulasi ulang strategi kebijakan serta program pemulihan ekonomi dan reformasi struktural yang menjadi fokus pemerintah di tahun 2022. 

Pendadakan strategis Ukraina ini harus terus dicermati untuk mengantisipasi dampaknya terhadap ekonomi kita. 

Mitigasi-mitigasi struktural dan substantif komprehensif yang sudah dijalankan untuk mengatasi dampak pandemi Covid-19 sudah memberikan kita pembelajaran yang penting untuk mengatasi pendadakan strategis.

Kita sudah relatif berhasil melakukan navigasi kebijakan untuk mengatasi masalah goncangan penawaran (supply shock).

Kita juga sudah berhasil mengatasi masalah kelangkaan kontainer yang mengganggu kegiatan ekspor dan impor.

Selain itu, mengoptimalkan kenaikan harga komoditas strategis global untuk memperkuat pemulihan ekonomi nasional.

Salah satu pembelajaran utama dari pendadakan strategis pandemi Covid-19 dan perang di Ukraina adalah situasi politik keamanan dan ekonomi Indonesia sangat dipengaruhi dinamika global. 

Karena itu, perumusan strategi kebijakan yang bersifat komprehensif, holistik, dan yang selalu mengandalkan sinergi lintas sektor harus menjadi formula untuk mengatasi pendadakan strategis.

Salah satu fokus pemerintah sekarang adalah reformasi struktural.

Reformasi struktural ini sebaiknya dilakukan Kementerian Pertahanan dan Markas Besar TNI untuk meninjau pencapaian implementasi Undang-Undang Pertahanan Negara yang tahun ini genap berlaku 20 tahun. 

Bamsoet menuturkan, reformasi struktual dilakukan dengan mengkaji seluruh aspek reformasi militer dan transformasi pertahanan.

Dalam peringatan satu tahun Indonesia merdeka di depan Sidang Badan Pekerja Komite Nasional Pusat, Bung Karno mengatakan bahwa kita harus sabar, tak boleh bosan, ulet, terus menjalankan perjuangan.

''Pernyataan Bung Karno tersebut tepat ketika membicarakan pemulihan ekonomi dan reformasi struktural,'' ujarnya.

Sampai saat ini, kita masih dihadapkan pada pandemi Covid-19 yang berdampak luas di seluruh sektor kehidupan masyarakat, terutama kesehatan dan ekonomi.

Dampak pandemi Covid-19 yang berskala global membuat setiap negara berupaya sekuat tenaga menghindari krisis yang berkepanjangan.

Pada fase pertama, yang akan dihadapi adalah krisis kesehatan. 

Demi keberpihakan pada kesehatan dan keselamatan, masyarakat diminta untuk membatasi aktivitas dan mobilitas masyarakat sehingga berdampak pada melemahnya.

Pada tahap ini, fase krisis ekonomi mulai masuk.

Dampak resesi ekonomi terlihat dari meningkatnya pengangguran, turunnya pendapatan. Banyak UMKM yang gulung tikar. 

Jika tidak segera diatasi, yang terjadi berikutnya adalah krisis sosial, seperti peristiwa pada 1998.

Pada fase akhir, kegagalan mengendalikan krisis sosial akan mengantarkan pada fase berikutnya, yaitu krisis politik, yang akan mengancam keberlangsungan hidup berbangsa dan bernegara. 

Bamsoet menuturkan, ada hubungan kausalitas yang sangat erat antara stabilitas perekonomian dengan kondisi pertahanan dan keamanan suatu negara.

''Masyarakat merasa bersyukur memiliki TNI dan Polri sehingga tidak sampai masuk pada krisis sosial dan krisis politik,'' tandas Bamsoet. (mrk/jpnn)


Redaktur : Tarmizi Hamdi
Reporter : Tarmizi Hamdi, Tarmizi Hamdi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler