Waspadai Tim Pembunuhan Rahasia

Rabu, 20 April 2011 – 17:46 WIB

JAKARTA - Pengamat masalah teroris, Sidney Jones mengatakan, saat ini tengah terjadi perubahan pola teroris dari yang semula berbentuk organisasi besar berubah kepada jihad fardhiyah atau sendiri-sendiriTerjadinya pola perubahan teroris ini, menurut Sidney Jones, antara lain didorong oleh pemahaman baru tentang jihad yang disosialisasikan oleh pihak-pihak radikal dari negara-negara di Timur Tengah.

"Pola terorisme saat ini mengalami perubahan dari yang semula bergerak dengan organisasi besar kepada gerakan yang lebih sederhana berbentuk fardhiyah atau perorangan sebagaimana yang telah terjadi di Mapolres Cirebon, Jumat (15/4) lalu," kata Sidney Jones, dalam acara dialog kenegaraan bertema 'Modus Baru Teror Bom dan Stabilitas Daerah', di gedung DPD, Senayan Jakarta, Rabu (20/4).

Terjadinya perubahan itu, lanjut dia, antara lain didorong oleh pemikiran baru tentang makna jihad oleh kelompok radikalisme yang saat ini berkembang di sejumlah negara-negara Timur Tengah yang mereka sosialisasikan melalui ratusan buku yang juga beredar secara bebas di seluruh pelosok Indonesia.

"Buku itu masuk secara bebas tanpa ada upaya serius dari pihak berwenang untuk mengimbangi paham-paham baru soal jihad perorangan itu," ujar Direktur International Crisis Group itu.

Demikian juga dengan penanganan terorisme, yang dia nilai sangat lamban dalam menyikapi perubahan pola terorisme di Indonesia

BACA JUGA: 62 Transaksi Mencurigakan di Ditjen Pajak

"Dari dulu hingga sekarang tetap begitu-begitu saja
Artinya kalau sudah terjadi teror baru bertindak," tegasnya.

Sidney menyebutkan kejadian serupa di Medan (Sumatera Utara) dan Klaten (Jawa Tengah) dengan adanya kelompok yang bernama tim pembunuhan rahasia

BACA JUGA: Gerakan Rakyat Minta Antasari Dibebaskan

Mereka tidak lagi membom hotel karena menganggap bisa saja menyebabkan orang Islam yang tidak bersalah akan menjadi korban
"Di Cirebon itu kenapa polisi jadi sasaran ledakan bom bunuh diri? Itu karena pelaku menganggap polisi itu thogut dan barat,” kata Sidney.

Karena itu, Sidney menyarankan agar Indonesia tak sekedar mencegah aksi terorisme lewat RUU Intelejen dan Antiteror

BACA JUGA: Kuota CPNS 2011 Ditetapkan Mei

Sebab, hukum bukan solusi untuk ide yang dikeluarkan lewat buku“Kalaupun ada undang-undang lebih kuat, bukan berarti gampang dideteksi,” tukas dia lagi.

Pemerintah Indonesia harus melakukan pencegahan di masyarakat, yang dimulai dengan majelis taklim atau pengajian di beberapa masjid atau sekolah tertentuBaginya, tak begitu sulit untuk mengidentifikasi masjid atau sekolah yang bermasalahKarenanya, kata dia, tempat-tempat itulah yang mestinya menjadi fokus pencegahan.

"Di Indonesia ada sekitar 8 ribu masjid dan kelompok-kelompok belajar yang bisa secara efektif dijadikan tempat pencegahan paham-paham terorisme," saran Sidney.

Selain itu, Sidney juga mengingatkan soal peran perempuan dalam mengatasi paham terorisme karena mereka tau banyak soal perkembangan anak.

“Jangan abaikan perempuanKarena mereka banyak tahuLihat bagaimana orang tua Syarif yang menyesal dengan aksi anaknyaItu harusnya dibuat jadi testimoni,” saran Sidney.

Khusus terhadap banyaknya buku beredar tentang paham-paham jihad, Sidney Jones menyarankan agar buku itu tidak usah dilarang karena ini menyangkut langsung hak asasi orang dalam menyatakan pendapat.

"Saya tidak setuju buku-buku soal jihad dilarang, karena ini menyangkut kebebasan berekspresiHal yang paling pantas untuk dilakukan pemerintah adalah melawan paham jihad terorisme dengan buku juga," pungkas Sidney Jones(fas/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Didakwa Korupsi, Hengky Baramuli Merasa Dipolitisasi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler