Watak Orang Indonesia Berubah, Terbanyak Bullying Penampilan 

Rabu, 18 Januari 2023 – 22:12 WIB
Tellys Corliana selaku dekan FISIP Uhamka menyampaikan harapannya agar seminar hari ini memberikan pencerahan dan membuat seluruh mahasiswa termotivasi melakukan perubahan positif ke depannya. Foto dok. Uhamka

jpnn.com, JAKARTA - Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka (FISIP Uhamka) menggelar seminar nasional bertajuk Membangun Jaringan Komunikasi untuk Kepemimpinan Kolaboratif. 

Tellys Corliana selaku dekan FISIP Uhamka menyampaikan harapannya agar seminar hari ini memberikan pencerahan dan membuat seluruh mahasiswa termotivasi melakukan perubahan positif ke depannya. 

BACA JUGA: Rektor Uhamka Menginisiasi Merdeka Belajar Tendik Perguruan Tinggi Muhammadiyah & Aisyiyah

"Semoga seminar ini akan memberikan pencerahan bagi peserta," terang Tellys Corliana dalam sambutannya pada seminar yang digelar secara hybrid, Rabu (18/1).

Kapolda Metro Jaya Irjen Pol. Fadil Imran dalam paparannya mengungkapkan organisasi merupakan bagian dari masyarakat.

BACA JUGA: Di Hari Sumpah Pemuda, Uhamka Rilis Lagu Sang Surya Berbahasa Jepang & Buku Haedar Nashir

Dalam memimpin suatu organisasi, faktor internal dan eksternal harus menjadi perhatian seorang pemimpin.

Dia mengungkapkan tantangan setiap individu ke depan dalam konteks memimpin sebuah organisasi. Faktor internal dan eksternal harus menjadi perhatian.

BACA JUGA: Uhamka jadi Kampus Islam Terbaik di Dunia versi 4ICU, Mantap!

Sebab, itu merupakan bentuk perubahan yang terus dihadapi dan dikelola, baik di bidang jasa, pelayanan publik maupun organisasi.

"Itu yang harus dihadapi seorang pemimpin," ujar Irjen Pol. Fadil Imran.

Sementara itu, Tenaga Ahli Menteri Komunikasi dan Informatika Bidang Komunikasi dan Media Massa.Devi Rahmawati mengatakan orang-orang mendadak digital akibat pandemi.

Di dalam sistem digital tidak semua informasi dinyatakan dengan benar, karena lebih banyak hoaks yang memenuhi media sosial, membuat kebanyakan orang diwarnai banyak prasangka.

Akibat pandemi semua mendadak digital. Sayangnya penggunaan gawai di media sosial tidak semua menjadi berkah. Sebagian menjadi bencana karena diwarnai banyak prasangka, salah satunya lewat hoaks.

Devi juga menyatakan kebanyakan kasus bully yang terjadi di media sosial adalah soal penampilan. Indonesia yang mempunyai banyak kasus bully tersebut. 

Dia sangat menyayangkan hal ini terjadi karena watak orang Indonesia dikenal akan keramahannya.

"Peringkat satu dalam bullying adalah penampilan. Indonesia juga masuk tertinggi dalam bullying soal penampilan," ujarnya. 

Dikatakannya kondisi ini sangat mengerikan, bahkan watak manusia Indonesia yang dahulu ramah berubah menjadi pemarah dan berang.

Devi berharap dengan seminar ini para peserta bisa menjadi manusia yang cakap digital. Artinya tidak hanya tahu cara posting, selfie dan sebagainya, tetapi terampil memanfaatkan ruang digital dengan tingkah laku positif dan produktif di media sosial.

“Mari jadikan ruang digital menjadi mata air kebahagian dan kesejahteraan, bukan menjadi  air mata  kehancuran dan  kerusakan,” pungkas Devi. (esy/jpnn)


Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler