jpnn.com, JAKARTA - Menteri BUMN Erick Thohir menyampaikan, dunia saat ini telah memasuki era digital.
Menurutnya, adanya pandemi Covid-19 yang dirasakan sekarang makin mempercepat transformasi digital ini.
BACA JUGA: Erick Thohir Bangga BUMN Membina 204.609 UMKM
Hal itu disampaikan Menteri Erick Thohir pada webinar yang diselenggarakan Career Talk UI, Sabtu (4/9).
Career Talk UI mengadakan dua sesi webinar, yaitu webinar bertajuk “Realizing Society 5.0” pada sesi ke-3, dan “New Society, New Opportunity” pada sesi ke-4.
BACA JUGA: Ketua MPR Ajak Mata Garuda Songsong Era Society 5.0
Selain Erick Thohir, hadir menjadi pembicara di sesi ke-3 dalam webinar tersebut, yaitu Ryan Gozali sebagai founder dan commissioner Liga Mahasiswa.
Dalam kesempatan itu, Menteri Erick juga menyampaikan, Indonesia memiliki nilai produk domestik bruto (PDB) pada angka USD 1 triliun.
BACA JUGA: 3 Hal yang Harus Dipersiapkan pada Era Cashless Society
Negara lainnya, sebut Erick, seperti Amerika Serikat memiliki PDB sebesar USD 21 triliun, dan Tiongkok dengan USD 17 triliun.
"Apabila dilihat dari banyaknya perusahaan unicorn, saat ini Amerika Serikat memiliki 207 unicorn, Tiongkok 101 unicorn, dan Indonesia 5 unicorn," paparnya.
Pada 2045, kata Menteri Erick, Indonesia diharapkan akan berada pada peringkat ke-4 atau ke-5 dalam kepemilikan unicorn, apabila konsep Indonesia Emas dapat tercapai. Menteri Erick juga menyinggung peran BUMN dapat menjadi salah satu dari faktor peluang kesuksesan Indonesia ini.
Sementara itu, Pendiri Liga Mahasiswa Ryan Gozali dalam materinya menyampaikan, keyakinan diperlukan sebelum menjalankan sesuatu, termasuk dalam dunia bisnis.
"Kita harus optimis terlebih dahulu ketika menjalankan sesuatu. Dunia bisnis pasti akan selalu ada risikonya," ujarnya.
Dalam konteks era Society 5.0, lanjut Ryan, semua akan berubah dengan mudah dan cepat, sehingga selalu mau belajar hal baru menjadi keharusan.
"Jadi, jika kita hanya berharap pada sebuah kepastian, mungkin kita akan tertinggal dan hal tersebut bisa saja sudah berubah. Maka, penting bagi kita untuk dapat menyeimbangkan antara kenyamanan dan pengetahuan yang ada serta terus selalu bersikap eksploratif dan adaptif," kata Ryan Gozali.
Menurut Ryan, yang menjadi sumber dari perubahan Society 5.0 itu adalah big data dan measuring capability.
Teknologi yang semakin canggih, membuat kita bisa mendapatkan real time information dan data dengan jumlah yang sangat banyak, sehingga kebijakan yang diambil dapat menjadi lebih efektif.
"Kita tidak lagi perlu mempelajari masa lalu untuk menciptakan kebijakan pada masa depan karena data-data justru sudah tersedia untuk kita bisa memprediksi masa depan," paparnya.
Rangkaian webinar dilanjutkan dengan sesi ke-4 yang bertemakan “New Society, New Opportunity” pada pukul 15.30 WIB.
Sesi ini diisi Marsudi Wahyu Kisworo sebagai Komisaris Independen PT Rajawali Nusantara, dan Vany Yulviany sebagai GM HCBP Delivery dan Support di Telkomsel yang memberikan pandangannya terhadap era baru Society 5.0.
Kondisi pandemi Covid-19 menyebabkan revolusi industri era Society 5.0 mengalami banyak perubahan, seperti kegiatan yang sebelumnya dikerjakan secara manual mulai digantikan oleh sistem otomatisasi.
Karena itu, diprediksi akan banyak muncul prospek baru di bidang digital talent yang berpengaruh dengan disrupsi.
Hadirnya disrupsi ini menyebabkan banyak pekerjaan yang hilang, tetapi banyak juga peluang pekerjaan baru yang muncul.
"Society 5.0 adalah bentuk gagasan dari masyarakat Jepang yang menyatakan bahwa manusia tidak harus bersaing dengan mesin, tetapi dapat hidup berdampingan dengan mesin untuk memaksimalkan potensi yang ada," kata Marsudi.
Game changer kedua adalah AI atau artificial intelligence.
Pada masa sekarang, kata Marsudi, AI sudah sangat berkembang dan berpotensi mengambil alih pekerjaan manusia seiring dengan berjalannya waktu.
Pemateri berikutnya, Vany Yulviany menambahkan, kita harus dapat menjawab tantangan pada era Society 5.0 ini dengan meningkatkan kreativitas dan kemampuan menganalisis permasalahan secara kompleks serta menemukan solusinya.
Sebagai recruiter, dia memandang perusahaan kini membutuhkan tenaga kerja yang bisa langsung mengambil peran dengan segala kapabilitas yang mereka punya.
"Salah satu cara melatih kapabilitas tersebut adalah dengan sering mengikuti webinar atau community yang dapat meng-upgrade kemampuan," kata Vany.
Sebagai closing statement, kedua pemateri sama-sama menegaskan, hidup yang dinamis ini akan terjadi banyak perubahan, karena itu kita juga harus mampu berubah dan beradaptasi terhadap perubahan tersebut.
"Mengutip Charles Darwin, spesies yang bisa bertahan bukanlah spesies yang paling pintar, melainkan mereka yang mampu beradaptasi dengan perubahan," pungkas Marsudi. (mar1/jpnn)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
BACA ARTIKEL LAINNYA... New Normal Momentum Bagi Dunia Konstruksi Menuju Era Society  5.0
Redaktur & Reporter : Sutresno Wahyudi