MAGELANG-- Setelah dua hari sebelumnya aktifitas Gunung Merapi nampak menurun, kemarin (12/11) gunung yang berada di wilayah Jawa Tengah dan DIY ini kembali memuntahkan awan panasHingga berita ini ditulis, awan panas masih berlangsug sejak pukul 17.38 sore
BACA JUGA: Pertanian Merugi Rp 247 Miliar
Arah edhus gembel ini masih ke wilayah selatan Jogjakarta.Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Jogjakarta, Subandrio mengatakan luncuran awan panas terjadi secara beruntun dengan jarak luncur 4 km
BACA JUGA: Gaji Sekdes 26 Bulan Belum Dibayar
Awan panas tersebut mengarah ke Kali Gendol, YogyakartaBACA JUGA: Tertutup Kabut, Merapi Terus Keluarkan Wedus Gembel
Jarak aman juga masih ada di radius 20 km," kata Subandrio, ketika di temui di Magelang, petang kemarin.Selain itu, kata dia, gempa tremor juga masih terjadiGuguran larva pun terjadi sebanyak 10 kali"Tadi juga gempa tektonik terjadi sebanyak dua kali," singkatnyaSementara itu, dampak letusan Gunung Merapi tidak hanya membuat 87.053 warga Kabpaten Magelang masih bertahan di lokasi pengungsianSalah satu letusan terhebat sepanjang sejarah Merapi ini membuat ekonomi masyaralat diluar pengungsian juga mulai lumpuh.
Pantauan Jawa Pos kemarin aktifitas perdagangan di sejumlah pasar tradisional belum optimalPasar Muntilan memang sudah buka namun tak banyak pedagang yang berjualanSelain itu, pembeli juga nyaris tidak ada"Ekonomi warga kami lumpuh totalMereka yang pedagang tak bisa berjualan, yang petani tak bisa ke sawahEkonomi kami benar-benar lumpuh," kata Kuswiranto, Kades Gulon, Kecamatan Salam, kemarin.
Menurut Kuswiranto Desa Gulon memiliki 7000 jiwa dengan sebagian besar penduduk bermatapencaharian sebagai petani dan pedagangNamun sudah dua minggu ini ekonomi lumpuh sehingga warga memperoleh pendapatanHal ini dibenarkan Eny, 30 warga Dusun Gulon, Desa GulonIbu beranak dua ini bahkan hanya bisa makan mi pemberian perangkat desaSuaminya yang seorang sopir terpaksa menganggur sejak Merapi meletus.
Sejumlah anggota Komisi VIII DPR RI yang selama tiga hari ini berkeliling ke lokasi pengungsian di Boyolali, Klaten, dan Magelang mengaku kagetMereka tidak menduga akan menemukan warga bukan pengungsi yang kesulitan makan"Ekonomi warga lumpuhMeski bukan pengungsi namun mereka juga butuh makan dan minumKita juga harus membantu warga yang kesulitan makanKita harus adil," kata Ketua Komisi VIII DPR RI Abdul Kadir Karding.
Karding berkeliling bersama anggota Fraksi PDIP Ina Amania dan anggota Fraksi Golkar Oheo SinapoiMereka mengunjungi TPS SD Negeri Gulon 1, dan kemudian dilanjutkan ke Desa Plosogede, Kecamatan NgluwarDi Plosogede Karding menemukan kenyataan yang lebih burukRibuan warga kesulitan memenuhi kebutuhan pokok karena sawah dan ladang mereka hancurPadahal 90 persen ekonomi warga mengandalkan hasil pertanian.
Uniknya, warga Desa Plosogede masih harus diserahi tanggung jawab mengurus 2220 pengungsi dari Desa Ngablak, Kecamatan Srumbung"Sungguh ironis, warga kami kesulitan makan namun kami harus mengurus ribuan pengungsi," kata Kadus Tingkiran Nur Kholis.
Menurut dia kehidupan pengungsi justru lebih baik ketimbang warga setempatHal ini karena pengungsi mendapat jatah beras dan uang lauk pauk dari pemerintah sedangkan warga justru tidak mendapatkan bantuan apapun"Warga memang sedang kesulitanTak ada yang bisa dikerjakan maupun dipetik dari sawahJika kondisi berlangsung sampai seminggu ke depan saya yakin akan banyak warga kelaparan," kata tokoh masyarakat Yunan Fanani(vie)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pangdam XVII/Cenderawasih Diganti
Redaktur : Tim Redaksi