Wiraswasta Muda Indonesia Masih Jauh dari Angka Ideal

Senin, 06 Oktober 2014 – 19:30 WIB
Wiraswasta Muda Indonesia Masih Jauh dari Angka Ideal. JPNN.com

jpnn.com - JAKARTA - Direktur Keuangan PT Dwi Aneka Jaya Kemasindo Witjaksono mengatakan Indonesia saat ini kekurangan wiraswasta muda yang menyebabkan nusantara hanya menjadi pasar dari produk-produk asing. Menurutnya, produk asing akan terus membanjiri pasar dalam negeri karena tahun 2015 sudah dimulainya era perdagangan bebas ASEAN.

“Jumlah pengusaha di Indonesia masih jauh dibawah angka ideal. Saat ini rasio pengusaha di Indonesia hanya sekitar 1,6% saja. Padahal isealnya sebuah negara maju haruslah memili rasio pengusaha di atas 5%. Dari 1,6% itu jumlah pengusaha yang berusia dibawah 40 tahun hanya 0,8%. Ini sangat memperihatinkan, untuk itu kita tergerak untuk menciptakan pengusaha-pengusaha belia di negeri ini,” kata Witjaksono di Jakarta, Senin (6/10).

BACA JUGA: Lepas Jadi Dirut Pertamina, Karen Belum Sempat Liburan

Witjaksono menjelaskan Indonesia perlu menyiapkan diri dengan mencetak wirausahawan muda agar tidak menjadi penonton di negeri sendiri. Makanya kata dia, pihaknya telah mempersiapkan diri dengan menggandeng Mata Air Creative  untuk bisa membentuk wirausahawan muda yang unggul dan bisa bersaing dengan nagara lain melalui pelatihan wirausaha sejak di sekolah menengah.

Dijelaskan pula Witjaksono bahwa tidak adanya karakter untuk berwirausaha yang ditanamkan sebagian besar orang tua sejak dini menyebabkan minimnya jumah pengusaha muda di Indonesia. “Kebanyakan para orang tua selalu menanamkan dan mempersiapkan anak mereka menjadi pekerja ketimbang menjadi pengusaha,”kata Witjaksono.

BACA JUGA: Karen Yakin Penggantinya Tahu Roadmap Pertamina 2015

Selain itu, Menurut Witjaksono sistem pendidikan di Indonesia saat ini kurang sukses menanamkan kesadaran berwirausaha. Dampaknya, jumlah masyarakat berminat menjadi pengusaha sampai sekarang masih minim.

“Kurikulum 2013 dirancang oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tak juga memasukkan materi kewirausahaan secara terpadu di pelbagai tingkat pendidikan. Wirausaha itu harus dibangun melalui budaya kita, hal itu kemudian didampingi dengan ilmu pengetahuan, sayangnya kurikulum 2013 yang baru ini masih belum jelas, kacau, apalagi mengenai ilmu kesenian dan budayanya," katanya.

BACA JUGA: Thailand-Tiongkok Bangun Pabrik Semen di Sulsel

Akibat dari minimnya kesadaran berwirausaha, lulusan sekolah di negara ini, kurang bermental baja dalam pekerjaan. "Lebih cenderung melahirkan orang-orang yang pandai membuat perencanaan dibandingkan orang yang tipe pekerja,”lanjutnya.

Untuk jumlah wirausahawan di Indonesia, tercatat hingga Februari 2014, ada 44,2 juta orang yang berusaha membuka lapangan kerja secara berdikari. Sementara, total penduduk bekerja mencapai 118,1 juta orang.

Bila dibedah lagi kata dia, wirausahawan di Indonesia terdiri dari jumlah penduduk berusaha sendiri 20,32 juta orang, berusaha dibantu buruh tidak tetap 19,74 juta orang dan berusaha dibantu buruh tetap 4,14 juta orang.

Mengacu data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, jumlah wirausahawan ini masih minim. Sebab, baru mencapai 1,56 persen dari total populasi.

Bank Indonesia pun mencatat tingkat kewirausahaan Indonesia masih kalah dari negara-negara di kawasan. Jumlah pelaku usaha mandiri di Malaysia, Thailand, dan Singapura, melampaui 4 persen dari keseluruhan populasi.

Berangkat dari keprihatinan atas hal tersebut, DAJK bertekad untuk memajukan dunia usaha dikalangan pelajar melalui program CSR perusahaan. Program yang menyasar anak-anak muda usia 15 hingga 25 tahun ini dikemas dalam bentuk Seminar, TalkShow dan Workshop yang diadakan sekolah-sekolah tingkat SMA dan Perguruan Tinggi.

 “Kita harapkan dengan langkah ini bisa menciptakan banyak wirausahawan muda sehingga Indonesia bisa menjadi pusat perekonomian dunia dengan banyaknya wirausahawan,” punkas Witjaksono. (awa/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pedagang Pasar Cirebon Antusias Daftar BPJS Ketenagakerjaan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler