Wisata Mata Air Keramat, Harus Ucapkan Salam Biar Selamat

Rabu, 19 April 2017 – 04:45 WIB
Pemuda anggota Pokdarwis Desa Pesanggrahan menunjukkan sumber mata air Lingkoq Lunggu. Foto: Toni/Lombok Post/JPNN.com

jpnn.com, LOMBOK - Namanya saja Air Mata Keramat. Sumber air ini dipercaya memiliki kekuatan magis yang bisa menyembuhkan penyakit yang disebabkan oleh ilmu gaib.

Letaknya di Desa Pesanggrahan, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Selain dikenal kampung wisata yang memiliki keindahan pesona alam juga memiliki tradisi unik dengan adanya mata air Lingkoq Lunggu.

BACA JUGA: Sial, Maro Ketahuan Sembunyikan 1 Kilogram Sabu di Selangkangan

Seperti apa? Berikut laporan Hamdani Wathoni, wartawan Lombok Post (Jawa Pos Group):

Ada tradisi memandikan benda pusaka milik dari Kerajaan Selaparang. Nama benda tersebut disebut dengan Penjenengan yang disimpan di rumah adat.

BACA JUGA: Sarapan di Hotel Kenakan Kaus Palu Arit, Siapa Dia?

Tradisi ini selain memiliki nilai historis juga sarat dengan nilai kultural nan sakral.

Sebab benda pusaka itu tidak bisa dimandikan di sembarang tempat saja, melainkan hanya khusus di mata air Lingkoq Lunggu.

Tradisi ini ke depannya akan diperkenalkan masyarakat Pesanggrahan kepada seluruh dunia.

"Kami punya tradisi di sini. Setiap Bulan Maulid, kami akan mencuci sebuah benda pusaka yang dipercaya sebagai peninggalan Kerajaan Selaparang. Namanya Penjenengan yang disimpan di rumah adat,” kata Kepala Desa Pesanggrahan Badrun seperti dilansir Lombok Post (Jawa Pos Group).

Namun panjenagan itu tidak bisa dilihat oleh masyarakat umum. Benda pusaka ini hanya bisa dilihat ketika Bulan Maulid tiba.

Kala masyarakat akan melakukan sejumlah kesenian dan tradisi yang kemudian dirangkai dengan acara pencucian penjenengan.

Untuk mencuci benda pusaka ini pun tak boleh sembarangan. Benda pusaka ini hanya boleh dicuci di salah satu sumber mata air yang dianggap keramat, mata air Lingkoq Lunggu.

Dengan digunakan sebagai tempat pemandian benda pusaka kerajaan, sumber mata air keramat ini juga diakses oleh masyarakat yang digunakan sebagai obat.

Mata air Lingkoq Lunggu lokasinya berjarak sekitar 250 meter dari Dusun Lunggu. Mata air ini tersembunyi di dalam hamparan sawah yang berundak-undak. Dengan berjalan kaki, butuh waktu sekitar 20 menit untuk tiba di lokasi ini dari jalan tempat memarkirkan kendaraan.

Di lokasi sumber mata air ini, udara sejuk khas pedesaan lereng Rinjani begitu terasa. Kondisi sumber mata air ini tidak terlalu besar.

Terbentuk seperti dua buah lubang berukuran sedang.

“Dulu ini pernah dijadikan sumber air irigasi oleh masyarakat. Dibuatkan bak penampungan,” tutur Ketua Pokdarwis Desa Pesanggrahan Hirmansyah.

Sayang, urai Hirmansyah, bak penampungan yang dibuat semi permanen terpaksa dirusak lagi.

Lantaran sejak digunakan untuk jadi air irigasi sawah, hujan tak pernah turun di desa Pesanggrahan.

Sehingga salah seorang yang dianggap sebagai tokoh masyarakat meminta untuk bak penampungan itu dirusak.

“Ya jadi percaya nggak percaya kami sebagai anak muda di sini, setelah itu (dirusak) hujan langsung turun di desa kami,” bebernya.

Awalnya desa ini memiliki sembilan mata air. Semua itu tersebar di sekitar lokasi mata air Lingkoq Lunggu. Namun yang tersisa saat ini hanya dua.

Di tengah aliran sungai di dekat mata air tersebut, terdapat sebuah batu besar. Di tengah batu itu, ada sembilan lubang yang terbentuk rapi.

“Itu bekas orang mengulik untuk membuat obat. Di sini memang dikenal sebagai tempat membuat obat-obatan tradisional,” bebernya.

Campuran air dari Lingkoq Lunggu ditambah dengan bahan obat tradisional dipercaya menjadi obat yang ampuh untuk berbagai macam penyakit. Khususnya penyakit gaib.

"Itu memang sudah tradisi dan kepercayaan masyarakat kami di sini. Makanya kalau orang mau buat obat tradisional, mereka biasanya kemari,” tuturnya.

Namun, satu hal yang diingatkan Hirmansyah kepada para pengunjung yang ingin datang ke Lingkoq Lunggu. Ketika baru tiba di lokasi ini, para pengunjung harus mengucapkan salam.

“Karena sering kejadian, banyak warga yang tiba-tiba sakit pulang dari mata air ini kalau tidak mengucapkan salam,” tuturnya. (r2/JPG/JPNN)


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler