jpnn.com - JAKARTA - PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) melebarkan ekspansi bisnis di level regional. Produsen produk tembakau asal Surabaya itu akan masuk ke pasar Thailand setelah sukses di pasar Makau dan Taiwan sejak tahun lalu.
Corporate Secretary WIIM, Surjanto Yasaputera, mengatakan potensi pasar di Thailand sangat tinggi sehingga ada ruang bagi perseroan untuk menggarap bisnis di negara itu.
BACA JUGA: Kemenhub Tawarkan Rute Mandala Airlines ke Maskapai Lain
"Kebutuhan filter masih sangat besar, sementara produsen filter tidak banyak. Untuk produsen rokok yang besar seperti Djarum atau Gudang Garam sudah punya produk filter sendiri. Kita layani yang tidak memiliki produk filter sendiri," ungkapnya di sela peluncuran program pengembangan wirausaha muda "Diplomat Success Challenge 2014" di Jakarta, kemarin.
Untuk pasar lokal, kata Surjanto, market share filter Wismilak saat ini mencapai 25 persen. Namun untuk pemasarannya, dia berharap bisa berimbang antara pasar filter lokal dan ekspor. Sejauh ini kontribusi terbesar WIIM adalah dari produk kretek dengan persentase sebanyak 94 persen. Sisanya, 6 persen adalah produksi rokok putih.
BACA JUGA: Awal Juli, Citilink Terbangi Jambi-Jakarta 2 Kali Sehari
Kapasitas produksi rokok perseroan sendiri saat ini mencapai 4,6 miliar batang per tahun. Angka ini tumbuh 20 persen dari tahun lalu. Total kapasitas saat ini dinilai cukup untuk target bisnis WIIM dalam dua sampai tiga tahun ke depan.
"Memang kontribusi produk filter ke total penjualan masih di bawah 10 persen. Tetapi ke depan bisa diperbesar. Karena pemainnya tidak banyak. Jadi semakin tinggi produksi rokok, pasar filter juga akan mengikuti," yakinnya.
BACA JUGA: Komersilkan Lahan, KAI Tak Diskriminasi
Industri rokok yang saat ini tumbuh di kisaran 4 sampai 6 persen pertahun mempekerjakan sekitar 7 persen dari penduduk Indonesia.
"
Selain menyerap tenaga kerja, sebagai bagian dari pertumbuhan ekonomi Indonesia, perseroan terus berupaya membantu menambah jumlah wirausahawan melalui program Diplomat Success Challenge (DSC) 2014.
Jumlah pebisnis di Indonesia seperti data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) hingga pertengahan tahun lalu baru mencapai 3,707 juta orang wirausahawan atau sekitar 1,56 persen dari total penduduk nasional.
Padahal untuk menggerakkan perekonomian secara alamiah dan stabil, porsi wirausaha yang dibutuhkan suatu negara diperkirakan minimal sebesar dua persen. Karena itu, upaya mendorong kalangan muda untuk tidak hanya puas menjadi karyawan perlu digalakkan.
"Kami memahami bahwa pengembangan wirausaha muda yang andal dan penuh inovasi merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam mendorong pertumbuhan sektor kewirausahaan di Indonesia. Melalui DSC, kami berkomitmen untuk berperan aktif dalam memantik ide dan bakat bisnis baru," ungkapnya.
Dalam catatan WIIM, jumlah wirausahawan pada tahun 2010 lalu masih 0,7 persen dari total jumlah penduduk Indonesia, dan secara perlahan mampu ditingkatkan menjadi 1,5 persen pada tahun 2014 ini.
Jumlah pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) tercatat 55,2 juta dengan kemampuan serapan tenaga kerja mencapai 101,72 juta. Sektor wirausaha pun diklaim telah mampu berkontribusi sebesar 57,12 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
"Target kami adalah ikut membantu pemerintah agar (jumlah wirausahawan) target minimum dua persen dari total penduduk. (Porsi) Itu saja masih di bawah negara-negara lain di Asia, seperti China yang mencapai 10 persen, Jepang 8 persen, Singapura 7,2 persen, dan Malaysia 4 persen," kata dia. (gen)
BACA ARTIKEL LAINNYA... KAI Sewakan Lahan di Lingkungan Sekitar Stasiun
Redaktur : Tim Redaksi