jpnn.com - JAKARTA – Masakah khas Indonesia kini semakin bisa diterima lidah mancanegara. Bahkan ada tiga murid akademi kuliner Gredos San Diego College, Spanyol yang sengaja berguru ke Indonesia demi belajar masakan-masakan khas Nusantara.
Satu dari tiga mahasiswa di Gredos San Diego Collge yang belajar masakan Indonesia adalah Guierlemo Prado Yebra, finalis Le Cordon Blue Competition Swiss. Dua yang lain adalah Ruth Argiz Guillen dan Maria Almudena Sanchez Lopez.
BACA JUGA: HEBOH! 25 Tentara Bule Beraksi di SMA Barunawati Surabaya
“Mereka berniat mendalami cara memasak, serta mempelajari budaya dan cerita di balik masakan Indonesia,” ujar Vita Datau Messakh, Ketua Akademi Gastronomi Indonesia (AGI), di Jakarta.
AGI memang menjalin kerja sama dengan Gredos San Diego College Spanyol. Murid Gredos San Diego itu belajar di Marco Padang untuk mendalami masakan Minang, serta menimba ilmu dari Kosenda Hotel untuk masakan Indonesia lainnya. Ketiga pelajar Spanyol itu akan berada di Indonesia selama 6 pekan untuk mengeksplorasi keunikan masakan Indonesia.
BACA JUGA: Kampus Pariwisata Komitmen Kembangkan 10 Destinasi Prioritas
Vita yang dipercaya Menteri Pariwisata Arief Yahya untuk memimpin Tim Percepatan Pengembangan Wisata Kuliner dan Belanja Kemenpar itu menjelaskan, nantinya para pelajar mancanegara yang belajar masakan khas Indonesia akan menjadu duta-duta kuliner. Dengan demikian masakan Indonesia pun semakin mendunia.
“Program ini erat dengan rencana aksi Percepatan Pengembangan Wisata Kuliner. Mengglobalkan makanan Indonesia bisa dicapai dengan cara bertukar Ilmu Pengetahuan Kuliner. Mereka yang nantinya kembali ke negaranya akan menjadi duta-duta kuliner Indonesia dengan membawa hasil inovasi dan kolaborasi masakan Indonesia-Spanyol. Mereka juga bisa memperkenalkan jenis kuliner khas itu pada komunitasnya,” tutur Vita.
BACA JUGA: Mau Beasiswa? Pintar Saja tak Cukup
Menurut Vita, tema utama program kolaborasi ini adalah membangun globalisasi dan inovasi makanan Indonesia. Marco Padang akan membimbing murid-murid Gredos untuk mengerti cara memasak masakan Minang dengan aneka bumbu lengkapnya. Murid-murid itu akan diberi sebuah proyek inovasi untuk menggabungkan teknik-teknik Spanyol guna menciptakan menu fusion tanpa meninggalkan cita rasa Indonesia.
Mereka juga diberi kesempatan berkeliling ke semua outlet Marco Padang di Jakarta, berkunjung ke pasar tradisional dan mendatangi restauran yang direkomendasikan oleh AGI guna untuk mengetahui perkembangan industri kuliner Indonesia. Pada 19 Agustus 2016 mendatang, ketiga murid Gredos San Diego itu akan mendemontrasikan kemampuannya di depan media. Mereka akan menyajikan makanan-makanan hasil kolaborasi Indonesia- Spanyol tersebut.
Wakil Gredos San Diego untuk Program Internasional, Shinta Kartika Sari yang kebetulan orang Indonesia mengungkapkan rasa bangganya. Ia meyakini kerja sama Indonesia-Spanyol melalui AGI itu cukup strategis untuk masa depan hubungan people to people.
“Program ini sudah dirancang matang sejak penanda tanganan di Spanyol awal 2015 lalu, difasilitasi Ibu Duta Besar Yuli Mumpuni Widarso di KBRI Madrid. Kerjasama jangka panjang diharapkan bisa bermanfaat bagi kedua Negara,” ungkap Shinta yang sudah 13 tahun menetap di Spanyol.
Menteri Pariwisata Arief Yahya sudah bertemu muka dengan Tim AGI-Gredos di Kemenpar pada 25 Juli 2016 lalu. Dia menyambut baik program ini karena menurutnya, Spanyol adalah negara dengan industri pariwisata yang sangat maju.
“Kontribusinya terhadap peningkatan ekonomi dan tenaga kerja sangat signifikan antara lain 5,1 persen dari tenaga kerja di sektor pariwisata 2015,” tutur Arief.
Selain itu, lanjut Arief, Spanyol juga termasuk lima besar negara dalam hal jumlah kunjungan wisatawan mancanegara. “Banyak hal yang bisa dipelajari dari Spanyol dan diharapkan bisa memotivasi siswa-siswa dari negara lain untuk mempelajari asyiknya masakan Indonesia,” katanya.
Arief menjelaskan, program AGI itu juga bisa dimanfaatkan untuk menggali ilmu manajemen di bidang restoran dan kuliner. Spanyol adalah negara yang terbukti berhasil memajukan kuliner dan gastronominya sebagai bagian dari promosi destinasi.
“Kalau di sana bisa? Mengapa di kita tidak? Saya yakin kalau serius, pasti bagus dan punya prospek,” ungkap Arief yang didampingi Deputi Kelembagaan Ahman Sya dan Nia Niscaya Asisten Deputy Pemasaran Mancanegara.(adv/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sudah 15 Bahasa Daerah Punah, 139 Lainnya Menyusul
Redaktur : Tim Redaksi