jpnn.com, JAKARTA - Direktur Pelaksana Pengembangan Kebijakan dan Kerja Sama World Bank Mari Elka Pangestu membeberkan ancaman terbesar petumbuhan ekonomi.
Mari menyebut ancaman itu adalah krisis perubahan iklim karena sulit dibenahi, bahkan tidak akan hilang.
BACA JUGA: Saran Ekonom Utama World Bank untuk Perekonomian Indonesia 2023
“Perubahan iklim adalah salah satu ancaman terbesar bagi pembangunan dan pertumbuhan, tidak akan hilang. Anda tidak dapat membalikkannya dan itu (perubahan iklim) hanya akan menjadi lebih buruk,” katanya dalam Tri Hita Karana (THK) Blended Finance Presidensi G20 Indonesia di Nusa Dua, Bali, Minggu (13/11).
Mari mengatakan perubahan iklim menimpa seluruh lapisan masyarakat baik di negara miskin, berkembang maupun maju.
BACA JUGA: World Bank dan TNP2K Bikin Studi Kartu Prakerja, Begini Hasilnya
Dia menjelaskan, ketika perubahan iklim menimpa negara-negara termiskin dan rentan, maka mereka tidak ada pilihan untuk tidak melakukan tindakan atau upaya mitigasi.
"Apabila krisis perubahan iklim tidak dimitigasi dengan segera maka akan mendorong hingga lebih dari 132 juta orang masuk ke dalam kemiskinan, 260 juta orang bermigrasi, dan mempengaruhi kualitas sumber daya manusia," bebernya.
Oleh sebab itu, transformasi dalam rangka mengatasi perubahan iklim harus dilakukan termasuk dalam lima sistem utama yaitu transportasi energi, pertanian, pangan dan penggunaan lahan.
“Itu karena infrastruktur perkotaan dan manufaktur menyumbang 90 persen dari emisi gas rumah kaca,” ujar Mari.
World Bank menilai jika upaya mitigasi cepat dilakukan maka global akan mendapatkan pertumbuhan, pekerjaan, ketahanan, dan pembangunan secara sekaligus.
“Anda dapat mencapai keduanya (iklim dan pembangunan) jika Anda melakukannya dan mengelolanya dengan cara yang benar,” tegas Mari. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul